Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Debat Deflasi

09/10/2024 05:00
Debat Deflasi
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

MANA yang benar dari perdebatan soal penyebab deflasi lima bulan beruntun terakhir di negeri ini: merosotnya daya beli atau kemampuan pemerintah mengendalikan harga, khususnya pangan? Jawabannya bergantung kepada siapa pertanyaan itu diajukan.

Bila pertanyaan itu diajukan kepada pemerintah, jawaban kedua, yakni kemampuan mengendalikan harga, yang kerap terlontar. Namun, bila pertanyaan itu disampaikan kepada masyarakat kelas menengah, para ekonom, juga pelaku usaha, mereka serempak menjawab daya beli merosotlah yang jadi biang keroknya.

Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis terjadi deflasi dalam lima bulan beruntun. Pada Mei 2024, terjadi deflasi sebesar 0,03%, lalu berlanjut pada Juni sebesar 0,08%, dan Juli sebesar 0,18%. Pada Agustus deflasi berlanjut lagi sebesar 0,03%, dan per September, deflasi makin dalam menjadi 0,12%.

Baca juga : Jadi Mantan Presiden, Enak?

Apa sesungguhnya pemicu deflasi beruntun itu versi pemerintah? Dengarkan pernyataan sejumlah pejabat berikut ini. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan deflasi yang terjadi selama lima bulan itu masih sesuai dengan target pemerintah.

Deflasi terjadi, kata Susiwijono, akibat penurunan harga pangan yang sebelumnya bergejolak. Itu berarti deflasi justru menjadi indikasi keberhasilan pemerintah dalam menekan harga pangan yang sudah mengalami kenaikan tinggi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan penjelasan serupa. Deflasi lima bulan terakhir itu utamanya dikontribusikan penurunan harga pangan. Menurut Menkeu, itu juga merupakan perkembangan yang positif untuk menjaga belanja masyarakat menengah bawah yang mayoritas konsumsinya pada kelompok makanan.

Baca juga : Sean Gelael Optimistis Raih Podium di Sao Paolo

Sri Mulyani mendasarkan penilaian itu dari inflasi inti yang berada di level di 2,09% pada September 2024. Itu artinya, permintaan masih tinggi. Meski tidak secara langsung mengatakan 'daya beli masih baik-baik saja', pernyataan Sri Mulyani itu menandakan pemerintah tidak terlalu risau dengan deflasi lima bulan beruntun.

Lalu, apa yang sesungguhnya terjadi versi kalangan di luar pemerintahan? Mereka serempak menyebut deflasi terjadi karena kian tergerusnya daya beli. Harga-harga sudah turun atau diturunkan, tapi tetap saja konsumen tak sanggup membeli.

Kalangan pengusaha ritel yang tergabung ke dalam Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), misalnya, mengungkapkan penjualan toko-toko ritel saat ini merosot drastis gara-gara pembeli merosot. "Karena produktivitas atau basket size dari konsumen turun, penjual berupaya untuk rebranding atau kemasannya diperkecil supaya turun juga harganya. Jadi, itulah yang membuat deflasi," kata Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey.

Baca juga : SDN 085 Ciumbuleuit dan SDN 043 Cimuncang Raih Podium Teratas

Jawaban itu sekaligus membantah pemerintah yang mengeklaim deflasi selama lima bulan berturut-turut itu disebabkan pemerintah memasok barang-barang pangan secara giat hingga menyebabkan harga-harga turun. Menurut Roy, meskipun barang dijual dengan kemasan yang kian mengecil supaya bisa dijangkau masyarakat, faktanya tetap saja tidak mampu menyedot pembeli. Itu artinya daya beli masyarakat tengah ambruk.

Data Aprindo menunjukkan penjualan berbagai toko ritel yang ada di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi atau Jabodetabek turun rata-rata 5%-6% per kuartal III 2024. Industri ritel di kawasan Jabodetabek selama ini memegang sepertiga penjualan ritel nasional. Untuk di wilayah selain kawasan Jawa, masih tumbuh 3%-4% pada kuartal III 2024.

Para analis ekonomi juga sudah memberikan peringatan telah terjadi pelemahan daya beli. Pertama, menurunnya kinerja industri manufaktur sehingga purchasing managers' index (PMI) manufaktur masuk ke zona kontraksi dari di level 50,7 pada Juni menjadi 49,3 di Juli 2024. Lalu, pada Agustus turun lagi jadi 48,90 poin, baru kemudian naik tipis di September, tapi masih di angka lesu, yakni 49,20 poin.

Baca juga : Semangat Juang Jadi Modal bagi Nizar Raih Podium Bali Trail Run Ultra 2024

PMI manufaktur ialah indikator ekonomi yang menunjukkan tingkat ekspansi atau kontraksi sektor manufaktur. Angka PMI manufaktur yang berada di atas 50 mengindikasikan ekspansi, sedangkan angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi.

Banyaknya PHK akibat melemahnya permintaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri sehingga produksi tertahan dan ekspor menurun, juga mengindikasikan merosotnya daya beli. Menurunnya jumlah kelas menengah dari 57,3 juta orang pada 2019 menjadi 47,8 juta orang pada 2024 kian menegaskan bahwa daya beli kian merosot.

Sejalan dengan penurunan kelas menengah, angka kredit seret (non-performing loan/NPL) kredit pemilikan rumah (KPR) meningkat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio NPL properti yang naik sekitar 0,4% akhir tahun lalu.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) soal kemerosotan penjualan kendaraan sepanjang semester I 2024 juga indikator melemahnya daya beli. Selama paruh pertama 2024, penjualan kendaraan mencapai 408.012 unit. Angka penjualan itu turun 19,5% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 506 ribu unit.

Jadi, siapa pemenang debat soal penyebab deflasi lima bulan beruntun ini? Atau, sebenarnya pemerintah sudah tahu bahwa penurunan daya beli merupakan faktor penentu deflasi beruntun, tapi masih berusaha menghibur diri? Mari nikmati terus perdebatan selanjutnya.



Berita Lainnya
  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.