Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Oposisi Loyal

25/9/2024 05:00
Oposisi Loyal
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

TEMAN saya, seorang aktivis prodemokrasi, sedang galau berat. Musababnya, pemerintahan ke depan di bawah duet Prabowo-Gibran, kata dia, ada tendensi merangkul semua kekuatan politik. Bentuk 'rangkulan' itu ialah posisi kursi menteri di kabinet.

Saya lalu mengatakan kepadanya untuk tidak usah risau. Justru, bila kekuatan politik dirangkul, stabilitas akan tercipta. Program-program Prabowo-Gibran akan mulus dijalankan. Tidak ada yang merecoki, tidak gaduh, tidak berisik. Semua akan adem ayem.

Sang teman lalu menanggapi pernyataan saya dengan curiga. Ia berkata, "Kamu ini serius menanggapi atau sekadar menguji? Sekadar menyindir atau memang sudah lelah? Atau, malah-malah sudah frustrasi? Wkwkwk...."

Baca juga : Jadi Mantan Presiden, Enak?

Meski begitu, sang teman tetap menanggapi pernyataan saya dengan superserius. Menurut dia, apabila Prabowo merangkul seluruh partai ikut menjadi bagian pemerintahan, kekuatan oposisi akan sulit untuk menyeimbangkan kinerja pemerintah.

Jika daya dorong oposisi lemah, pemerintah berpotensi bekerja dengan minim pengawasan karena kekuatan oposisi yang tidak seimbang dengan pemerintah. Implikasi logisnya, jelas dia, akan muncul peluang lahirnya berbagai kebijakan kontroversial dari pemerintah yang tidak melalui proses-proses demokratis sebagaimana mestinya.

"Konstitusi Indonesia memang tidak mengenal istilah oposisi. Sistem politik Indonesia adalah presidensial. Pada sistem itu, kekuasaan presiden menjadi mutlak dalam menjalankan pemerintahan. Sistem politik Indonesia tidak seperti Inggris dan negara-negara Eropa Barat yang berbentuk parlementer, ketika kekuatan oposisi diakui secara resmi dalam konstitusi," sang teman menjelaskan panjang lebar.

Baca juga : Sean Gelael Optimistis Raih Podium di Sao Paolo

Meski tidak dikenal dalam sistem kita, ia menambahkan, bukan berarti oposisi bisa dinegasikan perannya dalam sistem pemerintahan presidensial. Pasalnya, esensi dasar dari demokrasi ialah kompetisi yang meniscayakan adanya persaingan dari orang-orang yang hidup dalam demokrasi.

Persaingan bisa muncul apabila ada kekuatan setara yang bisa menyeimbangkan dan mengontrol kekuasaan. Kekuatan semacam itu dapat tumbuh jika mekanisme politik oposisi terwujud dengan semestinya. "Bila oposisi hilang atau perannya justru minim, kompetisi tidak dapat terwujud, Bro," sang teman kian bersemangat menjelaskan.

Kompetisi dalam demokrasi ini penting karena memungkinkan untuk melahirkan pandangan-pandangan sosial-politik alternatif atas berbagai kebijakan negara. Produk-produk politik yang dihasilkan lewat mekanisme kompetisi jauh lebih baik daripada produk politik yang dihasilkan monopoli satu pihak. Produk politik dari hasil kompetisi yang sehat ialah produk politik yang telah melewati pertarungan gagasan antara kelompok berkuasa dan oposisi. "Artinya produk yang dihasilkan telah diuji secara konseptual oleh kedua pihak yang berseberangan," terangnya.

Baca juga : SDN 085 Ciumbuleuit dan SDN 043 Cimuncang Raih Podium Teratas

Selain itu, kompetisi dalam demokrasi berguna untuk memastikan agar kekuasaan tidak jatuh dalam kemutlakan. Dengan oposisi, kekuasaan tidak menjadi absolut karena ada kekuatan yang menantang kekuasaan yang berkuasa. Sang teman lalu mengingatkan pengalaman 32 tahun dipimpin Orde Baru yang menjadi pelajaran berharga tentang bagaimana kekuasaan yang tidak diimbangi dengan kekuatan oposisi yang setara hanya akan melahirkan politik otoritarianisme.

Saya tidak menimpali penjelasan panjang lebar teman saya itu. Saya hanya memberikan emoticon jempol untuk pernyataan dan penjelasannya yang panjang lebar itu. Diam-diam saya jadi teringat cendekiawan muslim mendiang Nurcholish Madjid yang 30 tahun lalu mencetuskan perlunya oposisi loyal. Cak Nur, pernah menggegerkan jagat politik Tanah Air karena slogannya 'Islam yes, partai Islam no' di awal 1970-an.

Namun, pada 1977, Cak Nur tetap berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang notabene partai berasaskan Islam. Saat ditanya kenapa ia berkampanye untuk partai Islam yang bertentangan dengan slogan yang ia lontarkan hampir sewindu sebelumnya, Cak Nur mengatakan melakukan itu untuk 'memompa ban kempis'. Ia ingin keseimbangan terjaga. Karena itu, PPP tidak boleh dibiarkan terus mengempis atau dikempiskan.

Baca juga : Semangat Juang Jadi Modal bagi Nizar Raih Podium Bali Trail Run Ultra 2024

Sistem politik disebut demokratis, Cak Nur mengulas, jika terdapat wujud dinamika pengawasan dan pengimbangan (checks and balances). Dengan penegasan tersebut, bagi Cak Nur, tidaklah bisa dibenarkan dalam alam demokrasi jika tidak terdapat partai politik oposisi. Partai oposisi yang dimaksudkan Cak Nur ialah partai yang menjalankan ide checks and balances sehingga tidak berarti terus-menerus to oppose, tapi juga to support yang dapat dilakukan baik secara formal maupun nonformal.

Cak Nur menjelaskan oposisi ialah suatu kenyataan yang tak dapat dielakkan dalam demokrasi. Apabila peran oposisi tidak diakui, dapat mengakibatkan saling curiga sehingga beranggapan bahwa kelompok oposisi hadir sebagai suatu ancaman yang dapat merusak tatanan pemerintahan.

Ide Cak Nur soal oposisi loyal yang digemakan pada 1994 lalu itu kiranya masih amat relevan hingga kini. Apalagi, saat ini mulai muncul tudingan bahwa oposisi hanya membuat gaduh. Ia, bagi yang alergi, disejajarkan semacam 'hama' pengganggu 'tanaman' program pembangunan yang sedang disemai. Namun, siapa yang mengingatkan kita soal pentingnya oposisi loyal saat Cak Nur yang supercerdas dan mencerahkan itu sudah tiada?



Berita Lainnya
  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.