Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Rindu KPK yang Dulu

01/11/2024 05:00
Rindu KPK yang Dulu
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DULU, KPK benar-benar ada di hati. Dulu, KPK begitu dicinta lantaran kehebatan mereka memberantas korupsi. Namun, kini...?

KPK kiranya sedang bersulih posisi. Ia tak lagi menjadi lembaga penegak hukum paling kredibel di mata publik. Tingkat kredibilitasnya terjun bebas. Hasil survei menempatkannya di peringkat terbawah. Sigi terbaru Indikator Politik Indonesia, amsalnya, menghasilkan tingkat kepercayaan kepada KPK hanya 65% di bawah Kejaksaan Agung (75%), pengadilan (73%), Polri (69%), dan Mahkamah Konstitusi (68%).

KPK bolehlah dibilang sedang tenggelam di masa suram. Suram lantaran mereka dianggap tidak bisa lagi menjadi andalan memberangus korupsi. Suram lantaran dinilai telah kehilangan kekuatan akibat dari revisi Undang-Undang (UU) KPK Tahun 2019 yang mengamputasi independensi mereka.

Itu faktor eksternal. Kelakuan orang dalam tak kalah telak memberikan pukulan. Maraknya pelanggaran etika oleh pimpinan KPK amat menggerus kepercayaan. Terbongkarnya pungli yang dilakukan pegawai rutan KPK membuat mereka kian dijauhi.

Bagaimana publik bisa mempertahankan kadar kepercayaan jika mereka yang seharusnya memerangi korupsi justru melakukan korupsi?

Begitulah keadaannya. Celakanya lagi, KPK seolah minim niat dan tekad untuk memikat kembali hati rakyat. Kinerja mereka dinilai ala kadarnya. KPK yang dulu begitu garang sudah lama kehilangan taring. Operasi tangkap tangan alias OTT yang di masa lampau menjadi momok koruptor sudah berbulan-bulan tak lagi menyalak. Mejan.

Setidaknya delapan bulan tidak ada OTT KPK. Di awal tahun ini, tepatnya 11 Januari 2024, KPK menangkap Bupati Labuhanbatu, Sumatra Utara, Erik Adtrada Ritonga dalam kasus suap proyek pengadaan barang dan jasa. Dua minggu kemudian, penyidik melakukan OTT di Sidoarjo, Jawa Timur, terkait dengan dugaan korupsi dana insentif ASN di Pemkab Sidoarjo. Bupati Ahmad Muhdlor baru ditetapkan sebagai tersangka, Mei, selepas pemilu.

Setelah itu, KPK puasa OTT. Tiada operasi senyap yang selama ini terbukti ampuh untuk menindak para penggasak uang rakyat. Mereka baru berbuka puasa OTT pada 6 Oktober silam. Lokusnya di Kalimantan Selatan.

Kasusnya dugaan suap dan gratifikasi di lingkungan Pemprov Kalsel. Tujuh orang menjadi tersangka, termasuk Gubernur Sahbirin Noor.

Begitulah, tatkala tahun ini tinggal tersisa dua bulan, baru tiga kali OTT yang dilancarkan KPK. Nilai korupsinya juga tak besar-besar amat, miliaran rupiah. Jumlah itu timpang ketimbang tahun-tahun sebelumnya.

Data Indonesia Corruption Watch (ICW) menyebutkan, pada 2016 KPK melakukan 17 OTT. Lalu, pada 2017 sebanyak 19 OTT, pada 2018 30, pada 2019 21, pada 2020 7, pada 2021 7, pada 2022 10, dan pada 2023 8.

Tak bergigi lagikah KPK? Ada dugaan, KPK jarang OTT karena ada intervensi kekuasaan. Siapa yang mengintervensi? Ada yang menghubungkannya dengan Luhut Pandjaitan. Pada Agustus 2024, Luhut yang ketika itu menjabat menko maritim dan investasi terang-terangan menyebut OTT sebagai kampungan. Dia bilang, OTT sangat buruk bagi citra Indonesia. Dia minta tak perlu banyak drama OTT, tapi lebih mengutamakan pencegahan.

Ada dugaan, ada pula alasan dari KPK. Tentu, mereka membantah tuduhan ada intervensi. Wakil Ketua KPK Alexander Marwata menyebut pihaknya mulai jarang OTT karena koruptor makin pintar. Menurutnya, OTT kini dianggap sebagai hiburan semata yang membuat masyarakat senang.

Ada dalih lain yang disampaikan jubir Tessa Mahardhika bahwa KPK memang tidak lagi fokus melakukan OTT, tapi fokus pada perkara dengan kerugian negara yang besar, juga fokus mengembalikan aset hasil korupsi ke negara. Kata dia, OTT ialah hal yang gampang dilakukan.

“Jadi, kenapa kita fokusnya kepada kerugian negara yang lebih besar dan mungkin sudah tidak terlalu banyak kegiatan tangkap tangan? Karena tangkap tangan itu cenderung mudah, ya, ada informasi, ada pemberi, ada penerima, ada barang bukti, langsung ditangkap, selesai,” begitu ujar Tessa secara daring melalui akun Instagram KPK, Jumat (25/10).

Alasan boleh saja, pembenaran pun dipersilakan. Namun, boleh juga dong rakyat mempersoalkan alasan dan pembenaran itu.

Kalau koruptor semakin pintar seperti kata Pak Alex, bukankah KPK berisi orang-orang pilihan yang semestinya lebih pintar daripada koruptor? Kalau OTT cuma dianggap sebagai hiburan, bukankah semestinya ia semakin digencarkan sehingga rakyat yang sudah mumet karena perilaku koruptor bisa senang?

Pun, seandainya memang fokus pada perkara yang lebih besar sehingga mengendurkan OTT, ya buktikan bahwa KPK bisa membongkar lagi perkara kakap, kelas berat. Bukankah malah Kejagung yang ngegas mengungkap kasus-kasus besar, bahkan superbesar?

Kasus korupsi PT Timah dengan kerugian negara mencapai Rp300 triliun salah satu contohnya. Korupsi PT ASABRI dengan kerugian Rp22,78 triliun, ekspor CPO (Rp18,3 triliun), dan Asuransi Jiwasraya (Rp16,8 triliun) contoh lainnya.

Teranyar, Kejagung pula yang meng-OTT tiga hakim pembebas Ronald Tanur. Kasus yang dalam pengembangannya mengungkap praktik mafia hukum melibatkan bekas pejabat di Mahkamah Agung, Zarof Ricar. Kasus yang membuat ratusan juta rakyat Indonesia nyaris pingsan karena di rumah Zarof diamankan uang hampir Rp1 triliun dan emas 51 kg.

Rakyat ingin KPK seperti dulu lagi. Rakyat tidak mau KPK ada, tetapi seperti tiada. Rakyat berharap Pak Prabowo mengembalikan kekuatan KPK. Mungkin perlu juga dia membawa mereka ke Akmil Magelang untuk retret seperti Kabinet Merah Putih kemarin. Kalau dibiarkan seperti sekarang, saya khawatir makin banyak rakyat yang berpendapat bubarkan saja KPK.



Berita Lainnya
  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.