Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
APAKAH rakyat Papua saudara kita? Absolutely, yes. Tiada keraguan secuil pun untuk mengatakan bahwa mereka ialah saudara sebangsa se-Tanah Air. Apakah kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua saudara kita? Kalau yang ini, jawabannya bisa beda-beda.
Di antara 272 juta rakyat Indonesia, saya kira tak ada yang menampik bahwa masyarakat ‘Bumi Cenderawasih’ ialah saudara kita. Secara de jure dan de facto pun, Papua ialah anggota keluarga besar Indonesia.
Papua sudah menjadi satu dengan Indonesia sejak Penentuan Pendapat Rakyat, 14 Juli–2 Agustus 1969. Masyarakat Papua memilih menjadi bagian Indonesia, bukan milik Belanda. Dunia internasional juga mengakui, meski ada pula segelintir pihak yang masih mengingkari.
Sebagai anggota keluarga besar Indonesia, rakyat Papua ialah saudara masyarakat Jawa, Sumatra, Kalimantan, Maluku, Sulawesi, dan sebagainya. Kulit boleh beda warna, tapi yang lain sama semua. Presidennya sama, ideologinya sama, ben deranya sama, bahasa nasionalnya sama, lagu kebangsaannya juga sama.
Lain soal dengan KKB. Mereka memang orang Papua tapi ogah menjadi bagian dari keluarga besar Indonesia. Mereka ingin berpisah, mereka hendak keluar rumah. Beragam cara dilakukan, termasuk manuver kotor dengan menebar teror. Maka, pada akhir April 2021, pemerintah menetapkan mereka sebagai kelompok teroris.
Karena itu, lebih banyak yang berpandangan bahwa KKB Papua bukanlah saudara kita. Karena itu pula, ketidaksepahaman mencuat tajam ketika KSAD Jenderal Dudung Abduracham menekankan bahwa KKB Papua ialah saudara kita.
Karena saudara, Dudung meminta anggotanya tidak harus memerangi KKB. Sebaliknya, mereka perlu dirangkul dengan hati yang suci dan tulus.
Pernyataan itu disampaikan Dudung pada 23 November 2021 saat berkunjung ke Timika, Papua.
Pernyataan Dudung terbilang sudah lama, tetapi masyarakat masih mengingatnya. Setidaknya jika dilihat dari reaksi di media massa arus utama atau di media sosial, kebanyakan tak sepakat dengan Dudung. Mayoritas berpendapat, KKB Papua bukanlah saudara kita.
Sesama saudara tak akan menyakiti. Sesama saudara tak mungkin membunuh, tetapi itu tak dilakukan KKB. Mereka terus mempertontonkan kekerasan, tak henti mengirimkan pesan kematian.
Tidak hanya kepada aparat TNI/Polri yang oleh undang-undang mendapat mandat untuk mengamankan keadaan kepada warga sipil pun KKB tega hati. Sekolah dibakar, fasilitas kesehatan diserang. Guru yang bertugas mencerdaskan anak-anak Papua mereka bunuh. Tenaga kesehatan yang melayani masyarakat agar tetap sehat mereka tembaki. Itukah yang disebut saudara? Jelas bukan.
Aksi bengis KKB seakan tak berkesudahan. Sejak Jenderal Dudung menyebutnya sebagai saudara, sudah berulang kali mereka menyerang TNI/Polri. Wangi darah para kesatria bangsa pun membasahi bumi Papua, lagi dan lagi.
Pada 3 Desember 2021, Serda Putra Rahaldi gugur di Suru-suru, Kabupaten Yahukimo. Dia ditembak saat mengambil air berjarak 15 meter dari pos. Pada 13 Desember, Pos Brimob di Distrik Serambakom, Kabupaten Pegunungan Bintang, diserang. Beruntung tak ada korban.
Pada 22 Januari 2022, Bharada Resi Nugroho, tertembak di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang. Lima hari kemudian, tiga anggota TNI gugur. Serda M Rizal Maulana Arifin, Pratu Baraza, dan Pratu Rahman Tomilawa, tewas saat bertugas di Gome, Kabupaten Puncak. Ketiganya menambah panjang daftar kusuma bangsa yang mengorbankan nyawa di Papua.
Data menunjukkan, sejak 2018 KKB teroris Papua melakukan sekira 215 kali aksi teror. Sedikitnya 27 anggota TNI dan 9 polisi gugur. Korban dari masyarakat sipil juga tak sedikit. Tak kurang dari 59 orang.
Dalam rilis akhir tahun, Kapolda Papua Irjen Mathius Fakhiri memaparkan, penyerangan oleh KKB sepanjang 2021 naik 87,75%, dari 49 pada 2020 menjadi 92 kasus. Sebanyak 44 orang tewas, 15 di antaranya anggota TNI/Polri.
Pendekatan Jenderal Dudung terhadap Papua baik. Dia tidak ingin darah terus tertumpah di Tanah Papua. Dia juga selaras dengan pendekatan humanis yang diusung Panglima TNI Jenderal Andhika Perkasa. Operasi penanganan KKB pun diubah dari Satgas Nemangkawi menjadi Damai Cartenz.
Pendekatan seperti itu pernah pula diterapkan Sarwo Edhie Wibowo saat menjadi Panglima Kodam XVII/Tjendrawasih (1968-1970). Dengan mengombinasikan strategi tempur dengan non tempur, dia berhasil membawa Lodewijk Mandatjan kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Lodewijk adalah pimpinan KKB Papua yang terkenal saat itu.
Namun, baik belum tentu benar. Kita boleh menganggap KKB sebagai saudara selama mereka bertindak dan berperilaku layaknya saudara. KKB tidak perlu diperangi lagi jika mereka tidak terus memerangi kita. KKB boleh dirangkul jika mereka tak terus memukul.
Betul kata Menko Polhukam Mahfud MD. Dia bilang, “Kita membina Papua sebagai saudara kita. Papua itu saudara kita, bukan KKB. Papua itu saudara kita sama dengan Jawa, Sumatra, Bugis, Aceh. Papua kita perlakukan sama sebagai bagian dari NKRI.’’
Selama masih menjadi penghobi teror, selama masih ingin menyempal dari NKRI, KKB bukanlah saudara kita. Dus, mereka mesti diposisikan sama dengan teroris-teroris lainnya. Mereka mutlak ditindak tegas, jangan dikasih angin. Bagaimana Pak Dudung?
KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.
ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.
BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.
Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.
FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.
KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.
PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future
USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.
BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.
PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.
KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,
ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.
TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.
FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.
JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved