Headline

Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.

Bukan Capres Seolah-olah

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
26/5/2023 05:00
Bukan Capres  Seolah-olah
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DELAPAN bulan lebih jelang Pilpres 2024 kiranya rivalitas kian seru, tapi juga menggembirakan. Menggembirakan karena upaya calon presiden untuk menarik hati rakyat tak lagi semata tebar pesona, tapi mulai menjual gagasan bagaimana mengelola negara jika terpilih kelak.

Kita tahu, hingga detik ini, sudah ada tiga bakal capres. Mereka ialah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Diperkirakan sekaligus diyakini, hanya tiga calon itulah yang bakal berkompetisi meski dari hitung-hitungan presidential threshold bisa empat pasangan.

Kita pun paham, dari ketiga kandidat, baru Ganjar yang dipastikan punya tiket karena PDIP bisa mengusungnya sendirian, terlebih ada PPP yang bergabung kemudian. Adapun nasib Prabowo dan Anies masih menunggu akad resmi di antara koalisi partai-partai pengusung.

Bahkan, jadi tidaknya Anies nyalon juga bergantung pada berhasil tidaknya pihak-pihak tertentu menjegalnya dengan rupa-rupa cara. Kita, setidaknya saya, tentu berharap para begundal demokrasi itu gagal total. Kita, seenggaknya saya, tentu ingin demokrasi di negeri tercinta ini kian berkualitas, kian tahan dari godaan dan gangguan mereka yang mengaku pejuang tapi sebenarnya musuh demokrasi.

Dengan lebih dari dua pasangan, rakyat punya lebih banyak pilihan. Biarkan mereka meyakinkan rakyat sebagai yang terbaik untuk memimpin rakyat. Biarkan mereka melakukan beragam kiat untuk memikat hati rakyat. Akan tetapi, sudah saatnya pula mereka naik kelas. Tak lagi cuma menebar citra, waktunya mereka menawarkan ide dan gagasan membangun bangsa.

Saya senang, jualan ide dan gagasan itu mulai kerap dilakukan. Adalah Anies Baswedan yang mengawalinya. Dia, misalnya, membandingkan pembangunan jalan berbayar alias jalan tol dan jalan gratis yang dilakukan pemerintahan SBY dan Jokowi. Kata Anies mengutip data Katadata yang bersumber dari BPS, Jokowi sangat masif membangun jalan berbayar, tetapi tertinggal jauh dari SBY soal jalan gratis.

Anies juga menyentil subsidi kendaraan listrik yang menurutnya tak tepat. Hanya orang-orang kaya yang mampu beli mobil listrik. Kendaraan masa depan itu pun bukannya tak laku, indennya bahkan sangat lama. Jadi, tiada alasan memberikan subsidi begitu besar untuk mereka. Lain soal jika subsidi digelontorkan untuk transportasi umum berbasis listrik. Ini yang semestinya dilakukan pemerintah saat ini dan nanti.

Anies hendak menawarkan gagasan soal keadilan dan kesetaraan. Juga ide-ide lain yang dituangkan dalam semangat perubahan, perubahan untuk persatuan. Soal gagasan-gagasan tersebut kemudian disanggah, diperdebatkan, dipersoalkan, itu lain soal.

Soal kritik Anies tentang pembangunan jalan, perihal subsidi kendaraan listrik, mendapat kritik balik, itu hal biasa. Justru itulah yang kita inginkan. Jual beli ide dan gagasan adalah suplemen agar demokrasi lebih sehat, lebih bermanfaat buat rakyat.

Dalam tataran ideal, rakyat di negara mana pun kiranya butuh pemimpin yang isi kepalanya penuh ide dan gagasan untuk perbaikan bangsa. Mereka butuh pemimpin dengan rekam kinerja, track record, yang baik. Bukan pemimpin yang lebih mengandalkan citra untuk berkuasa, bukan pula yang mengedepankan gincu saat berkuasa.

Citra bisa dipermak, apalagi di zaman sekarang ketika teknologi dan media sosial bisa dimanfaatkan secara suka-suka. Ia bisa menjadi alat memoles seseorang yang sejatinya buruk terlihat baik. Atau sebaliknya, membuat seseorang yang sesungguhnya baik tampak buruk.

Bangsa ini tak butuh pemimpin yang seolah-olah. Seolah-olah dekat dengan rakyat, tetapi realitasnya menjadi sahabat oligarki. Seolah-olah mengutamakan kepentingan rakyat, tetapi faktanya lebih memanjakan kepentingan partai dan kelompoknya. Seolah-olah gemar membantu rakyat, tetapi di belakang senang membuat kebijakan-kebijakan yang mempersempit jalan napas rakyat.

Saya sih percaya, memilih pemimpin yang cuma mengandalkan citra adalah awal petaka. Cilaka kata orang Sunda. Bilahi orang Jawa bilang. Sebaliknya, memilih pemimpin berbasiskan rekam jejak, berlandaskan ide dan gagasan yang ditawarkan, adalah langkah yang bijak.

Penulis terkenal kelahiran Austria Peter F Drucker mengingatkan, “Pemimpin yang efektif bukan soal pintar mencitrakan diri agar disukai. Kepemimpinan tergambar dari hasil kerjanya, bukan atribut-atributnya.”

Masih ada waktu untuk 'menelanjangi' para capres, apakah mereka memang punya gagasan besar atau bisanya cuma mengandalkan pencitraan. Mari kita renungkan dan cermati dalam-dalam.



Berita Lainnya
  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka?