Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Merdeka untuk Apa?

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
13/8/2022 05:00
Merdeka untuk Apa?
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

BULAN Agustus identik dengan bulan kemerdekaan. Bendera dan umbul-umbul merah putih dikibarkan di seluruh sudut negeri. Lomba-lomba bernuansa keceriaan dan keguyuban dipertandingkan. Pula, doa-doa pengharapan bagi kebaikan dan keselamatan negeri dipanjatkan.

Kini, saat seluruh isi negeri berada di detik-detik menjelang peringatan 77 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, ada pula yang mengapungkan pertanyaan. Salah satu pertanyaan itu simpel, tapi penting, yakni kita merdeka untuk apa?

Sesungguhnya Indonesia dibentuk dari keluasan pulau, keragaman asal-usul dengan penduduk yang begitu banyak demi meraih apa? Mengapa pula kita 'nekat' mendirikan negara Indonesia yang luasnya seluas benua? Keluasan negara kita kerap digambarkan dengan waktu tempuh melintasi negeri. Jika kita terbang dari Sabang sampai Merauke, waktu yang dibutuhkan 8 hingga 9 jam. Untuk apa semua itu?

Pertanyaan serupa juga disampaikan para pendiri bangsa saat mereka bertemu di Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Wajar jika mereka saling bertanya. Itu karena di badan yang merumuskan dasar negara kita ini duduk orang-orang dari segala keragaman yang mewakili bangsa ini (ada keragaman agama, suku, etnik, bahkan jenis kelamin).

Mereka bertanya satu sama lain: kita membentuk negara dari sekian keragaman dan keluasan Indonesia ini maunya apa? Jawaban mereka pun bermacam-macam. Mimpi mereka beragam. Namanya juga mimpi, jelas tidak bertepi. Setiap orang punya isi kepala masing-masing, punya mimpi masing-masing.

Ada yang bilang kami ingin merdeka. Kami ingin sejahtera. Kami ingin makmur, tata tentrem kerta raharja gemah ripah loh jinawi. Namun, bila mimpi-mimpi itu diringkas menjadi satu kata, kata yang mewakili satu impian itu berhasil dirumuskan Mohammad Hatta.

Menurut Bung Hatta, kata yang mewakili beragam mimpi itu bisa diringkas: aku ingin membentuk negara di mana semua orang bahagia di dalamnya. Yang dari Aceh bahagia. Orang Papua bahagia. Orang Tionghoa bahagia. Para petani bahagia. Nelayan pun bahagia. Intinya, bukan cuma konglomerat dan anggota DPR yang berhak bahagia. Semua kita ingin bahagia.

Hal itu selaras dengan teori William James, seorang perintis psikologi pendidikan dari Amerika Serikat. Pak James mengatakan motif terdasar dari seluruh tindakan manusia hanya satu, yakni the pursuit of happyness. Kalau ada pertanyaan mengapa kita beragama, mengapa menikah, mengapa harus bekerja, termasuk mengapa kita harus bernegara, jawabnya hanya satu, yakni demi mengejar kebahagiaan.

Kebahagiaan itu berbeda dengan kesenangan. Banyak orang mengidentikkan kebahagiaan itu dengan pleasure atau kesenangan. Padahal, keduanya berbeda. Kebahagiaan ialah suatu konsep yang dinamis dan sifatnya kontekstual. Kebahagiaan itu produktif, aktif, menumbuhkan. Kebahagiaan itu membuat kemanusiaan kita berkembang. Sesuatu yang membuat kita menjadi kaya. Bisa melayani dan membahagiakan orang lain. Kebahagiaan itu enjoyment alias kesukacitaan.

Adapun kesenangan bersifat konsumtif dan pasif. Makan, minum, nonton bioskop itu kesenangan dan sifatnya pasif konsumtif. Dalam hierarki kebutuhan menurut Abraham Maslow, kesenangan itu masih di urutan bawah. Levelnya baru psychological needs atau kebutuhan fisiologis biologis dan safety needs alias kebutuhan akan ketenteraman.

Sementara itu, kebahagiaan, levelnya sudah puncak dari segala puncak kebutuhan, yakni self-actualization atau aktualisasi diri. Pada titik ini, orang akan merasa bermakna dan bahagia jika bisa melayani dan berguna bagi banyak orang. Dalam konteks berbangsa dan bernegara, kebahagiaan akan paripurna bila sebagian besar anak bangsa sudah menjadi manusia seutuhnya.

Itulah kebahagiaan. Dalam pandangan Yudi Latif, jalan menuju kebahagiaan hanya bisa direngkuh dengan jalan integritas dan jalan cinta. Jalan integritas itu jalan etis. Tidak ada jalan kebahagiaan tanpa melewati jalur etis.

Contohnya, orang boleh memperoleh kekayaan dalam tempo cepat. Namun, bila kekayaan itu didapat dari korupsi, menipu, merusak ekosistem, kendati di permukaan orang itu kelihatan bahagia, di hatinya penuh dengan gejolak dan derita.

Kedua, jalan kebahagiaan itu jalan cinta. Tidak mungkin kita menuju kebahagiaan dengan jalan kebencian, jalan permusuhan, apalagi jalan peperangan.

Apa yang disampaikan Bung Hatta ihwal untuk apa kita merdeka dan membentuk negara, yakni untuk kebahagiaan seluruh anak bangsa, para pendiri bangsa juga sudah menyiapkan modal. Kita sudah punya warisan modal mahapenting dari jalan integritas dan jalan cinta itu berupa filosofi kebahagiaan. Filosofi kebahagiaan itu dirumuskan secara cerdas oleh para pendiri bangsa ini berupa Pancasila.

Alhasil, tujuan kemerdekaan ialah meraih kebahagiaan atau kesukacitaan. Jalan menuju kebahagiaan itu ada dua: integritas dan cinta. Filosofinya, Pancasila. Jadi, bila ingin semua rakyat Indonesia bahagia, jalankan dan kerjakan Pancasila. Bumikan Pancasila menjadi nyata, bukan indoktrinasi atau sekadar seruan kata-kata.



Berita Lainnya
  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.

  • Apa Kabar Masyarakat Madani?

    28/5/2025 05:00

    SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.

  • Basa-basi Meritokrasi

    27/5/2025 05:00

    HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.

  • Perseteruan Profesor-Menkes

    26/5/2025 05:00

    ADA benarnya pernyataan Sukarno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Namun, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”

  • Koperasi dan Barca

    24/5/2025 05:00

    KOPERASI itu gerakan. Ibarat klub sepak bola, gerakan koperasi itu mirip klub Barcelona. Klub dari Catalan, Spanyol, itu dari rakyat dan milik rakyat.