Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Kontroversi KPK

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
22/2/2022 05:00
Kontroversi KPK
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KOMISI Pemberantasan Korupsi makin akrab saja dengan kontroversi. Ironisnya lagi, kontroversi-kontroversi tersebut justru dikreasi oleh pimpinan lembaga itu sendiri.

Perihal kontroversi, betul bahwa pada periode-periode sebelumnya juga terjadi. Begitu pula pelanggaran etik. Namun, sorotan publik kali ini tajam sekali. Pada kepemimpinan KPK periode 2019-2023 ini, kontroversi pun komplet. Kelas ringan ada, kelas berat ada.

Masih lekat dalam ingatan bagaimana Ketua KPK Firli Bahuri mempertontonkan gaya hidup mewah. Dia menyewa helikopter untuk perjalanan pribadi. Tentu biayanya mahal. Berjuta-juta rupiah. Padahal kode etik KPK menggariskan insan komisi dilarang menunjukkan hedonisme. Firli dikenai sanksi teguran tertulis.

Kontroversi berikutnya datang dari wakil ketua Lili Pintauli Siregar. Kali ini kelas berat. Lili terbukti berkomunikasi dengan Wali Kota nonaktif Tanjung Balai, Sumatra Utara, yang saat itu sedang berkasus di KPK, M Syahrial.

Kode etik KPK tegas melarang insan komisi berhubungan dengan pihak yang beperkara. Sama dengan Firli, Lili cuma dikenai sanksi ringan. Cuma dipotong gaji pokok yang enggak seberapa.

KPK juga pernah mendapat sorotan karena menggelar rapat kerja di hotel mewah, hotel bintang lima, di Yogyakarta. Dan, akhir-akhir ini, kontroversi mencuat lagi. Pemicunya sama, unsur pimpinan. Dalam hal ini Pak Ketua, Firli.

Tak tanggung-tanggung, tiga kontroversi langsung tersaji. Pangkal soalnya yaitu himne dan mars KPK. Soal pertama ialah peluncuran himne dan mars KPK pada 17 Februari 2022. Untuk apa mars dan himne bagi KPK? Perlukah itu? Pentingkah itu? Itulah deretan pertanyaan yang mengemuka.

Bagi para pegiat antikorupsi dan mereka yang bertahun-tahun pernah bekerja di KPK tapi sekarang di luar lingkaran, himne dan mars tidak akan ada artinya. Ia tidak penting, juga tak perlu. Ia hanya sebatas gimik, sebatas seremoni yang sebenarnya useless. Tak berguna.

Pimpinan KPK tentu punya jawaban lain. Bagi mereka, himne dan mars penting dan perlu agar seluruh punggawa KPK lebih galak lagi memberantas korupsi. Menurut komposer Singgih Sanjaya, lagu mars memang untuk membangkitkan semangat. Kekuatannya ada di ketukan 2/4 yang membuat pendengar tergugah. Demikian pula bagi yang menyanyikan.

Okelah, himne dan mars KPK penting dan perlu. Pertanyaan berikutnya, kenapa ia mesti dibuat oleh Ardina Safitri, istri Firli. Ini soal kedua, persoalan yang lebih substansial.

Benar bahwa Ardina memang tidak dibayar. Dia menghibahkan himne dan mars ciptaannya itu sebagai wujud kecintaan kepada KPK. Saya yakin pula tidak ada unsur korupsi di situ. Akan tetapi, bukankah sebagai penegak hukum yang pernah menjadi role model pemberantasan korupsi harus memberikan teladan bagaimana menjauhi KKN?

Menjadikan himne dan mars ciptaan istri pimpinan KPK sebagai lagu wajib di lembaga itu tidaklah elok. Terlebih lagi, Firli atas nama KPK kemudian memberikan penghargaan kepada sang istri. Semakin tidak patut. Inilah soal ketiga.

Kalau memang pimpinan KPK ngebet ada himne dan mars, kenapa tak dilombakan saja untuk umum. Masih banyak yang cinta KPK. Tidak sedikit di antara mereka yang punya bakat menciptakan himne dan mars. Kalau KPK mau ngirit, saya yakin tak sedikit pula yang mau menciptakannya dengan sukarela.

Ada kesan, KPK menganggap dirinya masih baik-baik saja. Padahal, bandul persepsi sudah berbeda. KPK tak lagi seperti dulu sebagai lembaga yang paling dipercaya rakyat. Lihat saja hasil survei yang konsisten menunjukkan penurunan peringkat mereka.

Pada jajak pendapat terakhir yang diumumkan Desember 2021 oleh Indikator Politik Indonesia, misalnya, KPK terjerembap ke posisi 8. Mereka kalah dari TNI di posisi puncak, lalu Presiden, Polri, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, kejaksaan, dan pengadilan.

Hanya 71% responden yang masih percaya kepada KPK. Tereduksi jauh ketimbang di 2018 yang masih 84,8%. Angka itu terus turun dari tahun ke tahun menjadi 80,5% pada 2019, lalu 73,5% setahun berikutnya. Hasil survei lain senada bahwa kredibilitas KPK menurun.

Menganggap situasi masih normal padahal sejatinya sudah tak normal sulit diterima akal. Menilai keadaan baik-baik saja padahal sebenarnya tidak baik-baik saja jelas berbahaya. Salah diagnosis pasti salah penyakit, dan ujung-ujungnya salah obat.

Hendak membangkitkan semangat demi memperbaiki citra dengan himne dan mars kiranya salah obat. Terlebih himne dan mars itu buatan keluarga pimpinan KPK. Bukannya sembuh, boleh jadi penyakit akan lebih parah. Pamor KPK bukan mustahil memburuk. Tingkat kepercayaan publik pun sangat mungkin kian anjlok.

Dijamin lebih mujarab jika pimpinan kian gigih memastikan bahwa penindakan yang dilakukan jajarannya tak surut. Pasti lebih ampuh kalau komisioner memastikan agar tuntutan untuk terdakwa di pengadilan tipikor tak lagi tiga perempat hati, apalagi setengah hati.

Saya yakin, hakulyakin, pemulihan citra KPK akan banyak terbantu jika KPK bisa segera menangkap Harun Masiku. Sudah dua tahun lebih politikus PDIP itu buron. Butuh waktu berapa lama lagi, perlu tambahan amunisi apa lagi, untuk dapat menangkapnya?

Memberantas korupsi tak perlu sensasi, apalagi kontroversi. Yang diperlukan ialah tekad dan kemauan sepenuh hati.



Berita Lainnya
  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik