Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Di Ambang Deindustrialisasi

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
15/2/2023 05:00
Di Ambang Deindustrialisasi
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DI tengah banyak orang sedang bersorak-sorai atas 'kemenangan' keadilan dalam kasus Sambo, saya sedang serius memelototi peringatan ekonom Faisal Basri tentang 'kekalahan' industrialisasi kita. Faisal bahkan menyebutnya 'kegagalan' kebangkitan industri manufaktur kita, yang berpotensi membuat negeri ini gagal maju.

Ekonom senior yang sangat kritis itu tentu tidak asal bicara. Ia menyebutkan bahwa pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia turun sangat drastis bahkan sebelum mencapai puncaknya. Pada 2001, kontribusi industri manufaktur Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi (produk domestik bruto/PDB) mencapai 29,1%. Namun, angka ini terus anjlok hingga 2022 yang hanya mencapai 18,3%.

Pada 2015, industri manufaktur berkontribusi 20,99% terhadap PDB. Akan tetapi, dalam kurun waktu empat tahun berturut-turut setelah itu (hingga 2019) turun menjadi 20,52%, 20,16%, 19,86%, dan 19,62%. Pada 2020, kontribusi industri manufaktur terhadap PDB sedikit naik menjadi 19,88%.

Jika dibandingkan dengan negara lain, puncak pertumbuhan manufaktur mereka lebih tinggi daripada Indonesia. Industri manufaktur Tiongkok, yang selalu jadi barometer, berkontribusi terhadap ekonomi negara itu di level 40,1%. Kalaupun turun, tidak terlalu drastis.

Kondisi serupa terjadi di Malaysia dan Thailand. Industri manufaktur mereka mampu menopang 31% terhadap PDB. Bahkan, saat ini kondisi pertumbuhan manufaktur mereka masih tergolong tinggi bila dibandingkan dengan Indonesia yang terus menurun.

Industri kita baru berkontribusi 29% sudah turun. Harusnya naik lagi dan lagi, mengingat besarnya potensi Indonesia. Laju penurunannya pun terlalu cepat. Maka, Faisal menyebut situasi itu sebagai early sign of deindustrialization, alias gejala awal deindustrialisasi.

Industri di Tiongkok memang bakal turun. Tapi, ia sudah mencapai industri yang paripurna dulu baru turun. Malaysia sudah tumbuh 31% baru turun. Thailand juga sudah merasakan pertumbuhan industri manufaktur di angka 31% baru turun. Indonesia, belum sempat tumbuh 30% sudah turun.

Itu baru dari sisi pertumbuhan. Dari sisi kemampuan industri manufaktur, Faisal secara lugas menyebut kita baru unggul di kandang. Kita baru jadi jawara di dalam, belum mampu bersaing di kancah global. Ini bisa dilihat dari data Badan Pusat Statistik yang menunjukkan kondisi 17 sektor penopang perekonomian Indonesia.

Data itu merekam bahwa seluruh sektor yang tumbuh eksponensial di atas pertumbuhan Indonesia tahun 2022 yang 5,31% ialah sektor jasa. Adapun industri manufaktur dan pertambangan, pertumbuhannya berada di bawah itu.

Sektor jasa (misalnya sektor listrik dan jasa pemerintahan), pada umumnya tidak bisa diekspor. Ia kuat di dalam negeri. Padahal, untuk mendongkrak perekonomian Indonesia menuju negara maju, seharusnya sektor barang seperti pertanian, pertambangan, dan industri manufaktur mesti didorong untuk bertumbuh lebih tinggi.

Sektor-sektor itulah yang memiliki nilai kompetitif, membuka banyak lapangan kerja formal, dan bisa menggenjot ekspor Indonesia. Sayangnya, nilai pertumbuhan sektor-sektor strategis itu masih setengah dari pertumbuhan di sektor jasa.

Padahal, Indonesia belum menjadi negara maju. Kita masih di level menengah. Kita masih sangat butuh pertumbuhan sektor manufaktur secara eksponensial. Negeri ini perlu kobtribusi kuat dari industri agar segera maju.

Saat ini, baru sektor penopang ekonomi, yakni sektor jasa, yang pertumbuhan dan kontribusinya sudah mirip negara maju. Tapi, jalan industri yang mengantarkan banyak negara menggapai kemajuan, di negeri ini tidak sepenuhnya berkembang mulus.

Pembangunan fisik memang tumbuh pesat. Itu terjadi karena nyaris seluruh sumber daya dan sumber dana dikerahkan total untuk proyek-proyek fisik. Tapi, kegencaran pembangunan fisik tersebut belum sanggup mendongkrak pertumbuhan manufaktur.

Itu karena pertumbuhan industri manufaktur tidak mendapat perlakuan setara. Dari total investasi yang masuk ke negeri ini, baru sekitar 11% yang diinvestasikan ke peralatan mesin industri, misalnya. Mayoritas diinvestasikan untuk pengembangan dan pembangunan fisik.

Padahal, tingkat laju penurunan kontribusi industri manufaktur terhadap perekonomian kita sudah di ambang bahaya. Ajakan Presiden Jokowi agar segala sumber daya dan sumber dana dikerahkan besar-besaran untuk menyokong hilirisasi industri mestinya segera menjadi gerakan. Sama seperti saat Presiden mewujudkan gerakan mempercepat pembangunan infrastruktur.

Apa yang diteorikan ekonom John Maynard Keynes masih relevan untuk direnungkan. Kata Pak Keynes, campur tangan pemerintah diperlukan untuk menstabilkan 'kempis-kembangnya' siklus aktivitas ekonomi. Karena aktivitas industri manufaktur terus mengempis, saatnya pemerintah menginisiasi memompanya segera.



Berita Lainnya
  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik