Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Mengentas Indonesia Emas

Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group
27/6/2023 05:00
Mengentas Indonesia Emas
Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DENGAN penuh semangat Presiden Joko Widodo meluncurkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) periode 2025 hingga 2045. Peta jalan (road map) ini akan menjadi pedoman dan haluan pemerintah untuk menuju Indonesia Emas 2045, negara Nusantara berdaulat, maju dan berkelanjutan. "Saya ingin berbagi visi, berbagi mimpi besar, berbagi cita-cita besar bangsa ini. Tadi dalam perjalanan saya dari istana ke tempat ini, saya membayangkan akan jadi apa Indonesia ini pada 100 tahun kemerdekaannya, yaitu pada 2045, " kata Jokowi.

Peluncuran RPJPN 2025-2045 berlangsung di Djakarta Theater, Kamis (15/6). Acara ini dihadiri pula oleh sejumlah menteri, kepala daerah, dan generasi milenial berprestasi yang hadir secara daring. Dalam acara tersebut, Presiden ke-7 RI ini menekankan bahwa pedoman itu, RPJPN, sangat dibutuhkan untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju yang kuat di bidang transisi energi, infrastruktur hijau, dan pembangunan Ibu Kota Nusantara.

RPJPN 2025-2045 ialah peta jalan untuk membangun Indonesia dengan memanfaatkan bonus demografi. Jokowi menyampaikan, pada 2030, Indonesia akan mencapai puncak demografi. Sebanyak 68,3% penduduk Indonesia pada usia produktif. Kondisi ini hanya satu kali terjadi dalam peradaban sebuah negara.

Menurutnya, Indonesia diprediksi mencapai pendapatan per kapita US$23 ribu hingga US$30.300. Untuk itu, menurut Presiden, dibutuhkan rencana, visi, dan strategi taktis untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Jokowi menegaskan tiga fokus utama untuk mencapai Indonesia Emas. Pertama, stabilitas negara harus terjaga. Kedua, hilirisasi industri serta pembangunan IKN harus tetap berjalan. Ketiga, pemerintah harus meningkatkan kemampuan SDM yang mampu bersaing secara nasional dan global.

Waktu untuk mencapai Indonesia Emas tidak lama lagi, sekitar 20 tahun lagi. Karena itu, tanpa usaha keras untuk mewajudkannya akan sia-sia. Indonesia Emas hanya akan menjadi angan-angan alias indah di atas kertas. Hal ini terkait kita menyiapkan generasi Z dan milenial untuk menghadapi masa depan yang tak mudah, penuh tantangan.

Era kini disebut pula VUCA, yakni volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity. Artinya, perkembangan dunia yang terus berubah dan bergejolak, tanpa kepastian, rumit, dan membingungkan. Istilah ini sebenarnya sudah lama diciptakan oleh pakar ilmu bisnis dan kepemimpinan dari Amerika bernama Warren Bennis dan Burt Nanus pada 1987. Namun, istilah itu masih relevan untuk menggambarkan karakter dunia yang terus berubah dengan gelombang perubahan yang terkadang sulit diprediksi.

Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada 2030, yakni masa yang penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar jika dibanding dengan usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60% dari total jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia saat ini sebanyak 275,77 juta jiwa, yang menurut usianya, 69,25% penduduk Indonesia berada di jenjang usia 15-64 tahun dan sebanyak 24% penduduk berusia 0-14 tahun.

Melimpahnya sumber daya manusia di masa yang akan datang bisa mendatangkan dua hal, yakni berkah atau musibah. Menjadi berkah apabila mereka memiliki kompetensi, skill (hard skill dan soft skill) yang dibutuhkan. Selain itu, ketersediaan lapangan kerja untuk mereka. Sebaliknya, SDM yang melimpah akan menjadi musibah bila SDM tersebut tidak mampu menjawab kebutuhan zaman.

Generasi muda produktif, inovatif, dan mampu berpikir kritis (critical thingking) dalam puncak demografi ialah tangga menuju Indonesia Emas 2045. Namun demikian, selain menyiapkan SDM yang mumpuni, kebijakan pemerintah jangan meningggalkan wasiat founding fathers Bung Karno yang dikenal dengan Trisakti, yakni berdikari bidang ekonomi, berdaulat (merdeka) bidang politik, dan berkepribadian bidang kebudayaan.

Berdikari alias berdiri di atas kaki sendiri dalam bidang ekonomi ialah menghentikan ketergantungan kepada negara lain. Kini, Indonesia masih mengimpor sekitar 15 komoditas, seperti beras, gula, kedelai, garam, dan sebagainya. Padahal, Indonesia ialah tanah yang subur, seperti lagu ‘tongkat kayu dan batu jadi tanaman’. Selain itu, kebijakan pemerintah juga harus memiliki keberpihakan kepada produk dalam negeri dan UMKM.

Hingga saat ini, negeri ini masih dibanjiri oleh produk baju bekas. Meski dianggap ilegal impor pakaian bekas tersebut, faktanya kegiatan ilegal itu masih tetap berlangsung. Data BPS mencatat, impor pakaian bekas Indonesia mencapai 26,22 ton dengan nilai US$272.146 pada 2022. Jumlah tersebut meningkat 230,40% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebanyak 7,94 ton dengan nilai US$44.136.

Ekonom India yang juga peraih Nobel ekonomi pada 1998, Amartya Sen, mengatakan, “Poverty is not just a lack of money, it is not having the capability to realize one’s full potential as a human being.” Menurut Sen, kemiskinan bukanlah soal tingkat pendapatan yang rendah, tetapi harus dilihat sebagai ketiadaan akses untuk memenuhi potensi seutuhnya sebagai manusia, seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Tabik!



Berita Lainnya
  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka?