Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
BEBERAPA hari terakhir ini mulai bermunculan tulisan tentang 'kiat menambal uang belanja di tengah kenaikan harga-harga kebutuhan pokok'. Kiat-kiat itu disampaikan para konsultan keuangan melalui sejumlah portal berita. Tujuannya agar pembaca mendapatkan inspirasi dan referensi jurus berkelit di masa sulit.
Bagi sebagian orang, isi dari konsultasi gratis itu tidak baru. Lebih-lebih lagi bagi rumah tangga 'gaek' yang sudah bertubi-tubi dihantam melambungnya harga-harga kebutuhan pokok. Beragam kiat tersebut bisa dianggap basi. Buang-buang waktu.
Saran agar mengganti goreng-gorengan dengan rebus-rebusan, beralih dari daging sapi ke ayam dan ikan, memperkecil irisan tahu dan tempe sebelum dibacem, mungkin malah bisa membuat pening keluarga lawas ini. Bisa dianggap menggarami lautan. Makin membuat hidup lebih 'asin'.
Namun, bagi keluarga baru, lebih-lebih yang baru merasakan era kesulitan sekali ini, nasihat keuangan itu cukup membantu. Minimal bisa menjadi semacam balsam pereda pening sementara waktu. Namun, sampai kapan pereda sakit kepala itu efektif berfungsi?
Jawabannya tergantung sejauh mana pemangku kebijakan di negeri ini mampu mengatasi keadaan. Naga-naganya keadaan belum bisa dikendalikan. Jurus mengguyur pasokan sejumlah kebutuhan pokok belum ampuh memaksa harga-harga turun.
Loh, kok bisa? Bisa saja kalau pemangku kebijakan, khususnya Kementerian Perdagangan, melihat kenaikan harga kebutuhan utama ini melulu dari perspektif pasokan dan permintaan. Dalam sudut pandang kacamata kuda seperti itu, ketika pasokan terpangkas, sedangkan permintaan tetap (bahkan meningkat), obatnya pasti: mengguyur pasokan.
Itulah yang dilakukan saat harga minyak goreng melambung tinggi. Indonesia sebagai pemilik lahan sawit terbesar di dunia, nyatanya tetap engap-engapan dihantam harga minyak goreng tinggi. Hingga pekan ini, guyuran minyak goreng ke pasar dengan anggaran triliunan rupiah itu belum bisa menstabilkan harga.
Meski pemerintah telah memberikan subsidi dan menentukan harga eceran tertinggi (HET) baru, kebijakan itu nyatanya belum efektif.
Terbukti di sejumlah daerah di Indonesia harga minyak goreng masih di atas HET Rp11.500 per liter untuk minyak curah, di atas Rp13.500 per liter untuk minyak goreng kemasan sederhana, dan lebih dari Rp14 ribu per liter untuk minyak goreng kemasan premium.
Dari hasil riset Ombudsman RI di Provinsi Riau, Sumatra Selatan, dan DKI Jakarta, misalnya, harga minyak goreng curah masih dibanderol Rp12 ribu hingga Rp20 ribu per liter. Di Lampung, operasi pasar sudah digencarkan, tapi harga belum turun signifikan. Fakta bahwa selalu ada yang bermain di lahan becek, memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, memancing di air keruh, tidak sepenuhnya diantisipasi.
Para pemain ini menempuh sejumlah cara. Saat mereka sudah menikmati subsidi harga dari pemerintah, mereka memborong barang lalu menahan distribusi barang itu di gudang. Barang pun kian langka di pasaran. Barang baru dikeluarkan lewat pintu belakang dengan harga tinggi, untuk dinikmati selisih harganya.
Negeri ini tidak selalu kalah oleh kasus yang kasatmata dan bukan kali ini saja terjadi tersebut. Persoalannya tidak melulu masalah pasokan dan permintaan. Pada 2018 dan 2019, misalnya, operasi besar-besaran tim Satgas Pangan sukses memberangus para pemain curang tersebut, terutama saat hari besar keagamaan. Dampaknya, harga kebutuhan pokok stabil dalam kurun tersebut, bahkan di kala hari raya yang biasanya diikuti naiknya harga-harga.
Rakyat rindu kerja sama dan ketegasan tim seperti itu. Apalagi, belitan kesulitan karena kepungan harga sudah ke mana-mana. Masalah minyak goreng belum selesai, harga tahu dan tempe juga ikut-ikutan naik karena lonjakan harga kedelai. Terbaru, harga daging sapi dan harga gula pasir juga ikut-ikutan melambung.
Karena itu, yang dibutuhkan bukan lagi balsam, bukan sekadar jurus berkelit, melainkan sudah infus dan oksigen berlimpah untuk menyambung napas. Menggerakkan tim Satgas Pangan (yang di dalamnya ada anggota kepolisian) terbukti bisa menjadi cara ampuh jangka pendek hingga menengah untuk mengatasi keadaan. Ia bisa mengubah balsam menjadi infus dan oksigen untuk sementara waktu.
TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.
KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.
DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.
PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.
ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.
Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.
"DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."
MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.
“NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”
Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.
WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.
VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.
SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.
ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved