Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Mas Joko dan Daging Sapi

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
02/3/2022 05:00
Mas Joko dan Daging Sapi
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SAYA terpikat membaca tulisan politikus Partai NasDem Djadjat Sudradjat di Instagram pribadinya, pekan ini. Anggota DPRD Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, itu menulis 'reportase' tentang Mas Joko, sohibnya, yang sukses menjadi peternak sapi di Desa Kedung Gede, Lumbir, Banyumas.

Mas Joko, tulis Djadjat, yang memanfaatkan hari libur untuk mengunjungi peternakan itu, masih muda, kreatif, dan kuat tekadnya. Melalui peternakan Pondok Benggolo Sidamulya, putra Jawa kelahiran Medan itu telah mengembangkan 80 ekor sapi dari berbagai jenis. Sapi-sapi yang kuat nan sehat itu diternakkan untuk beragam tujuan: penggemukan, untuk susu, sapi daging, pembenihan, juga untuk kontes.

Untuk tujuan terakhir, sapi harus memiliki berat badan di atas 1 ton. Di Banyumas, baru di Pondok Benggolo Sidamulya ada sapi dengan berat di atas 1 ton. Lebih membuat bungah lagi, Mas Joko bertekad mengembangkan usahanya di berbagai lokasi. Bahkan, tengah ia rancang tempat-tempat itu nantinya bisa menjadi ekowisata.

Joko juga bertekad upayanya itu bakal membantu ketergantungan daerah Lumbir terhadap pasokan daging impor yang harganya tak pernah turun dalam beberapa tahun terakhir. Ia pun ingin membantu menaikkan taraf hidup sebagian warga Lumbir. Ia sedih melihat penduduk desa yang secara ekonomi tidak cukup memperoleh penghasilan memadai.

Pelan, tapi pasti, peternakan Joko menjadi inspirasi. Juga, tulang punggung ratusan warga. Mereka kini mendapatkan penghasilan tambahan dari menanam rumput untuk pakan sapi yang dibeli dengan harga tinggi. Sebuah simbiosis mutualisme dari Lumbir, yang jika menjadi gerakan masif bisa berbuah manis, yakni memutus mata rantai ketergantungan impor sapi sekaligus mengentaskan masyarakat dari kemiskinan ekstrem.

Kontras dari yang dituliskan politikus Partai NasDem itu, di wilayah lain di republik ini, sejumlah pedagang daging sapi melempar handuk, pekan ini. Para pedagang daging sapi di pasar-pasar yang ada di Kota Tangerang mogok dagang. Hal itu dilakukan buntut dari naiknya harga daging sapi. Sebanyak 92 pedagang dari enam pasar berbeda itu berencana mogok dagang lima hari, lebih lama dua hari daripada mogok produksi perajin tahu dan tempe.

Dalam sebulan terakhir, harga daging sapi terus merangkak naik. Pada akhir Januari, harga daging sapi masih Rp110 ribu per kilogram. Lalu naik menjadi Rp120 ribu per kg, naik lagi hingga Rp130 ribu, dan akhir pekan lalu, harga daging sapi sudah menyentuh Rp140 ribu per kilogram.

Para analis menyebutkan kenaikan harga daging sapi terjadi karena Australia sebagai pemasok tunggal daging impor di Tanah Air memangkas suplai daging hingga lebih dari separuh. ‘Negeri Kanguru’ mengambil langkah tersebut demi mengamankan pasokan di dalam negeri mereka karena sejumlah keadaan darurat. Indonesia yang sangat mengandalkan pasokan daging impor Australia pun tidak bisa berkutik.

Celakanya, permintaan daging sapi di Indonesia juga terus naik dari waktu ke waktu. Pertumbuhan permintaan itu bahkan tidak sebanding dengan kenaikan pasokan. Betul bahwa upaya menambah pasokan daging sapi lokal sudah digenjot. Namun, tetap tidak cukup memenuhi kenaikan permintaan.

Data Kementerian Perdagangan menunjukkan kenaikan permintaan rata-rata tumbuh 6,4% per tahun. Sementara itu, persediaan pasokan daging sapi dalam negeri hanya tumbuh rata-rata 1,3%. Pasokan tumbuh secara deret hitung, sebaliknya permintaan tumbuh mengikuti deret ukur.

Kebutuhan daging sapi di Indonesia pada 2021 lalu diperkirakan mencapai hampir 700 ribu ton atau setara dengan 3,6 juta ekor sapi. Namun, produksi daging sapi dalam negeri hanya 400 ribu ton per tahun.

Tingginya permintaan kebutuhan daging tersebut membuat Indonesia memiliki ketergantungan terhadap impor daging sapi hampir 50% dari permintaan. Sudah begitu, impor daging sapi hanya dipasok dari satu negara, Australia.

Maka itu, kita butuh puluhan ribu bahkan ratusan ribu Mas Joko, pemuda kreatif asal Banyumas yang merintis jalan menernakkan sapi demi mengakhiri paceklik daging sapi yang terus terjadi dari waktu ke waktu. Tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk mencapai hal itu.

Akan tetapi, tugas pemangku kebijakan di republik ini memang bukan sekadar membalikkan telapak tangan. Bukan main sulap, melainkan main sirkus. Mereka harus jungkir balik, salto gaya Aubameyang, memutar otak, memerah keringat demi mewujudkan itu.

Kiranya tidak tersedia jalan mudah dan nyaman untuk maju. Sebaliknya, yang ada jalan panjang dan berliku. Leiden is lijden, memimpin itu menderita. Bahkan, harus siap menderita memecahkan urusan daging sapi.



Berita Lainnya
  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.