Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Tersentak Reog

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
09/4/2022 05:00
Tersentak Reog
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

RABU, 13 April, pekan depan menjadi tenggat bagi Reog Ponorogo. Kesenian asli Ponorogo, Jawa Timur, ini memang masuk nominasi tunggal Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage/ICH) yang akan diusulkan Indonesia ke United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Batas pengusulannya Rabu pekan depan.

Mengapa Indonesia mesti bergegas mengajukan Reog Ponorogo? Karena jangan sampai keduluan Malaysia. Negeri jiran itu juga amat berhasrat memasukkan Reog Ponorogo sebagai Warisan Tak Benda milik mereka. Malaysia merasa bahwa Reog sudah berpuluh-puluh tahun menjadi identitas kesenian dan kebudayaannya, walau yang mengenalkannya orang Jawa yang hijrah ke negara tetangga.

Sikap Malaysia yang diam-diam terus bergerak mestinya menjadi tamparan keras buat kita. Walau Reog bukan budaya asli mereka, negeri para Dato itu setia merawat isu bahwa Reog punya mereka. Mungkin karena kebingungan memisahkan kata 'reog' dengan 'Ponorogo', Malaysia memilih melakukan semacam modifikasi.

Kalau kesenian Wayang Kulit yang mereka klaim tidak diubah namanya, nama Reog diubah menjadi tarian Barongan. Tidak peduli bahwa wujud Reog itu bukan naga seperti Barongsai, tapi wujud harimau dan burung merak. Bukan itu saja, kisah di balik tarian itu pun diubah. Mirip seperti saat mereka mengubah lirik lagu Rasa Sayange. Kalau saja mereka menyertakan informasi dari mana asal tarian tersebut, tidak akan ada yang protes.

Namun, itulah modifikasi. Malaysia serius dan tidak mengenal lelah mengeklaim Reog. Tamparan negeri jiran itu mengena. Kita pun langsung bergerak serentak menjunjung tinggi-tinggi Reog. Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy turun tangan. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa tidak tinggal diam. Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko sigap berlarian. Para netizen juga merapatkan barisan.

Seyogianya, kepedulian akan kesenian dan kebudayaan tidak sekadar muncul saat ada tantangan. Kesenian dan kebudayaan mestinya menjadi denyut nadi dan tarikan napas sehari-hari kehidupan kebangsaan. Meminjam catatan antropolog masyhur William A Haviland, seni itu penunjuk eksistensi norma yang sesuai.

Norma agar masyarakat berlaku sesuai, kata William, bukan hanya dibuat berdasarkan tuturan dan tulisan yang disampaikan para pemimpin di sebuah daerah. Akan tetapi, seni juga bisa digunakan untuk menyalurkan aturan atau norma tersebut.

Melalui seni Wayang Kulit, Sunan Kalijogo mendakwahkan norma-norma luhur kebaikan tidak dengan cara menggurui dan membosankan. Proses kreatif Sunan Kalijogo dalam mengenalkan norma-norma dan aturan untuk mengerjakan yang baik dan meninggalkan keburukan berdasarkan kitab suci melalui wayang, terbukti tetap hidup hingga kini. Dakwah menjadi tidak kering dan membosankan.

Reog Ponorogo juga mengenalkan simbol pergulatan hidup antara tuntunan kebaikan dan rayuan keburukan. Ketegangan antara keduanya disimbolkan oleh tarian para Warok, Jatil, Bujang Ganong, Kelanasewandana, dan Barongan. Tarian tersebut diiringi dengan seperangkat instrumen pengiring Reog khas ponoragan yang terdiri dari kendang, gong, kethuk-kenong, slompret, tipung, dan angklung. Gamelan itu melambangkan kekayaan keragaman.

Fungsi seni lainnya ialah meningkatkan rasa solidaritas kelompok di masyarakat. Kata William, ketika seorang manusia menyadari bahwa kebudayaan atau karya seni mereka ternyata memiliki peran penting dalam kehidupan kelompok, di situlah terbentuk solidaritas. Itulah yang tecermin pada kasus klaim Reog Ponorogo oleh Malaysia ini.

Klaim tersebut menghidupkan lagi solidaritas. Meskipun solidaritas yang lebih bersifat instan, tapi tak apalah. Anggap saja ini menu pembuka bagi kita untuk makin mengukuhkan solidaritas di hari-hari berikutnya, di peristiwa-peristiwa lainnya. Reog sebagai pemantik solidaritas kiranya amat penting untuk menambah 'imun' bagi modal sosial kita yang mulai terkoyak.

Pemkab Ponorogo sebelumnya pernah mengusulkan Reog Ponorogo ke dalam daftar ICH UNESCO pada 2018, tetapi belum berhasil. Di tahun tersebut, justru Gamelan Indonesia yang lolos dan berhasil diakui UNESCO pada 15 Desember 2021.

Kini, saatnya memperjuangkan kembali salah satu identitas penting tersebut, dengan solidaritas yang lebih tinggi. Pula, dengan upaya yang lebih gigih. Kalau tidak, jangan menyesal kalau kekayaan kita yang sangat berharga itu diserobot tetangga kita, hanya karena mereka lebih cekatan dan berikhtiar lebih besar-besaran.



Berita Lainnya
  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.