Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Fokus

Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.

Kemandirian Berpikir Kunci Kemajuan Bangsa

Eva K Sundari Co-founder Akademi Perempuan NasDem
05/8/2025 05:00
Kemandirian Berpikir Kunci Kemajuan Bangsa
(MI/Seno)

DI tengah dinamika global yang serbacepat dan ketidakpastian yang makin dalam, Indonesia membutuhkan lebih dari sekadar sumber daya alam atau infrastruktur megah. Yang kita perlukan ialah kemandirian berpikir — keberanian untuk melihat secara jernih, menyusun gagasan dari akar realitas, dan bertindak berdasarkan keyakinan yang berpijak pada nilai dan tujuan bersama. Dalam hal ini, kemandirian berpikir bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan dasar bagi bangsa yang ingin benar-benar merdeka dan maju.

Sayangnya, dalam banyak aspek, bangsa ini masih dikungkung oleh ketergantungan cara pikir: pada kekuasaan, pada opini mayoritas, pada tiruan asing, bahkan pada pola lama yang tidak lagi relevan. Akibatnya, banyak kebijakan lahir bukan dari refleksi yang dalam, melainkan dari reaksi instan, tekanan elite, atau kalkulasi elektoral sesaat.

Sementara itu, sejarah mengajarkan, bangsa yang mampu melompat jauh adalah bangsa yang berani berpikir sendiri dan mengartikulasikan jalan kemajuan berdasarkan realitas dan identitasnya sendiri. Kemandirian berpikir merupakan modal bagi terwujudnya kedaulatan di bidang politik dari pilar nasionalisme dalam ajaran Trisakti Bung Karno.

NasDem percaya bahwa kemandirian berpikir kunci kemajuan bangsa karena kedaulatan di bidang politik akan memampukan kita mewujudkan berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di kebudayaan. Ketiganya tidak terpisah, tetapi saling memengaruhi. Trisakti Bung Karno dimulai dari kemandirian berpikir untuk kepentingan rakyat.

 

NASDEM DAN ETOS KEMANDIRIAN BERPIKIR

Partai NasDem sejak awal didirikan dengan etos restorasi — semangat memperbaiki bukan karena ikut-ikutan, tapi karena melihat dengan jernih betapa sistem politik kita butuh dibangun kembali dengan keberanian ide, bukan sekadar kelicikan strategi. Restorasi mensyaratkan keberanian bersikap, yang hanya bisa lahir dari keberanian berpikir. Kemandirian berpikir dalam konteks NasDem bukan hanya tentang koalisi konstruktif pada kekuasaan, tetapi juga soal merumuskan sendiri arah perjuangan: Indonesia yang setara, berdaulat, dan berbasis pada nilai-nilai luhur Pancasila.

Salah satu contoh paling konkret dari keberanian berpikir dan bertindak ala NasDem ialah pendirian Akademi Perempuan NasDem (APN). Di tengah politik yang masih maskulin dan transaksional, APN hadir sebagai ruang kaderisasi yang berbasis pada refleksi kritis, kesadaran gender, dan spiritualitas kebangsaan.

APN merupakan pelaksanaan dari Keputusan Kongres III Partai NasDem untuk menjadikan NasDem sebagai rumah kaum perempuan. Tim APN oleh karenanya berfungsi sebagai motor untuk mengarusutamakan gender (PUG) dalam tata kelola NasDem agar setiap kebijakan dan aksi menciptakan dampak bagi perbaikan kesetaraan gender.

APN tidak mendidik perempuan untuk sekadar tampil di panggung politik, tapi membangun kesadaran diri dan keberanian bersuara. Melalui pendekatan feminisme Pancasila, para peserta diajak untuk membaca realitas ketimpangan bukan dengan amarah semata, melainkan dengan visi keadilan sosial yang berpijak pada nilai bangsa. Mereka belajar menulis opini, mengelola isu, dan strategi perubahan berbasis SDGs untuk komunitas — bukan sekadar menjadi pengikut agenda elite.

Sebagai langkah nyata, APN mendorong para kader melakukan advokasi kebijakan daerah untuk implementasi UU TPKS. Garda Wanita Malahayati (Garnita) bersama Badan Advokasi Hukum (BAHU) kemudian menyelenggerakan pendidikan paralegal untuk kasus-kasus kekerasan seksual bagi kader-kader NasDem di seluruh Indonesia.

APN diharapkan menjadi bukti bahwa kemandirian berpikir bisa dilatih dan ditumbuhkan, terutama jika diletakkan dalam ruang politik yang mendukung keberagaman pandangan, spiritualitas, dan keadilan. Inilah bentuk baru dari kaderisasi politik: bukan sekadar mencetak loyalis partai, tapi membentuk pemimpin bangsa.

Bukan hanya APN, penyelenggaraan pendidikan politik bagi kader pun diarahkan agar kader mampu membuat proyek-proyek kecil secara mandiri untuk menyelesaikan permasalahan komunitas. Kurikulum dalan Laboratorium Gerakan (Laga) Perubahan mendorong para kader untuk menjadi advokat-advokat sosial di komunitas masing-masing. Selain memotori pendirian rumah-rumah aman bagi perempuan dan anak, beberapa kader NasDem membuat proyek toren air bersih, mendirikan bank sampah, mengorganisasi pertanian organik, rumah singgah penderita kanker, atau memotori gerakan kakus bersih. Selama pendidikan di Laga Perubahan, kader dikenalkan pada strategi SDGs sehingga pemilihan proyek-proyek komunitas berperapektif pro people, planet, Pancasila, dan memenuhi aspek berkelanjutan.

Singkatnya, pendidikan politik di NasDem mendorong para kader untuk melakukan perubahan-perubahan konkret bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat. Transformasi yang diharapkan tidak hanya di aspek material, tetapi juga spiritual (kesalehan sosial) sebagaimana amanah Pancasila yaitu pro kesetaraan, kemanusiaan, dan keadilan sosial.

 

BERPIKIR SENDIRI, BERDIRI SENDIRI, BERGERAK BERSAMA

Kemandirian berpikir bukanlah bentuk kesombongan intelektual, melainkan tanda kedewasaan politik dan moral. Ini adalah prasyarat mutlak bagi siapa pun yang ingin memimpin, baik di parlemen, birokrasi, maupun masyarakat. Mereka yang tidak bisa berpikir sendiri akan mudah dijadikan alat kekuasaan, tergoda untuk menjilat ke atas dan menindas ke bawah.

Sebaliknya, kader-kader NasDem yang berpikir mandiri justru lebih siap untuk mengambil posisi sulit, membela yang lemah, dan merancang masa depan tanpa harus menunggu aba-aba kekuasaan. Inilah spirit yang harus terus dijaga: berpikir sendiri, berdiri sendiri, dan bergerak bersama untuk bangsa.

Tema Rakernas NasDem tahun ini, Kemandirian Berpikir untuk Kemajuan Bangsa, bukan sekadar slogan — ia adalah pengingat bahwa perjuangan restorasi hanya bisa digerakkan oleh pikiran-pikiran yang merdeka dan bertanggung jawab.

Bangsa ini tidak akan maju jika para pemimpinnya hanya bisa meniru. Indonesia tidak akan sejahtera jika keputusan politik hanya dikendalikan oleh ketakutan atau godaan. Kita butuh politisi dan pemimpin yang berani berpikir beda, berdiri pada nilai, dan bertindak demi semua, bukan demi sebagian.

NasDem menempatkan diri sebagai rumah bagi para pemikir merdeka, pelaku perubahan, dan pelindung masa depan bangsa.

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya