Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Memimpin bukan Mengendalikan

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
03/3/2023 05:00
Memimpin bukan Mengendalikan
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KEPALA daerah dan wakil kepala daerah sejatinya ialah dwitunggal. Dua tapi satu. Satu pemikiran, satu perjuangan, satu tujuan untuk memajukan daerah yang dipimpin.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dwitunggal artinya pasangan yang sangat erat dan kukuh antara dua hal (tokoh). Erat berpasangan artinya saling memahami, saling melengkapi, saling menguatkan untuk menjalankan tugas dan kewenangan masing-masing.

Itulah idealnya. Namun, di negeri ini, yang ideal susah dicari. Realitas yang ada justru kerap kontradiksi. Yang bertebaran malah yang tidak ideal, yang semestinya tak terjadi.

Kasus di Indramayu, Jawa Barat, ialah sedikit dari contoh yang tak ideal itu. Bupati dan wakil bupati yang seharusnya menjadi satu, yang saling melengkapi, lebih memilih tetap menjadi dua yang terpisahkan. Puncaknya, sang wakil bupati memutuskan mundur.

Wakil bupati itu bernama Lucky Hakim. Dia mengajukan pengunduran diri lewat surat yang ditujukan kepada pimpinan DPRD Indramayu pada Senin, 13 Februari lalu.

Lucky bukanlah orang biasa. Dia dikenal sebagai aktor yang cukup tenar. Setidaknya empat film dia bintangi, yakni Ketika (2005), Ruang (2006), Lantai 13 (2007), dan Malam Seribu Bulan (2013). Sinetronnya lebih banyak lagi. Ambil contoh Mahabharata (2002), Angling Dharma (2003), Wali Songo (2003), Mutiara Hati (2004), dan Putri Salju (2005).

Popularitas Lucky di layar lebar dan layar kaca berbuah kesuksesan di panggung politik. Dia terpilih di Pemilu 2014 sebagai anggota DPR dari PAN. Setelah itu, Lucky merambah ke rivalitas eksekutif daerah, dan lagi-lagi berhasil. Menjadi pasangan Nina Agustina, dia memenangi Pilkada Kabupaten Indramayu 2020 dan dilantik pada Februari 2021. Keduanya diusung PDIP, Gerindra, NasDem, dan Perindo.

Saat pilkada, Nina dan Lucky begitu mesra. Akan tetapi, kemesraan itu tak bertahan lama. Ia begitu cepat memudar setelah terpilih menjadi orang nomor satu dan nomor dua di ‘Kota Mangga’. Itulah setidaknya yang tergambar dari pengakuan Lucky kenapa dia sampai mundur.

Lucky mengklaim tak mendapatkan tugas sebagai wakil bupati. Dia bahkan mengaku sudah 'menganggur' sejak 2021. Dia merasa tidak difungsikan, tetapi tetap mendapatkan gaji plus beragam tunjangan yang besarnya Rp200 juta lebih saban bulan. ''Saya tidak ingin menerima gaji buta terus-terusan gitu,'' begitu katanya.

Lucky sudah berketetapan hati. Saat menghadiri rapat pimpinan di Kantor DPR Indramayu, Selasa (28/2), dia keukeuh undur diri. Keputusannya itu patut dihormati. Jika memang benar alasan pengunduran dirinya karena tak mau makan gaji buta, dia sangat layak diapresiasi. Sangat langka pejabat bertipe seperti itu di negeri ini.

Kasus Indramayu bukan satu-satunya contoh disharmoni kepala dan wakil kepala daerah. Sebelumnya, di Surakarta, ketidakmesraan Wali Kota Gibran Rakabuming Raka dan Wakil Wali Kota Teguh Prakosa juga terungkap awal Februari kemarin. Adalah Ketua DPC PDIP Surakarta FX Hadi Rudyatmo yang mengungkapnya. Kenaikan luar biasa pajak bumi bangunan (PBB) di Surakarta menjadi pemantiknya.

Rudy kaget, juga marah, karena Teguh tak tahu-menahu soal kebijakan menaikkan PBB gila-gilaan yang membuat warga Surakarta marah. Dia menduga, Gibran jalan sendirian, tidak mengajak wakilnya bicara soal kebijakan itu. Rudy juga kesal karena Teguh diam saja. "Tingkatkan komunikasi, minimal Pak Wakil ini difungsikan, biar bergerak, wong pilihannya satu paket," cetus Rudy yang juga eks Wali Kota Surakarta.

Kasus di Surakarta, kejadian di Indramayu, bukan yang pertama dan saya yakin bukan yang terakhir kepala daerah retak dengan wakilnya. Mantan Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri Djohermansyah Djohan pernah membeberkan, sejak Pilkada 2005 hingga 2014 saja, 94% atau 971 pasangan kepala daerah pecah kongsi.

Tugas, wewenang, kewajiban, dan hak kepala daerah, dan wakil kepala daerah sudah jelas dan tegas diatur di UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Keduanya punya tanggung jawab tak jauh beda dalam memimpin daerah. Wakil kepala daerah bukanlah ban serep yang hanya digunakan ketika ban utama tak berfungsi.

Kepala daerah dan wakilnya ialah satu paket pilihan rakyat. Jika keduanya saling meniadakan, rakyatlah yang menjadi korban. Sama jika pasangan suami-istri cakar-cakaran, anak-anaknyalah yang merasakan.

Kepala daerah dan wakilnya kiranya harus berlaku sebagai pemimpin, bukan atasan. Sama seperti yang Theodore Roosevelt bilang, ''Orang-orang menanyakan perbedaan antara pemimpin dan atasan. Pemimpin memimpin, dan bos mengendalikan."



Berita Lainnya
  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).