Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
SAYA tidak hendak ikut berpendapat siapa sesungguhnya yang salah siapa yang benar dalam perang antara Rusia dan Ukraina. Banyak sudah analisis yang mengemuka, tetapi bagi saya, perang tetaplah perang. Ia cara paling primitif untuk menyelesaikan konflik yang ujung-ujungnya hanya menghadirkan lara.
Sebagai pihak yang memulai perang, Rusia tentu punya alibi tersendiri. Mereka menginvasi Ukraina, katanya demi melindungi keamanan negara mereka. Kata mereka, karena Ukraina yang sangat dekat Barat dan hendak bergabung dengan NATO merupakan ancaman serius mereka.
Itu alasan yang klise. Alasan yang biasa dilontarkan siapa pun yang memantik perang. Ia pembenaran yang sulit diterima kebenarannya oleh dunia internasional.
Ukraina tentu juga punya alasan untuk terlibat perang. Mereka terpaksa berperang untuk membela kehormatan dan kedaulatan bangsa. Alasan ini juga biasa dikemukakan siapa pun yang diajak perang. Ia pembenaran yang ada benarnya. Ia lebih bisa diterima masyarakat dunia.
Biarkan alasan berperang dengan alasan. Yang kita harapkan, perang di lapangan segera berkesudahan. Yang kita inginkan, Rusia dan Ukraina selekasnya menyatukan argumentasi untuk merajut kesepakatan damai.
Tidak ada sisi baik dari perang. Perang merugikan siapa pun. Yang kalah jadi abu, yang menang jadi arang. Itulah yang dialami Rusia dan Ukraina.
Meski superior, bukan berarti Rusia tak tekor. Ratusan tentara mereka tewas. Banyak mesin perang yang canggih dan mahal hancur. Ukraina tentu lebih parah lagi. Ribuan tentara dan warga sipil jadi korban. Infrastruktur yang ada luluh lantak.
Terlalu naif sebenarnya untuk mengatakan ada blessing in disguise, berkah di balik musibah perang di Ukraina. Namun, itulah yang bisa kita lihat. Meski terlalu kecil ketimbang musibah yang mahabesar, berkah itu tampak dari membuncahnya nasionalisme rakyat Ukraina.
Ukraina boleh saja kalah segala-galanya dari Rusia. Namun, mereka bukan tipe bangsa inferior. Mereka tetap punya keberanian luar biasa. Rakyat biasa pun kehilangan rasa takut untuk menghadapi musuh.
Berbagai rekaman menayangkan warga sipil dengan gagah berani menghadang kendaraan tempur Rusia. Seorang nenek tampak 'menceramahi' serdadu Rusia yang tengah berjaga. Ada pula seorang petani yang dengan traktornya 'mencuri' tank Rusia yang mogok.
Itulah wujud nyata dari nasionalisme. Itu pula yang diperlihatkan banyak pesohor Ukraina. Para atlet berbondong-bondong mewakafkan jiwa raga membela negara. Mereka rela menanggalkan kemapanan dan kenyamanan untuk hidup menderita, berperang di medan laga.
Sebut saja Yuriy Vernydub. Dia pelatih klub sepak bola Moldova kejutan di Liga Champions Eropa musim ini, Sheriff Tiraspol. Ada juga Oleg Luzhny, eks bintang Arsenal dan timnas Ukraina yang bergabung dengan tentara teritorial untuk melawan Rusia.
Tak ketinggalan petenis Sergiy Stakhovskiy dan petinju Vasyl Lomachenko. Lomachenko yang masih aktif bertarung siap memindahkan ring tinju ke medan perang. Dia bertekad memukul KO tentara Rusia.
Mantan petinju kelas berat Vitali Klitschko pun turun gunung. Begitu pula adiknya, Wladimir Klitschko. Petinju pemegang empat sabuk juara, Oleksandr Usyk, tak mau membuang waktu untuk membela tanah airnya selepas melawan Anthony Joshua di Inggris.
Dia terbang pulang dan mendaftar sebagai relawan pertahanan. "Teman, kita semua harus bersatu dan melalui ini semua karena kita menghadapi tantangan yang luar biasa sukar," seru Usyk di Instagram-nya.
Tak hanya laki-laki, perempuan ikut menyodorkan diri. Salah satunya Anastasiia Lenna, wanita cantik yang pernah mewakili Ukraina di ajang Miss Grand International 2015.
Model sekaligus pembawa acara televisi yang berbasis di Kyiv itu membagikan video di Instagram story. 'Latihan. Penjajah akan mati di tanah kita! Semua dunia melihat ini! Tunggu dan lihat apa yang akan terjadi', tulisnya dalam unggahan.
Hans Kohn mendefinisikan nasionalisme sebagai suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Kohn ialah filsuf dan sejarawan Amerika yang memelopori studi akademis nasionalisme.
Di Ukraina, nasionalisme sedang dimuliakan. Juga patriotisme. Rakyat Ukraina tengah berkompetisi untuk membuktikan kesetiaan dan cinta mati mereka kepada negeri.
Saya jadi berandai-andai, akankah pameran nasionalisme dan patriotisme serupa Ukraina juga akan dipentaskan di negeri ini jika diinvasi? Amit-amit invasi itu terjadi.
Namun, pertanyaan seperti itu kiranya layak diapungkan jika menilik kehidupan kita bernegara yang terus saja terbelah, yang sesama anak bangsa justru saling memusuhi.
KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.
ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.
BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.
Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.
FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.
KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.
PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future
USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.
BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.
PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.
KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,
ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.
TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.
FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.
JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved