Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
SINDIR-MENYINDIR dalam dunia politik itu sudah lumrah. Dalam ilmu komunikasi, sindiran bahkan dikategorikan sebagai salah satu bentuk komunikasi tidak langsung yang paling efektif. Sindiran ialah cabang dari seni beretorika yang dianggap lebih aman dituturkan ketimbang langsung mengkritik, apalagi mengejek atau mencaci.
Saling sindir di antara para aktor politik, terutama pada saat musim pemilu, sudah teramat biasa kita temukan. Bahkan sepertinya gaya sindiran sudah menjadi strategi yang umum dipakai untuk mencuri perhatian publik luas. Dengan gaya bahasa ironi, sinisme, sarkasme, kadang-kadang dibumbui dengan humor, mereka bisa menohok lawan politik tanpa perlu memukul secara langsung.
Begitu pula dalam relasi publik dengan pemerintah atau penguasa. Sindiran menjadi salah satu saluran yang mereka pilih untuk menyuarakan kegelisahan, juga kedongkolan atas kebijakan pemerintah, isu sosial yang terjadi, ataupun perilaku para pejabat dan elite.
Baca juga : Jadi Mantan Presiden, Enak?
Terlebih saat ini, perkembangan media sosial telah membuat saluran itu menjadi sangat lebar. Tidak ada yang bisa memungkiri, kritik dan unek-unek melalui bahasa sindiran kini begitu mudah dilemparkan dan disebarluaskan. Siapa saja bisa melempar sindiran, pun kepada siapa saja sindiran itu bisa ditujukan.
Akan tetapi, bagaimana bila yang melempar sindiran itu ialah penegak hukum dengan materi sindiran terkait dengan kasus yang sedang mereka tangani? Nah, bingung, kan? Terus terang saya juga bingung ketika membaca berita bahwa Ketua sementara KPK Nawawi Pomolango, di satu acara, melempar sindiran dalam bentuk pantun yang sepertinya diarahkan ke satu nama tenar. Siapa dia, mari kita simak dua pantun Nawawi yang lagi ramai itu.
Sang anak jualan pisang
Baca juga : Sean Gelael Optimistis Raih Podium di Sao Paolo
Si bapak pengusaha terasi
Jangan naik pesawat terbang
Kalau tiketnya dari gratifikasi
Baca juga : SDN 085 Ciumbuleuit dan SDN 043 Cimuncang Raih Podium Teratas
Burung Pipit burung merpati
Bersiul riang di atas dahan
Baca juga : Semangat Juang Jadi Modal bagi Nizar Raih Podium Bali Trail Run Ultra 2024
Jangan mimpi naik jet pribadi
Kalau cuma jualan pisang
Ada beberapa kata kunci yang membuat orang yang mendengar atau membacanya akan dengan mudah mengaitkan pantun itu sebagai sentilan kepada Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Jokowi dan Ketua Umum PSI. Setidaknya tiga kata kunci yang meyakinkan, yaitu pisang, jet pribadi, dan gratifikasi.
Apalagi, saat membacakan pantun itu Nawawi sengaja meminta peserta acara tidak merespons tiap baitnya dengan kata 'cakep' seperti lumrahnya, tapi dengan kata 'coi'. Ia bilang 'coi' ialah singkatan dari conflict of interest. Dus, semakin mengerucutlah kepada siapa pantun itu ditujukan.
Lalu apa persoalannya? Ini bukan tentang Nawawi boleh melempar sindiran atau tidak. Aksi sindir Nawawi jadi terasa aneh karena pada saat yang sama, KPK, lembaga antirasuah yang ia pimpin, justru terlihat gagap menangani kasus dugaan gratifikasi yang melibatkan Kaesang. Dugaan gratifikasi muncul setelah Kaesang kedapatan terbang ke Amerika Serikat bersama istrinya menggunakan jet pribadi.
KPK bahkan sejak awal sudah ragu memanggil Kaesang untuk memberikan klarifikasi terkait dengan tuduhan gratifikasi. Belakangan malah anak ragil Jokowi itu mendatangi KPK yang ia klaim atas inisiatif sendiri, bukan atas pemanggilan KPK. Setelah klarifikasi Kaesang pun, sampai saat ini KPK belum memberikan tanggapan atau keputusan. Yang terjadi malah saling lempar tanggung jawab antarpemimpin lembaga itu.
Makanya, menjadi lucu ketika kemudian pucuk pimpinan KPK tiba-tiba melempar sindiran di forum terbuka, yang sebetulnya kalau kita cermati, isinya mengisyaratkan Kaesang memang bersalah. "KPK, kok, beraninya nyindir doang?" begitu kata netizen yang budiman di kolom komentar salah satu unggahan berita tentang pantun Nawawi.
Tidak salah juga mereka berkomentar seperti itu. Nawawi dan lembaga yang dipimpinnya punya kuasa, punya wewenang untuk membuat dugaan dan prasangka itu jadi terang seterang-terangnya. "Kenapa dia enggak fokus saja di area kewenangannya itu, sih, malah lempar sindiran seperti masyarakat pada umumnya?" timpal netizen yang lain.
Karena itu, jelas, dalam konteks ini, sindiran Nawawi menjadi tidak punya makna apa-apa. Selain hanya jadi lucu-lucuan, itu malah mengonfirmasi kecilnya nyali KPK saat berhadapan dengan kasus yang melibatkan penguasa. Kalau KPK betul punya keberanian, ya beranilah bertindak, jangan cuma berani menyindir.
Semakin miris lagi karena ketika pihak yang satu masih diselubungi ketakutan, pihak yang lain malah kian berani mengumbar psy-war. Di hari yang sama dengan Nawawi melontarkan sentilan, Kaesang dengan gagahnya blusukan ke Tangerang dengan memakai rompi bertuliskan 'Putra Mulyono'. Jadi, ya sudahlah. Untuk urusan keberanian, KPK kalah telak.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.
PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.
ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.
PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam
SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.
NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.
APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.
MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.
"LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.
SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved