Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

KKB (bukan) Saudara Kita

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
04/2/2022 05:00
KKB (bukan) Saudara Kita
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

APAKAH rakyat Papua saudara kita? Absolutely, yes. Tiada keraguan secuil pun untuk mengatakan bahwa mereka ialah saudara sebangsa se-Tanah Air. Apakah kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua saudara kita? Kalau yang ini, jawabannya bisa beda-beda.

Di antara 272 juta rakyat Indonesia, saya kira tak ada yang menampik bahwa masyarakat ‘Bumi Cenderawasih’ ialah saudara kita. Secara de jure dan de facto pun, Papua ialah anggota keluarga besar Indonesia.

Papua sudah menjadi satu dengan Indonesia sejak Penentuan Pendapat Rakyat, 14 Juli–2 Agustus 1969. Masyarakat Papua memilih menjadi bagian Indonesia, bukan milik Belanda. Dunia internasional juga mengakui, meski ada pula segelintir pihak yang masih mengingkari.

Sebagai anggota keluarga besar Indonesia, rakyat Papua ialah saudara masyarakat Jawa, Sumatra, Kalimantan, Maluku, Sulawesi, dan sebagainya. Kulit boleh beda warna, tapi yang lain sama semua. Presidennya sama, ideologinya sama, ben deranya sama, bahasa nasionalnya sama, lagu kebangsaannya juga sama.

Lain soal dengan KKB. Mereka memang orang Papua tapi ogah menjadi bagian dari keluarga besar Indonesia. Mereka ingin berpisah, mereka hendak keluar rumah. Beragam cara dilakukan, termasuk manuver kotor dengan menebar teror. Maka, pada akhir April 2021, pemerintah menetapkan mereka sebagai kelompok teroris.

Karena itu, lebih banyak yang berpandangan bahwa KKB Papua bukanlah saudara kita. Karena itu pula, ketidaksepahaman mencuat tajam ketika KSAD Jenderal Dudung Abduracham menekankan bahwa KKB Papua ialah saudara kita.

Karena saudara, Dudung meminta anggotanya tidak harus memerangi KKB. Sebaliknya, mereka perlu dirangkul dengan hati yang suci dan tulus.

Pernyataan itu disampaikan Dudung pada 23 November 2021 saat berkunjung ke Timika, Papua.

Pernyataan Dudung terbilang sudah lama, tetapi masyarakat masih mengingatnya. Setidaknya jika dilihat dari reaksi di media massa arus utama atau di media sosial, kebanyakan tak sepakat dengan Dudung. Mayoritas berpendapat, KKB Papua bukanlah saudara kita.

Sesama saudara tak akan menyakiti. Sesama saudara tak mungkin membunuh, tetapi itu tak dilakukan KKB. Mereka terus mempertontonkan kekerasan, tak henti mengirimkan pesan kematian.

Tidak hanya kepada aparat TNI/Polri yang oleh undang-undang mendapat mandat untuk mengamankan keadaan kepada warga sipil pun KKB tega hati. Sekolah dibakar, fasilitas kesehatan diserang. Guru yang bertugas mencerdaskan anak-anak Papua mereka bunuh. Tenaga kesehatan yang melayani masyarakat agar tetap sehat mereka tembaki. Itukah yang disebut saudara? Jelas bukan.

Aksi bengis KKB seakan tak berkesudahan. Sejak Jenderal Dudung menyebutnya sebagai saudara, sudah berulang kali mereka menyerang TNI/Polri. Wangi darah para kesatria bangsa pun membasahi bumi Papua, lagi dan lagi.

Pada 3 Desember 2021, Serda Putra Rahaldi gugur di Suru-suru, Kabupaten Yahukimo. Dia ditembak saat mengambil air berjarak 15 meter dari pos. Pada 13 Desember, Pos Brimob di Distrik Serambakom, Kabupaten Pegunungan Bintang, diserang. Beruntung tak ada korban.

Pada 22 Januari 2022, Bharada Resi Nugroho, tertembak di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang. Lima hari kemudian, tiga anggota TNI gugur. Serda M Rizal Maulana Arifin, Pratu Baraza, dan Pratu Rahman Tomilawa, tewas saat bertugas di Gome, Kabupaten Puncak. Ketiganya menambah panjang daftar kusuma bangsa yang mengorbankan nyawa di Papua.

Data menunjukkan, sejak 2018 KKB teroris Papua melakukan sekira 215 kali aksi teror. Sedikitnya 27 anggota TNI dan 9 polisi gugur. Korban dari masyarakat sipil juga tak sedikit. Tak kurang dari 59 orang.

Dalam rilis akhir tahun, Kapolda Papua Irjen Mathius Fakhiri memaparkan, penyerangan oleh KKB sepanjang 2021 naik 87,75%, dari 49 pada 2020 menjadi 92 kasus. Sebanyak 44 orang tewas, 15 di antaranya anggota TNI/Polri.

Pendekatan Jenderal Dudung terhadap Papua baik. Dia tidak ingin darah terus tertumpah di Tanah Papua. Dia juga selaras dengan pendekatan humanis yang diusung Panglima TNI Jenderal Andhika Perkasa. Operasi penanganan KKB pun diubah dari Satgas Nemangkawi menjadi Damai Cartenz.

Pendekatan seperti itu pernah pula diterapkan Sarwo Edhie Wibowo saat menjadi Panglima Kodam XVII/Tjendrawasih (1968-1970). Dengan mengombinasikan strategi tempur dengan non tempur, dia berhasil membawa Lodewijk Mandatjan kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Lodewijk adalah pimpinan KKB Papua yang terkenal saat itu.

Namun, baik belum tentu benar. Kita boleh menganggap KKB sebagai saudara selama mereka bertindak dan berperilaku layaknya saudara. KKB tidak perlu diperangi lagi jika mereka tidak terus memerangi kita. KKB boleh dirangkul jika mereka tak terus memukul.

Betul kata Menko Polhukam Mahfud MD. Dia bilang, “Kita membina Papua sebagai saudara kita. Papua itu saudara kita, bukan KKB. Papua itu saudara kita sama dengan Jawa, Sumatra, Bugis, Aceh. Papua kita perlakukan sama sebagai bagian dari NKRI.’’

Selama masih menjadi penghobi teror, selama masih ingin menyempal dari NKRI, KKB bukanlah saudara kita. Dus, mereka mesti diposisikan sama dengan teroris-teroris lainnya. Mereka mutlak ditindak tegas, jangan dikasih angin. Bagaimana Pak Dudung?



Berita Lainnya
  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik