Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Mantan Presiden dan Penerusnya

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group
26/6/2023 05:00
Mantan Presiden dan Penerusnya
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PERISTIWA langka itu hanya sekali terjadi pada 17 Agustus 2017. Ketika itu, setelah upacara peringatan 72 tahun kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Negara, empat presiden foto bersama.

Mereka ialah Presiden BJ Habibie (1998-1999), Presiden Megawati Soekarnoputri (2001-2004), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014), dan Presiden Joko Widodo (2014-2024). Perbedaan di antara mereka tidak menghalangi para pemimpin itu untuk berdiri berdampingan sangat dekat satu sama lain.

Amat disayangkan bahwa momen istimewa itu hanya sekali terjadi. Hubungan antara mantan presiden dan penerusnya lebih banyak diwarnai keretakan silaturahim. Tengoklah bagaimana keretakan hubungan antara Bung Karno dan Pak Harto, antara Pak Harto dan Habibie, antara Gus Dur dan Mbak Mega, Mbak Mega dan SBY, juga SBY dan Jokowi.

Bisa jadi momen empat presiden foto bersama itu meninggalkan kesan amat mendalam sehingga terbawa mimpi oleh Presiden SBY. Mimpi bersatunya para pemimpin negeri ini.

SBY memimpikan bersama-sama Megawati dan Jokowi berangkat menggunakan kereta api menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di perjalanan, ketiganya menyapa hangat rakyat Indonesia yang pernah mereka pimpin.

Mimpi itu ditulis dan dibagikan sendiri melalui akun Twitter SBY pada Senin (19/6). Tidak disebutkan apakah mimpi itu datang pada malam hari atau siang bolong. Yang pasti, mimpi itu ditulis SBY persis sehari setelah putranya, Agus Harimurti Yudhoyono yang kini menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, bertemu Puan Maharani, Ketua DPP PDIP yang tak lain ialah putri Megawati.

Harus jujur diakui bahwa mimpi SBY sejatinya menjadi mimpi seluruh rakyat Indonesia. Sudah lama rakyat negeri ini kepingin melihat mantan presiden dan penerusnya untuk secara berkala bertemu dan bersilaturahim penuh persaudaraan.

Presiden Jokowi mengamini bahwa mimpi SBY itu mimpi kita semua. ”Kalau presiden-presiden, mantan presiden, itu bekerja sama, bersama-sama membangun negara ini, ya, itu mimpi kita. Mimpi kita semuanya,” ujar Jokowi pada Selasa (20/6).

Elok nian bila mantan presiden dan penerusnya bekerja sama membangun bangsa. Perbedaan politik di antara mereka tidak memisahkan persaudaraan dan persahabatan pribadi.

Aliran politik di antara para pemimpin boleh berbeda, tetapi silaturahim tidak boleh terputus. Tidak ada yang meragukan bahwa pemimpin memainkan peran sentral baik bagi kemajuan maupun kehancuran negara dan bangsa. Baik pemimpin, baik negara. Jahat pemimpin, busuklah bangsa.

Terus terang kita merindukan persatuan di antara mantan presiden dan penerusnya. Persatuan dan keakraban di antara mereka adalah modal kuat bagi resolusi problem. Karena, andai kata para pemimpin bersatu, setengah persoalan bangsa terselesaikan.

Bukannya bersatu dan bahu-membahu membangun bangsa, mantan presiden dan penerusnya justru memperlihatkan secara kasatmata keretakan silaturahim.

Mestinya mantan presiden dan penerusnya adalah pribadi-pribadi yang sudah selesai dengan diri mereka. Karena itu, mereka memiliki otoritas untuk meminta rakyat bersatu, mengingatkan agar rakyat tidak terkotak-kotak, sebab di antara mereka tidak menebalkan sekat pemisah.

Bolehlah meniru Amerika Serikat. Mereka yang pernah memimpin ‘Negeri Paman Sam’ bergabung dalam President Club. Para mantan presiden itu duduk bersama untuk memberikan masukan terbaik bagi presiden yang sedang memimpin.

Para mantan Presiden Amerika Serikat itu bersedia mewakili presiden yang sedang menjabat untuk melakukan kegiatan sosial di daerah bencana. Ketika terjadi bencana Aceh, misalnya, dua mantan Presiden Amerika Serikat, George Bush Senior dan Bill Clinton, datang bersama ke Aceh pada 20 Februari 2005.

Kedatangan keduanya dalam rangka menjalankan tugas khusus Presiden George Walker Bush yang saat itu memimpin. Mereka terlihat begitu kompak. Begitu antusias menjalankan tugas yang diberikan presiden penerus mereka.

Kini, rakyat merindukan Mbak Mega dan SBY bersama-sama menjalakan tugas yang dimintakan Presiden Jokowi. Setidaknya mereka bisa hadir bersama-sama dalam upacara kenegaraan. Rakyat hanya butuh keteladanan bahwa mantan presiden dan penerusnya tidak pernah merawat perseteruan.



Berita Lainnya
  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik