Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Percaya Media Arus Utama

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
19/1/2022 05:00
Percaya Media Arus Utama
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

MASIH layakkah kita memercayai media arus utama di tengah kendali informasi di tangan media sosial? Secara subjektif, saya menjawab harus percaya. Bukan sekadar 'masih'. Harus itu aktif. Mencerminkan ikhtiar. Membuka ruang kesadaran.

Saya menjawab seperti itu karena dua hal. Pertama, karena saya memang bergelut di media arus utama dan karenanya perlu membela diri. Sikap apologetika tersebut saya ambil karena ada kerisauan akan masa depan media arus utama yang kian digerogoti media sosial dalam sebuah ladang 'pertempuran' yang tidak adil dan berimbang.

Tidak berimbang karena media arus utama harus berdarah-berdarah dengan biaya tidak murah, dengan jalan serbatidak mudah untuk menampilkan informasi investigatif, misalnya. Di sisi lain, dengan mudah dan murahnya media sosial memublikasikan hasil laporan media arus utama tersebut di berbagai kanal tanpa kompensasi memadai. Tidak ada hak publikasi (publisher rights) yang adil terhadap media arus utama.

Hanya segelintir negara yang sudah mengatur soal publisher rights ini. Australia salah satunya. 'Negeri Kanguru' itu tidak mau membiarkan yang kuat menggilas yang mulai lemah dalam sebuah pertandingan yang tidak sepadan. Australia tidak mau ada yang punah karena 'dimusnahkan' secara tidak adil.

Alasan kedua mengapa kita harus percaya media arus utama: karena di tengah 'tsunami' informasi, media arus utama punya alur pertanggungjawaban yang jelas. Ada gatekeeper (penjaga gerbang) berlapis yang membuat informasi di media arus utama relatif terjaga dari kesalahan atau kesesatan informasi.

Kalaupun ada bias pandang, kesalahan data, atau kesalahan kutip, ada mekanisme pertanggungjawaban yang jelas. Tentu kaidah tersebut tidak dimiliki media sosial. Secara normatif, media sosial memang tidak menuntut akuntabilitas yang ketat dan tinggi. Longgarnya media sosial tersebut menjadi musabab banyaknya misinformasi, disinformasi, bahkan malainformasi.

Tidak mengherankan bila dalam tiga tahun terakhir, mulai ada arus balik kepercayaan publik terhadap media arus utama. Tingkat kepercayaan pada media arus utama di Indonesia juga terus meningkat dan berada di posisi tertinggi di dunia.

Survei Edelman Trust Barometer 2021 yang diluncurkan pada 13 Januari 2021 menunjukkan tingkat kepercayaan pada media arus utama di Indonesia meningkat tiga poin dari 69 pada tahun sebelumnya menjadi 72 poin. Angka itu merupakan yang tertinggi di dunia setelah Tiongkok (70), India (60), Singapura (62), dan Malaysia (62). Secara global, tingkat kepercayaan pada media meningkat dua poin dari 49 menjadi 51.

Gambaran tidak jauh berbeda juga ditunjukkan hasil survei Dewan Pers tentang kepercayaan publik terhadap media arus utama dalam menyajikan informasi terkait pandemi covid-19. Survei yang melibatkan 1.020 responden di 34 provinsi itu menunjukkan bahwa kepercayaan publik terhadap informasi covid-19 yang disajikan media arus utama ada di rentang 70% hingga 86%.

Gambaran tersebut berbeda jika dibandingkan dengan empat hingga enam tahun lampau saat media sosial sangat mendominasi terpaan informasi. Puncaknya terjadi pada 2015 saat angka kepercayaan publik terhadap media arus utama mencapai titik terendah. Survei Edelman Trust Barometer Report merekam pada tahun itu tingkat kepercayaan publik terhadap media hanya 51%. Padahal, pada 2010 masih sangat tinggi, yakni 86%.

Kiranya kepercayaan publik yang mulai pulih ini patut disyukuri. Juga, dijaga. Harapan besar publik kepada nilai keakuratan dan kepercayaan ini mesti dibayar lunas dengan sajian informasi yang lebih lengkap dan mendalam. Mesti ada klarifikasi, konfirmasi, dan disiplin verifikasi yang menjadi harga mati bagi media arus utama. Jurnalisme data yang presisi untuk kepentingan universal mesti diutamakan. Ini akan jadi pembeda pada data di media sosial yang cenderung untuk kepentingan kelompok. Di media arus utama, data mesti menjadi sumber referensi baru.

Jika media arus utama taat asas, ditambah adanya aturan yang adil, usia hanyalah angka. Zaman hanyalah penanda perubahan. Namun, napas dan takdir sejarah media arus utama akan hidup seterusnya. Tidak berubah jadi arus pinggiran.

Jadi, dari 'mimbar' Podium ini, saya ingin menyeru, percayai media arus utama. Termasuk, percaya pada Media Imdonesia, yang hari ini berulang tahun ke-52. Panjang umur Media Indonesia, panjang umur media arus utama, panjang umur hal-hal baik.



Berita Lainnya
  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.

  • Apa Kabar Masyarakat Madani?

    28/5/2025 05:00

    SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.

  • Basa-basi Meritokrasi

    27/5/2025 05:00

    HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.

  • Perseteruan Profesor-Menkes

    26/5/2025 05:00

    ADA benarnya pernyataan Sukarno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Namun, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”

  • Koperasi dan Barca

    24/5/2025 05:00

    KOPERASI itu gerakan. Ibarat klub sepak bola, gerakan koperasi itu mirip klub Barcelona. Klub dari Catalan, Spanyol, itu dari rakyat dan milik rakyat.