Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Flexing versus Ghosting

Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group
02/3/2023 05:00
Flexing versus Ghosting
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

ADA dua hal kontras yang terpampang di berita-berita headline media, baik media cetak, televisi, maupun daring, belakangan ini. Objek beritanya sebetulnya mirip, yang satu aparatur sipil negara (ASN) di Kementerian Keuangan, satu lagi calon ASN di Kemendikbud-Ristek. Yang menjadi kontras ialah fakta bahwa nasib mereka 180 derajat berbeda.

Objek pertama, khususnya di Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak dan Ditjen Bea Cukai belakangan menjadi sorotan karena 'kehebatan' (sebagian) mereka menumpuk harta serta kegemaran mereka pamer kemewahan alias flexing. Bahkan terkuaklah kemudian bahwa sebagian dari mereka memiliki harta kekayaan yang tak sesuai dengan profil kepangkatan dan gajinya.

Sebetulnya sih mereka kaya tidak mengagetkan. Sejak dulu, dalam pandangan awam, 'orang pajak' dan 'orang bea cukai' umumnya memang kaya-kaya lantaran gaji dan tunjangan mereka besar. Makanya dulu banyak orangtua yang berusaha keras anaknya kuliah di STAN supaya ketika lulus bisa langsung kerja di institusi itu. Jadi, apa yang terjadi hari ini hanyalah mengonfirmasi pandangan-pandangan lawas itu.

Namun, tetap saja menjengkelkan ketika kita dipampangkan nilai kekayaan (sebagian) mereka yang jika dinominalkan jumlah nolnya sampai 10 alias puluhan miliar rupiah. Sebesar-besarnya gaji dan tunjangan mereka, rasanya tak masuk akal juga kalau mereka bisa memiliki catatan harta hingga puluhan miliar tanpa ada pemasukan lain.

Ambil contoh saja Rafael Alun Trisambodo yang kemarin baru saja dipanggil KPK untuk mengonfirmasi jumlah dan sumber hartanya. Dalam laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN) yang ia sampaikan ke KPK, per Desember 2021, Alun punya kekayaan sebesar Rp56,1 miliar. Luar biasa bukan? Padahal, ia 'cuma' pejabat eselon III Ditjen Pajak Kementerian Keuangan, lho.

Anggaplah misalnya gaji plus tunjangan dia Rp50 juta. Kalau cuma mengandalkan pendapatan, secara matematis ia butuh waktu 90 tahun untuk mengumpulkannya hingga Rp56,1 miliar. Dari laman elhkpn.kpk.go.id, kita bisa lihat hartanya justru naik teramat cepat. Per 31 Desember 2019, Rafael melaporkan hartanya Rp44,2 miliar, tapi per Desember 2021 sudah melesat jadi Rp56,1 miliar. Naik hampir Rp12 miliar cuma dalam waktu dua tahun!

Itu juga yang tampak pada Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto yang gaya hedon dan flexing-nya kini menyusul viral di media sosial. Belakangan, aksi pamer harta dan kemewahan yang ditunjukkan Eko melalui akun Instagram @eko_darmanto_bc telah dihapus. Kemarin, ia juga dicopot dari jabatannya gara-gara kehedonannya itu. Sepatutnya Kemenkeu dan KPK segera memeriksa orang ini juga.

Dua contoh kehidupan orang pajak dan bea cukai itu begitu kontras dengan nasib guru-guru yang mengikuti seleksi pengangkatan guru aparatur sipil negara (ASN) dengan status pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) yang masa depannya terus digantung pemerintah. Merekalah objek kedua yang dimaksud dalam pembuka tulisan di atas.

Di saat orang-orang seperti Rafael atau Eko hobi flexing, para guru honorer ini malah kena ghosting. Mereka diberi harapan, tapi kemudian digantung tanpa kejelasan. Mereka sudah menjalani seleksi, tapi hingga

kini Kemendikbud-Ristek belum juga mengumumkan hasil ASN PPPK guru 2022. Dijanjikan awal Februari 2023, mundur jadi akhir Februari, tapi sampai 28 Februari 2023 kemarin belum muncul juga rilis pengumumannya.

Entahlah kenapa nasib guru honorer itu selalu dipersulit. Padahal, mereka juga bagian penting dari pendidikan generasi bangsa yang mestinya mendapat tempat terhormat dan penghargaan yang layak. Memangnya murid yang diajar guru honorer ketika lulus juga diembel-embeli 'gelar' lulusan honorer? Kan tidak.

Tapi nyatanya mereka 'dihargai' sangat murah. Saya kasih contoh, gaji guru SD honorer secara umum cuma berkisar Rp300 ribu-Rp 1juta per bulan. Agak naik kalau dia guru SD honorer di kota-kota besar yang anggaran daerahnya besar, antara Rp1,5 juta-Rp2 juta per bulan. Gaji mereka sebulan mungkin hanya cukup untuk sekali makan siang Rafael atau Eko.

Namun, untuk sekadar naik kelas dan keluar dari sempitnya gaji dengan menjadi guru ASN PPPK pun sulitnya minta ampun. Digantung nasibnya, dikecewakan berkali-kali. Siapa yang tak miris dengan kenyataan itu?

Apa perlu mereka mencontoh kelakuan (sebagian) orang pajak dan bea cukai yang doyan flexing biar diperhatikan sama Bapak dan Ibu Menteri? Kalau flexing-nya (sebagian) orang pajak dan bea cukai memamerkan kekayaan, apa mesti guru honorer flexing memamerkan kesulitan hidup mereka? Mudah-mudahan tidak sampai seperti itu.



Berita Lainnya
  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).