Headline

Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.

Fokus

Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.

Melawan Trump

08/4/2025 05:00
Melawan Trump
Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DI tengah gelombang puluhan ribu rakyat Amerika Serikat yang menolak sejumlah kebijakan kontroversial Presiden Donald Trump, rakyat 'Negeri Paman Sam' tentu merindukan sosok George Washington.

Jenderal yang memimpin sejumlah peperangan bersejarah hingga menjadi presiden pertama AS itu dikenal memberikan pidato perpisahan (Farewell Address) pada 1796 sebagai presiden yang kedua kali. Pidato yang dibuat dalam bentuk surat terbuka kepada rakyat AS itu menyejukkan, menggetarkan, dan menginspirasi.

Pidato sebanyak 15 halaman itu menunjukkan kebesaran jiwa, kelapangan hati, keluasan pemikiran, dan kenegarawanan Washington yang melampaui kepentingan pribadi, golongan, dan partai politik.

Anak petani dari Virginia itu dilantik menjadi presiden AS pertama dalam usia 57 tahun pada 30 April 1789. Dia memegang jabatan presiden selama delapan tahun (dua periode), hingga 4 Maret 1797.

Dalam pidatonya, Washington berbicara tentang persatuan nasional, bahaya pengaruh asing, pentingnya moral dan keagamaan, urgensi pendidikan, dan menolak jabatan ketiga kali sebagai presiden AS.

Menurutnya, Amerika harus menjadi bangsa yang besar, berdiri di atas kaki sendiri, tanpa tergantung atau diatur-atur oleh bangsa lain.

Dia mewanti-wanti pentingnya keadilan bagi negara dan rakyat AS. Keadilan tidak hanya dalam konteks domestik, tetapi juga dalam pergaulan global. "Bangsa yang bebas, tercerahkan, dan, dalam waktu yang tidak lama lagi, menjadi bangsa yang besar, akan layak menjadi contoh umat manusia yang selalu dibimbing keadilan dan kebajikan yang agung," tutur Washington.

Pidato perpisahan Washington menjadi dokumen penting dalam sejarah AS yang masih dibacakan setiap Februari di Senat AS untuk memperingati ulang tahun Washington.

Kini, gonjang-ganjing melanda AS. Unjuk rasa besar-besaran menguar di 50 negara bagian, termasuk ibu kota AS, Washington DC, pada Minggu (6/4). Aksi yang bertajuk Hands-Off (Jangan Sentuh/Jangan Ganggu) itu merupakan demonstrasi terbesar sejak presiden dari Partai Republik itu kembali ke Gedung Putih.

Mereka mengecam dominasi kekuasaan Presiden Donald Trump dan taipan teknologi Elon Musk yang juga sohib terdekat Trump. Pebisnis AS yang kini menjabat Kepala Department of Government Efficiency dituding sebagai otak pemotongan anggaran yang gila-gilaan.

Usia kekuasaan presiden yang berlatar belakang konglomerat itu baru empat bulan. Namun, rakyat AS sudah tidak bisa berkompromi dengan kebijakan Trump yang dinilai meruntuhkan demokrasi dan mengacaukan negara.

Donald Trump memenangi Pemilu Amerika 2024 setelah mengungguli pesaingnya dari Partai Demokrat, Kamala Harris. Kemenangan presiden yang berusia 78 tahun itu mengantarkannya menduduki singgasana kekuasaan untuk kedua kalinya.

Trump meraih lonjakan suara jika dibandingkan dengan pemilu sebelumnya saat ia dikalahkan Joe Biden. Hal itu menepis penilaian sebagian pengamat bahwa presiden nyentrik itu akan terempas dari kontestasi karena terseret dalam sejumlah kasus, di antaranya pernah dihukum karena tindak pidana, dua kali dimakzulkan, dan mendapat peringatan dari mantan kepala stafnya bahwa ia seorang fasis.

Meski sudah berusia senja dan acap kali menciptakan kebijakan yang kontroversial sejak pertama kali menjabat presiden negeri adidaya, Trump tetap dipilih rakyat AS sebagai pemimpin.

Dalam pencalonannya sebagai presiden AS yang kedua, Trump tetap mengusung jargon Make America Great Again (MAGA) atau Mengembalikan Amerika Negara Besar. Jargon itu berhasil menyedot perhatian rakyat AS terlebih pada saat negeri itu haru biru dengan inflasi yang tinggi, krisis ekonomi, melambungnya angka pengangguran, dan ancaman global perang dunia ketiga.

Dalam visi MAGA, Trump mengutamakan kepentingan nasionalis, kebijakan luar negeri unilateral dan transaksional, dan menerapkan kebijakan ekonomi proteksionis. Namun, visi MAGA pada praktiknya rakyat AS menilai Trump sudah kebablasan.

Sejak dilantik sebagai presiden ke-47 AS pada 20 Januari 2025, Trump langsung meneken serangkaian perintah (executive order) yang menyulut kontroversi baik di AS ataupun di luar negeri, seperti menarik diri dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Selain itu, Trump menarik diri dari Badan Bantuan Utama PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) dan Dewan Hak Asasi Manusia (UNHRC). Dia juga semakin nekat dengan menarik AS dari Perjanjian Paris (Paris Agreement). Perjanjian yang diteken pada 2016 itu ialah perjanjian internasional yang bertujuan mengatasi perubahan iklim.

Di tengah membaranya perang Israel-Hamas dengan luluh lantaknya Gaza, Presiden Trump terang-terangan membela Israel dan PM mereka, Benjamin Netanyahu, dari sanksi penangkapan oleh Mahkamah Kriminal Internasional, atau ICC, karena kejahatan perang di Gaza.

Sejauh ini demontrasi di AS yang menyuarakan kemarahan atas langkah-langkah pemerintahan Trump masih bertepuk sebelah tangan. Trump bergeming dengan segala kebijakannya yang kontroversial, seperti memecat ribuan pekerja federal, menutup kantor lapangan Administrasi Jaminan Sosial, menutup USAID (United States Agency for International Development), mendeportasi imigran, mengurangi perlindungan bagi transgender, dan memotong dana untuk program kesehatan.

Dunia internasional tidak bisa mengintervensi kebijakan domestik AS, tetapi ketika kebijakan Trump menyentuh kepentingan ekonomi global, yakni mitra dagangnya, seperti Indonesia yang dikenai tarif impor 32%, tentu tak bisa berdiam diri.

Pilihannya membalas tarif impor atau melakukan negosiasi bagi mitra dagang ke AS. Bagi Indonesia, setidaknya ada 10 komoditas yang diekspor ke AS. Di antaranya ialah komoditas yang didominasi sektor padat karya.

Politik ialah negosiasi. Unjuk rasa rakyat AS itu ialah bagian dari strategi negosiasi. Indonesia jangan terlambat menegosiasi tarif impor yang memberatkan dengan AS.

Jika terlambat, banyak perusahaan di Tanah Air yang akan terdampak. Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) terus berlanjut. Jumlah PHK pada 2024 mencapai 77.965 tenaga kerja. Kecakapan negosiasi pemerintahan Prabowo dan strategi keluar dari ketergantungan pasar AS diuji. Tabik!

 



Berita Lainnya
  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.