Headline

Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.

Suhu kian Panas

Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group
25/5/2023 05:00
Suhu kian Panas
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

TAHUN ini dan tahun depan, Indonesia akan menghadapi ancaman dua suhu panas. Yang namanya suhu atau cuaca panas pasti membuat gerah, kadang bikin sesak napas, bahkan bisa memunculkan amarah yang tak jelas kalau kita tidak bisa mengatasinya. Salah-salah kesehatan mental kita yang bakal kena.

Dalam konteks negara, ancaman dua suhu panas itu juga tak bisa disepelekan. Keduanya, kalau tidak bisa dimitigasi dan diantisipasi, mungkin pula akan membahayakan kesehatan negara. Tidak saja kesehatan secara ekonomi, tapi juga kesehatan lingkungan dan demokrasi.

Ancaman pertama datang dari suhu panas dalam arti sebenarnya, yaitu suhu udara yang dalam skup global bakal meningkat akibat fenomena alam dan ulah manusia penghuni Bumi. Pekan lalu, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperingatkan bahwa lima tahun ke depan akan menjadi periode terpanas di bumi.

Pemicu utamanya ialah kembali datangnya El Nino setelah absen selama hampir empat tahun terakhir. Menurut organisasi di bawah PBB itu, dengan 'dukungan' El Nino yang bakal datang sekitar Juli-Agustus tahun ini, suhu global akan terungkit lebih tinggi hingga sangat mungkin mencatatkan rekor panas baru.

El Nino ialah sebuah fenomena alam global berupa pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normal. Fenomena ini menyebabkan perubahan pola cuaca secara ekstrem dan secara langsung akan berdampak signifikan pada iklim di berbagai wilayah dunia.

El Nino ialah 'saudara' sekaligus antitesis dari La Nina yang dalam tiga-empat tahun terakhir rajin menyambangi bumi dan baru berakhir pada awal tahun ini. Meski berlawanan, kedua fenomena itu sebetulnya sama-sama merusak tatanan normal. Dalam konteks dampaknya terhadap perubahan suhu, El Nino memanaskan, La Nina mendinginkan.

La Nina ibarat rem, ia menahan suhu Bumi yang secara tren peningkatannya terus melaju. Namun, karena begitu berlebihannya efek gas rumah kaca (akibat ulah manusia) yang menyebabkan pemanasan global secara masif, rem La Nina pun menjadi tak terlalu pakem. Itu bisa dilihat dari laporan WMO yang menyebutkan bahwa delapan tahun terakhir ialah tahun terhangat yang pernah tercatat di bumi.

Itu artinya, meskipun ada efek pendinginan dari fenomena La Nina yang terjadi selama hampir setengah dari periode itu, suhu global nyatanya tak beranjak turun. Tetap naik walaupun tipis-tipis.

Maka, bisa dibayangkan bila yang datang kali ini Ialah El Nino. Lonjakan suhu, seperti yang diprediksikan WMO, akan lebih tinggi dan lebih cepat, perubahan iklim dan kekeringan pun akan lebih ekstrem. Indonesia tentu saja termasuk yang terdampak. Musim kemarau di Tanah Air sangat mungkin bakal lebih panjang dan lebih kering.

Ancaman suhu panas yang kedua ialah suhu politik. Ini sama, tapi tidak serupa dengan suhu cuaca panas. Kalau panasnya cuaca disebabkan 'kenakalan' bocah laki-laki (El Nino), panasnya suhu politik biasanya dipicu oleh tingkah polah bocah tua nakal.

Seperti cuaca panas, meningkatnya suhu politik di tahun-tahun menjelang dan selama berlangsungnya pemilu juga merupakan fenomena yang selalu berulang di negeri ini. Tidak terkecuali yang terjadi pada hari-hari ini, sembilan bulan sebelum Pemilu 2024. Meski baru sebatas riak-riak kontestasi, suhu sudah mulai menghangat, bahkan memanas.

Sampai di situ sebetulnya lumrah. Aneh juga kalau kita membayangkan sebuah proses kompetisi demokrasi direspons dengan adem-adem saja. Pasti akan hambar. Enggak seru. Kurang greget. Namanya juga kompetisi, wajar kalau ada sedikit panasnya. Seperti saat ini, 'pertarungan' sesungguhnya belum dimulai, ‘kandidasi’ pun baru sebatas deklarasi, tetapi para pendukung sudah heboh dan panas.

Namun, memang, yang disayangkan ialah kehebohan mereka terkadang terjebak pada pola-pola yang keliru. Menjelek-jelekkan lawan, provokasi, menyebar fitnah dan perilaku-perilaku kotor lainnya. Ujaran-ujaran kebencian dan berita bohong (hoaks) pun semakin sering kita lihat berseliweran di lini-lini masa media sosial. Hal-hal itulah yang membuat suasana panas yang sejatinya wajar menjadi tampak menakutkan.

Patut kita ingat, saat ini mungkin baru para pendukung, relawan, dan simpatisan saja yang menjadi pemicu panas. Sebentar lagi, partai-partai politik akan mulai menyalakan mesinnya demi berlomba merebut dukungan dan aspirasi publik. Ketika semua mesin sudah menyala, bukankah sudah pasti suhu bakal kian memanas?

Pada satu titik nanti nanti, suhu politik nasional makin panas, suhu panas global pun kian memuncak. Apakah kita mesti ikut-ikutan panas? Saran saya sih tidak. Tak perlu berlebihan kita menyikapi dua fenomena itu. Kita pilih yang hangat-hangat saja, yang sedang-sedang saja, daripada pusing, gerah, sesak napas, dan gampang marah-marah sendiri.



Berita Lainnya
  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka?