Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Ayo (Bicara) Utang Lagi

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
24/5/2023 05:00
Ayo (Bicara) Utang Lagi
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

HAMPIR di mana-mana, membicarakan utang selalu tidak enak. Kecuali bagi orang yang hidupnya hobi berutang. Bagi orang tipe seperti itu, urusan utang asyik-asyik saja dibicarakan dan dilakukan.

Tapi, saya yakin negara kita bukan tipe 'yang asyik-asyik saja' ihwal utang. Itu karena negara kita bukan tipe negara yang hobi utang, bukan? Tengoklah pengakuan Menteri Keuangan Sri Mulyani pada awal tahun ini. Menkeu kerap merinding ketika membicarakan utang negara.

"Saya ini bicara di universitas Islam, jadi saya tahu kalau bicara defisit dan utang itu langsung bulu kuduk bisa berdiri," ujar Sri Mulyani saat memberi sambutan di Ground Breaking Kampus III UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dikutip Selasa (24/1/2022).

 

Loh, apa pasal? Bukankah rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) menurun? Bukankah pula itu berarti tidak ada yang patut dirisaukan? Apalagi, kemampuan pemerintah membayar utang juga terus diklaim cukup memadai. Mengapa harus merinding?

Tidak lain dan tidak bukan, jumlah utang yang besar dan tingginya ketidakpastian globallah yang membuat alarm kewaspadaan Bu Menkeu terus menyala. Rasio utang terhadap PDB memang relatif aman. Tapi, di tengah krisis global termasuk krisis keuangan dunia, merasa aman karena indikator statistik semata bukanlah sikap bijak.

Karena itu, menghadapi para kritikus utang kiranya justru berterima kasih. Bukan malah terus-terusan menangkis. Mengaku merinding, bergidik, berdiri bulu roma, jauh lebih elegan ketimbang selalu bilang, “Rasio utang terhadap PDB dalam batas aman, wajar, serta terkendali diiringi dengan diversifikasi portofolio yang optimal.”

Jawaban soal utang yang kelewat tenang jelas bertentangan dengan kenyataan. Faktanya, utang pemerintah terus bertambah. Hingga Maret 2023, posisi utang pemerintah lebih dari 7.000 triliun rupiah. Tepatnya Rp7.879,07 triliun. Rasio utang pemerintah, hingga 31 Maret 2023 mencapai 39,17% dari produk domestik bruto (PDB).

Dalam setahun (selama Januari hingga Desember 2022), utang negara bertambah lebih dari Rp800 triliun. Jumlah itu akan terus bertambah karena pemerintah terus menarik utang baru. Pekan lalu, misalnya, pemerintah melalui Kementerian Keuangan kembali menerbitkan surat utang negara (SUN) dalam valuta asing berdenominasi yen Jepang.

Surat utang yang juga disebut Samurai Bonds itu diterbitkan dalam empat seri dengan total nilai 104,8 miliar yen Jepang atau setara Rp11,35 triliun. Utang itu digunakan untuk menambal defisit APBN, khususnya guna membiayai pencapaian-pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Maka, kritik atas terus bertambahnya utang pemerintah sejatinya ialah peringatan kepada rezim agar negeri ini kian waspada. Proyek-proyek yang dibiayai utang dan APBN mesti lebih ketat menjalankannya. Jangan sampai salah rencana. Jangan pula setelah proyek jalan, eh anggaran membengkak tidak terkira. APBN pula yang mesti menanggung separuh pembengkakannya.

Tidak ada garansi bahwa yang saat ini semua masih aman-aman saja, tahun depan atau beberapa waktu ke depan tetap seaman sediakala. Ada beberapa negara yang awalnya biasa-biasa saja, tiba-tiba harus terjerat utang. Mereka gagal bayar, lalu ambruk. Pakistan, contohnya. Kini, negeri berpenduduk sekitar 230 juta jiwa itu di ambang kebangkrutan. Cadangan devisanya menipis, sekitar US$4,3 miliar, dan hanya sanggup mengimpor kebutuhannya untuk keperluan tiga minggu saja.

Financial Post menulis penurunan cadangan devisa tersebut disebabkan pelunasan pinjaman komersial sebesar US$1 miliar kepada dua bank yang berbasis di Uni Emirat Arab. Kini, sudah tiga kali pula lembaga keuangan IMF menyuntikkan utang ke Pakistan. Tapi, itu tidak menolong juga.

Contoh lebih gamblang lagi Amerika Serikat. 'Negeri Paman Sam' bakal gagal bayar utang-utang yang jatuh tempo bulan depan bila DPR-nya menolak melonggarkan batas plafon utang pemerintah Biden. Sudah sejak Januari lalu, Menteri Keuangan Janet Yellen mendesak DPR Amerika Serikat untuk membahas penaikan plafon utang guna membayar utang ini. Hingga pekan lalu, upaya itu belum membuahkan hasil.

Jadilah utang Amerika yang jumlahnya lebih dari Rp460 ribu triliun tersebut (sebesar 59 kali utang pemerintah Indonesia) beban negara di bawah pimpinan Joe Biden itu. Rasio utang terhadap PDB-nya pun terus membengkak menjadi 125%. Jadilah Amerika sebagai negara kuat yang harus menambah utang untuk membayar utang.

Sebelum ini, pemerintah AS selalu menyebut utang mereka aman. Utang juga digunakan untuk membiayai proyek-proyek penting demi menjaga kemajuan dan kebesaran Amerika. Tapi, nyatanya, pada saatnya Amerika kini butuh utang karena harus membayar utang. Jika tidak boleh mengutang, maaf mulai Juni AS jadi negara gagal bayar utang.

Negeri ini tentu tidak ingin seperti itu. Langkah terbaik, teruslah waspada. Teruslah merinding saban membicarakan utang yang jumlahnya kian bertambah. Jangan sampai pemerintah mengalami apa yang pernah diperingatkan Rhoma Irama lewat lagunya Gali Lobang Tutup Lobang. Kata Bang Haji, 'Gali lobang tutup lobang, pinjam uang bayar utang'. Kalau itu pun terus ditangkis, benar-benar terlaaluu….



Berita Lainnya
  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.