Kamis 02 Februari 2023, 05:00 WIB

Yang Muda yang Berpolitik

Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group | Editorial
Yang Muda yang Berpolitik

MI/Ebet
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group.

PEKAN lalu, sebagian pemberitaan di negeri ini mendadak ramai setelah Kaesang Pangarep, putra ketiga Presiden Joko Widodo, mengutarakan niat ingin terjun ke dunia politik. Pada akhirnya, setelah menikmati kesuksesan bersama bisnis-bisnisnya, sepertinya ia ingin mengikuti jejak bapaknya, kakaknya Waki Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, dan kakak iparnya Wali Kota Medan Bobby Nasution.

Seperti ketiga patronnya itu, Kaesang konon juga mengincar posisi eksekutif sebagai jalan masuk ke kancah perpolitikan nasional. Bukan jalur legislatif. Barangkali ia melihat kesuksesan kedua kakaknya yang langsung terpilih menjadi pemimpin daerah pada kesempatan pertama ikut pilkada menjadi acuannya.

Buat saya, meskipun dahulu Kaesang berkali-kali menyatakan tidak tertarik dengan politik dan tampak lebih enjoy mengurusi bisnis-bisnisnya, keputusan terbarunya itu tidaklah mengagetkan. Sama halnya dengan kakaknya, Mas Wali Kota Gibran, yang dulu selalu ngeles saat ditanya apakah ingin berkecimpung di politik. Tidak tertarik, enggak pernah mikirin, begitu selalu jawaban dia kala itu.

Namun, pada titik tertentu, ia akhirnya ikut dalam kontestasi pilkada di Solo dan berhasil ia menangi. Kini, bahkan menurut survei Indonesia Indicator (I2) yang dirilis medio Januari ini, Gibran berada di posisi teratas sebagai politikus muda terpegah (terpopuler) dan tervokal pada 2022.

Tentu ada perspektif bahwa apa yang dilakukan anak-anak Pak Jokowi naik ke panggung politik nasional itu ialah sebuah upaya 'pelestarian' politik dinasti. Dari sudut pandang yang lain, tapi masih berdekatan, Kaesang juga dipandang tengah mempraktikkan konsep aji mumpung untuk bisa langsung menjadi pemain utama perpolitikan. Mumpung bintangnya sedang terang, mumpung bapaknya sedang berkuasa, mumpung jalan menuju puncak karier politik sedang mulus-mulusnya, dan lain-lain.

Namanya juga perspektif, semua sah-sah saja. Namun, saya lebih tertarik membahas dari sudut pandang berbeda, yaitu tentang ketertarikan anak-anak muda terhadap politik. Kita tahu, sampai saat ini di Indonesia tidak banyak anak muda yang punya minat menjadi pelakon politik. Bahkan, yang melek politik pun sedikit. Mereka cenderung apatis.

Survei terakhir terkait isu tersebut yang dilakukan Center for Strategic and International Studies (CSIS) pada Agustus 2022 lalu pun masih menunjukkan tren ketertarikan anak muda Indonesia terhadap politik masih rendah. Khususnya, golongan muda yang ingin mencalonkan diri sebagai kepala daerah ataupun anggota DPR/DPRD sangat minim.

Hasil survei itu mencatat hanya 14,6% anak muda yang memiliki keinginan mencalonkan sebagai anggota DPR/DPRD dan cuma 14,1% anak muda ingin mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Sebaliknya, yang tidak ingin berkiprah di jalur legislatif 84,7% dan tak minat menjadi pemimpin eksekutif daerah 85,2%.

Sungguh jomplang. Pantas saja kalau kita lihat pemain politik di Indonesia, ya wajah-wajah tua itu saja yang tampak. Sejujurnya kita butuh lebih banyak anak muda untuk mengimbangi hegemoni kaum tua yang kini masih menguasai perpolitikan dalam negeri. Dunia politik kita butuh regenerasi dan sirkulasi.

Perlu darah segar dari para politikus muda untuk meluruskan jalan demokrasi sekaligus membersihkan kekotoran yang banyak diproduksi oleh politikus tua. Jika sirkulasi itu tak berjalan, ya bakal begini-begini saja jagat politik nasional kita.

Nah, dari sudut itu, keinginan Kaesang untuk muncul di peta politik Indonesia semestinya menjadi kabar baik. Kaesang dengan kepopuleran dan kesuksesannya dalam berbisnis punya kapasitas untuk menarik lebih banyak anak muda lain untuk berkiprah di politik. Sisanya ia tinggal memberi contoh saja bahwa saat terjun menjadi politikus, anak muda tetap harus tampil sebagai anak muda. Segar, energik, antikolot, open mind, penuh gagasan yang implementatif, dan paling penting kuat mental.

Mengapa harus kuat mental karena anak-anak muda ini akan berhadapan dengan kekuatan tak terlihat yang selama ini mengotori politik. Jika tak kuat mental, cepat atau lambat mereka akan terpental. Atau yang lebih parah, karena bermental cemen, mereka mudah tergoda oleh takhta, harta, dan kuasa, kemudian menjual integritas muda mereka dan malah ikut dalam gerombolan pengotor itu.

Hati-hati karena sudah banyak contoh seperti itu di negeri ini.

Baca Juga

MI/Ebet

Ruang Kritik

👤Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group 🕔Sabtu 25 Maret 2023, 05:00 WIB
BANYAK orang mulai merasakan ruang kritik yang kian sumpek. Meskipun alam demokrasi semakin terbuka, tidak sedikit pejabat bersikap...
MI/Ebet

Virus Kemewahan

👤Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group 🕔Jumat 24 Maret 2023, 05:00 WIB
HASRAT untuk bermewah-mewah serupa virus. Layaknya korona yang hingga kini masih...
MI/Ebet

Tentang Angin

👤Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group 🕔Kamis 23 Maret 2023, 05:00 WIB
BELAKANGAN, entah kenapa, angin menjadi sosok yang rada akrab dengan ruang...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

Top Tags

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya