Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Tragedi Tahu Tempe

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
23/2/2022 05:00
Tragedi Tahu Tempe
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

TAHU dan tempe kerap menghadirkan guncangan di awal tahun. Dalam tiga tahun terakhir, kelangkaan bahan makanan agak pokok itu selalu terjadi pada Februari-Maret. Musababnya selalu sama, yakni mogok produksi dari para produsen tahu tempe yang dipicu meroketnya harga bahan baku kedelai.

Walau daya kejut tahu dan tempe tidak sedahsyat beras, tetap saja guncangannya membuat gangguan 'stabilitas' nasional. Uniknya lagi, meskipun kelangkaan tahu tempe sudah rutin menjadi semacam peringatan tahunan, para pemangku kebijakan seolah-olah tetap terkejut dengan efek yang sama. Biar seragam, saya sebagai penikmat hebat tempe pun ikut-ikutan kaget dengan tingkat kekagetan yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

Itulah yang akhirnya jadi masalah klasik. Kalau keledai tidak jatuh di lubang yang sama dua kali, kedelai bisa menjatuhkan kita di titik yang serupa berkali-kali. Akhirnya, muncul parade kor permakluman yang klasik: ini akibat kita bergantung pada impor kedelai. Begitu harga kedelai di Amerika Serikat naik, pasti kedelai dalam negeri bakal melambung juga.

Kebutuhan kedelai nasional untuk memproduksi tahu tempe sekitar 3 juta ton. Dari total kebutuhan tersebut, pasokan dari dalam negeri paling mentok hanya 400 ribu ton. Lebih dari 87% dari kebutuhan pasokan tersebut (sekitar 2,6 juta ton) harus diimpor. Sebagian besar diimpor dari Amerika Serikat.

Dalam sebulan terakhir, harga kedelai konsisten naik. Di Pulau Jawa, harga kedelai naik hingga Rp11.300 per kilogram. Harga tersebut jauh lebih tinggi daripada yang ditetapkan pemerintah tahun lalu, yakni maksimal Rp9.000 per kilogram. Harga kedelai di luar Jawa bisa lebih tinggi. Seperti yang terjadi di Kota Medan, yang mencapai Rp12.500 per kilogram.

Walhasil, produsen tahu tempe pun berada dalam dilema antara menaikkan harga dan memangkas ukuran. Menaikkan harga di tengah perekonomian yang masih sulit berisiko berkurangnya permintaan. Ujung-ujungnya produsen tahu tempe merugi. Memangkas ukuran berpotensi menurunkan tingkat kepercayaan. Ada yang berseloroh, ini tempe atau kartu ATM karena saking tipisnya ukuran.

Akhirnya, para produsen tahu tempe pun menempuh 'jalan ketiga', yakni mogok berproduksi. Walaupun harga kedelai itu sudah ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar, para produsen tahu tempe yang tergolong UKM itu tetap meminta pemangku kebijakan memedulikan nasib mereka dan keresahan penikmat tahu tempe yang ratusan juta orang jumlahnya.

Apalagi, kontribusi para produsen tahu tempe terhadap perekonomian Indonesia tidak bisa dipandang enteng. Data Gabungan Koperasi Produsen Tempe-Tahu Indonesia (Gakoptindo) menunjukkan ada lebih dari 5 juta tenaga kerja diserap industri tempe dan tahu nasional yang tersebar di sekitar 160 ribu pabrikan. Pabrikan tersebut tersebar di lebih dari 200 kabupaten dan kota yang ada di 27 provinsi.

Mereka menjadi garda terdepan pemasok kebutuhan konsumsi tahu yang mencapai 0,15 kg per kapita per minggu dan konsumsi tempe per kapita per minggu sebesar 0,14 kilogram. Jadi, amat wajar bila keresahan para produsen itu didengarkan dan mereka dibantu untuk menemukan jalan keluar.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk membantu masalah pertahutempean ini. Pertama, meminta para importir untuk membuat kontrak kerja sama jangka panjang kepada produsen kedelai di luar negeri. Cara itu diyakini bisa membuat harga kedelai lebih stabil. Selama ini importir dengan produsen kedelai di luar negeri meneken kerja sama jangka pendek. Akibatnya, risiko fluktuasi harga kedelai tidak bisa terhindarkan.

Kedua, pemerintah bisa memberikan subsidi kepada para produsen tahu dan tempe. Hal itu jadi upaya untuk mencegah para produsen mogok produksi. Hal itu disebabkan tahu dan tempe merupakan sumber alternatif protein yang selama ini harganya terjangkau bagi masyarakat.

Ketiga, pemerintah juga harus memastikan agar tidak ada penimbunan atau manipulasi dari importir kedelai. Apalagi dalam beberapa hari ke depan memasuki momentum bulan puasa dan Lebaran.

Kalau pada akhir 1980 ada lagu Tragedi Buah Apel milik Anita Sarawak yang sangat kondang, kiranya kita tidak membutuhkan lagu baru Tragedi Tahu Tempe. Itu agar persoalan tahu tempe tidak menjadi tragedi permanen yang hadir saban tahun.



Berita Lainnya
  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik