Headline

Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.

Peneliti atau Gali?

Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group
27/4/2023 05:00
Peneliti atau Gali?
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SAMPAI hari ini barangkali tidak ada satu pun preman yang menyambi menjadi peneliti. Sama sekali tak nyambung, memang. Yang satu mengandalkan otot, satu lagi menjadikan kemampuan otak sebagai panglima. Kerja preman berdasarkan spontanitas, sedangkan kerja peneliti mesti diawali dengan landasan berpikir yang jelas, rasional, dan bisa dipertanggungjawabkan.

Namun, jika dibalik, peneliti yang berkelakuan seperti preman, rupanya ada. Alih-alih memaksimalkan keilmuwan dan keenceran otak yang dimiliki, peneliti jenis seperti itu justru tak sungkan mengedepankan otot dan emosi. Pikirannya pendek, merasa paling benar. Ujung-ujungnya main ancam, bahkan mengancam membunuh orang-orang yang tak sependapat dengannya. Duh Gusti, ini sebetulnya peneliti atau gali?

Bahkan gali sekalipun mungkin masih berpikir ulang beberapa kali untuk berani mengirimkan ancaman kepada satu kelompok organisasi masyarakat besar, bukan sebatas ancaman kepada individu. Tetapi rupanya peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang Hasanuddin punya kenekatan melebihi gali.

Ia tak perlu berpikir panjang untuk berani menebar ancaman kepada Muhammadiyah yang dianggapnya tidak taat terhadap pemerintah dalam hal penetapan 1 Syawal 1444 H. Ancamannya pun tidak main-main. Ia mengancam membunuh satu-satu warga Muhammadiyah sekaligus menantang siap dilaporkan dengan ancaman pasal pembunuhan. Mengerikan.

Benarlah seperti yang dikatakan seorang kawan, negeri ini semakin ke sini rasanya semakin semrawut dengan pikiran-pikiran dan perilaku yang nyaris tak masuk akal. Ketika orang awam sudah bisa menghargai perbedaan pandangan, orang-orang yang kita anggap pintar malah berpikiran amat kerdil, memanfaatkan perbedaan itu untuk memprovokasi dan main ancam.

Di saat negara berupaya menjunjung penghormatan terhadap perbedaan sikap dan pendapat, seorang peneliti di sebuah lembaga riset milik negara justru dengan pongah menginjak-injaknya. Sangat disayangkan, kewarasan dan intelektualitasnya (kalau dia punya) kalah oleh kebenciannya terhadap kelompok tertentu.

Jika dibiarkan, ia berpotensi melakukan kejahatan dengan latar kebencian (hate crime) seperti banyak kisah yang sering kita baca tentang pembunuhan massal di luar negeri, yang diawali dengan kebencian terhadap kelompok dengan latar identitas tertentu. Ia bahkan mungkin bisa ditempatkan satu tingkat di bawah teroris karena sama-sama menebar teror dan ancaman terhadap satu kelompok masyarakat yang dibencinya.

Muhammadiyah barangkali bisa menghadapinya dengan kalem dan memilih menjauh dari provokasi murahan semacam itu. Tetapi siapa yang menjamin orang yang sama tidak akan melakukan ancaman serupa terhadap kelompok lain atau bahkan terhadap individu lain? Kalau organisasi besar dan sangat dihormati seperti Muhammadiyah saja berani ia ancam dan maki-maki, bagaimana dengan orang biasa yang tak punya kekuatan apa-apa?

Karena itu, semestinya polisi tidak boleh kalem. Mengancam untuk membunuh adalah kejahatan serius. Sama sekali tak boleh diabaikan. Kiranya polisi bisa menindaknya tanpa menunggu dia merealisasikan ancamannya, bukan? Apalagi kini sudah ada pihak yang melaporkan ancaman si peneliti itu, rasanya tak elok kalau polisi tak segera mengusutnya meskipun permintaan maaf secara terbuka sudah ia sampaikan.

Namun, buat saya, yang paling menjengkelkan ialah kok bisa-bisanya orang sejenis AP Hasanuddin, yang punya pikiran sepicik itu, bekerja sebagai peneliti di BRIN? Bukankah salah satu karakter peneliti itu harus mampu berpendapat secara ilmiah dan kritis? Fatsunnya, setiap pendapat peneliti harus didasari fakta yang telah teruji kebenarannya, tidak mengada-ada tanpa bukti yang bisa dipertanggungjawabkan.

BRIN jelas bukan lembaga abal-abal. Ia milik pemerintah. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2021 secara efektif menetapkan BRIN sebagai satu-satunya badan penelitian nasional, meneruskan Komite Inovasi Nasional. Peraturan itu memutuskan bahwa semua lembaga penelitian milik pemerintah bergabung menjadi BRIN. Dalam benak saya, juga publik awam pada umumnya, orang-orang hebat nan pandai yang berkumpul di situ, bukan orang-orang yang berjubah peneliti tapi kelakuan, cara berpikir, dan tutur katanya bak preman jalanan.

Mestinya tidak masuk akal kalau badan sekaliber itu masih bisa 'disusupi' orang-orang yang berlagak peneliti tapi sejatinya berwatak preman. Jangan-jangan AP Hasanuddin bukan satu-satunya. Jangan-jangan banyak peneliti BRIN yang kadar moral dan intelektualitasnya seperti itu. Lantas, salahkah bila publik juga mulai meragukan kekaliberan BRIN sebagai lembaga? Entahlah, biar BRIN yang menjawabnya.



Berita Lainnya
  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka?