Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
SAYA terpikat membaca tulisan politikus Partai NasDem Djadjat Sudradjat di Instagram pribadinya, pekan ini. Anggota DPRD Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, itu menulis 'reportase' tentang Mas Joko, sohibnya, yang sukses menjadi peternak sapi di Desa Kedung Gede, Lumbir, Banyumas.
Mas Joko, tulis Djadjat, yang memanfaatkan hari libur untuk mengunjungi peternakan itu, masih muda, kreatif, dan kuat tekadnya. Melalui peternakan Pondok Benggolo Sidamulya, putra Jawa kelahiran Medan itu telah mengembangkan 80 ekor sapi dari berbagai jenis. Sapi-sapi yang kuat nan sehat itu diternakkan untuk beragam tujuan: penggemukan, untuk susu, sapi daging, pembenihan, juga untuk kontes.
Untuk tujuan terakhir, sapi harus memiliki berat badan di atas 1 ton. Di Banyumas, baru di Pondok Benggolo Sidamulya ada sapi dengan berat di atas 1 ton. Lebih membuat bungah lagi, Mas Joko bertekad mengembangkan usahanya di berbagai lokasi. Bahkan, tengah ia rancang tempat-tempat itu nantinya bisa menjadi ekowisata.
Joko juga bertekad upayanya itu bakal membantu ketergantungan daerah Lumbir terhadap pasokan daging impor yang harganya tak pernah turun dalam beberapa tahun terakhir. Ia pun ingin membantu menaikkan taraf hidup sebagian warga Lumbir. Ia sedih melihat penduduk desa yang secara ekonomi tidak cukup memperoleh penghasilan memadai.
Pelan, tapi pasti, peternakan Joko menjadi inspirasi. Juga, tulang punggung ratusan warga. Mereka kini mendapatkan penghasilan tambahan dari menanam rumput untuk pakan sapi yang dibeli dengan harga tinggi. Sebuah simbiosis mutualisme dari Lumbir, yang jika menjadi gerakan masif bisa berbuah manis, yakni memutus mata rantai ketergantungan impor sapi sekaligus mengentaskan masyarakat dari kemiskinan ekstrem.
Kontras dari yang dituliskan politikus Partai NasDem itu, di wilayah lain di republik ini, sejumlah pedagang daging sapi melempar handuk, pekan ini. Para pedagang daging sapi di pasar-pasar yang ada di Kota Tangerang mogok dagang. Hal itu dilakukan buntut dari naiknya harga daging sapi. Sebanyak 92 pedagang dari enam pasar berbeda itu berencana mogok dagang lima hari, lebih lama dua hari daripada mogok produksi perajin tahu dan tempe.
Dalam sebulan terakhir, harga daging sapi terus merangkak naik. Pada akhir Januari, harga daging sapi masih Rp110 ribu per kilogram. Lalu naik menjadi Rp120 ribu per kg, naik lagi hingga Rp130 ribu, dan akhir pekan lalu, harga daging sapi sudah menyentuh Rp140 ribu per kilogram.
Para analis menyebutkan kenaikan harga daging sapi terjadi karena Australia sebagai pemasok tunggal daging impor di Tanah Air memangkas suplai daging hingga lebih dari separuh. ‘Negeri Kanguru’ mengambil langkah tersebut demi mengamankan pasokan di dalam negeri mereka karena sejumlah keadaan darurat. Indonesia yang sangat mengandalkan pasokan daging impor Australia pun tidak bisa berkutik.
Celakanya, permintaan daging sapi di Indonesia juga terus naik dari waktu ke waktu. Pertumbuhan permintaan itu bahkan tidak sebanding dengan kenaikan pasokan. Betul bahwa upaya menambah pasokan daging sapi lokal sudah digenjot. Namun, tetap tidak cukup memenuhi kenaikan permintaan.
Data Kementerian Perdagangan menunjukkan kenaikan permintaan rata-rata tumbuh 6,4% per tahun. Sementara itu, persediaan pasokan daging sapi dalam negeri hanya tumbuh rata-rata 1,3%. Pasokan tumbuh secara deret hitung, sebaliknya permintaan tumbuh mengikuti deret ukur.
Kebutuhan daging sapi di Indonesia pada 2021 lalu diperkirakan mencapai hampir 700 ribu ton atau setara dengan 3,6 juta ekor sapi. Namun, produksi daging sapi dalam negeri hanya 400 ribu ton per tahun.
Tingginya permintaan kebutuhan daging tersebut membuat Indonesia memiliki ketergantungan terhadap impor daging sapi hampir 50% dari permintaan. Sudah begitu, impor daging sapi hanya dipasok dari satu negara, Australia.
Maka itu, kita butuh puluhan ribu bahkan ratusan ribu Mas Joko, pemuda kreatif asal Banyumas yang merintis jalan menernakkan sapi demi mengakhiri paceklik daging sapi yang terus terjadi dari waktu ke waktu. Tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk mencapai hal itu.
Akan tetapi, tugas pemangku kebijakan di republik ini memang bukan sekadar membalikkan telapak tangan. Bukan main sulap, melainkan main sirkus. Mereka harus jungkir balik, salto gaya Aubameyang, memutar otak, memerah keringat demi mewujudkan itu.
Kiranya tidak tersedia jalan mudah dan nyaman untuk maju. Sebaliknya, yang ada jalan panjang dan berliku. Leiden is lijden, memimpin itu menderita. Bahkan, harus siap menderita memecahkan urusan daging sapi.
TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.
KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.
DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.
PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.
ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.
Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.
"DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."
MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.
“NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”
Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.
WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.
VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.
SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.
ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved