Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

NU dan Perempuan

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
15/1/2022 05:00
NU dan Perempuan
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

TRADISIONAL dan modern dalam beberapa kasus menjadi sekadar simbolis. Ada orang atau kelompok yang secara ornamental dicap tradisional, tetapi secara pemikiran dan tindakan sangat maju. Melampaui kaum modern. Sebaliknya, ada yang mengeklaim modern, tapi pemikiran dan aksinya amat kuno. Tidak sekadar mandek, malah mundur.

Dalam posisi 'tradisional simbolik' itulah kiranya Nahdlatul Ulama kini berada. Menjelang satu abad usianya, ormas terbesar di Tanah Air (bahkan ada yang menyebut terbesar di dunia) tersebut berkembang amat progresif, baik secara pemikiran maupun tindakan. Bahkan, boleh jadi telah melampaui progresivitas trio ulama besar penggagas dan pendiri utamanya, yakni KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Hasbullah, dan KH Bisri Syansuri.

Progresivitas itu tecermin dari susunan pengurus besar dalam 'kabinet' pimpinan KH Miftahul Akhyar dan KH Yahya Cholil Staquf masa khidmat 2020-2025. Susunan kepengurusan itu diumumkan awal pekan ini. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Nahdliyin, ada 11 perempuan (para nyai) dan beberapa sosok progresif serta kaum muda masuk dalam jajaran pengurus teras PB NU.

Ada nama-nama di antaranya Nyai Nafisah Sahal Mahfud, Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Khofifah Indar Parawansa, dan Alissa Qotrunnada Wahid. Ada sosok ulama yang sangat diakui keahliannya dalam tafsir Alquran, KH Bahaudin Nursalim (Gus Baha), jadi pengurus juga. Ada pula anak muda pegiat media sosial, Savic Ali, masuk pula dalam lokomotif PB NU.

Kiprah beberapa nama itu sejauh ini bukan sekadar di bilik ke-NU-an atau keislaman. Alissa Wahid, misalnya, telah lama malang melintang pada urusan menggerakkan suksesnya sustainibility development goals, program PBB untuk pencapaian kesejahteraan umat manusia. Ia bahkan ditunjuk menjadi Duta SDGs Indonesia. Khofifah Indar Parawansa pernah menjadi Menteri Sosial dan kini Gubernur.

Bukan perkara mudah memasukkan kaum perempuan untuk terlibat aktif memimpin ormas keagamaan. Dalam beragam perspektif penganut agama-agama besar berkembang pandangan bahwa pemimpin itu harus laki-laki. Relasi antara pandangan keagamaan dan kiprah perempuan selama ini didominasi anggapan bahwa perempuan punya tugas yang tak kalah 'suci', yakni urusan domestik rumah tangga.

Gus Yahya dan Kiai Miftah mendobrak pandangan seperti itu. Keduanya merupakan pucuk pimpinan NU. Keduanya memimpin lebih dari 100 juta pengikut ormas yang didirikan pada 31 Januari 1926 tersebut, yang boleh jadi tidak semuanya sepakat dengan pilihan tersebut. Keduanya juga pasti bukan ulama 'kaleng-kaleng'. Kompetensi dan tingkat spiritualitas mereka jelas amat mumpuni.

Artinya, masuknya 11 nyai dalam kepengurusan PBNU kali ini memiliki pijakan sokongan yang kuat. Kehadiran mereka pasti sudah atas restu para kiai sepuh yang sebagian di antaranya masuk dalam jajaran ahlul halli wal aqdi. Saya memyebut ini sebagai angin segar yang besar di tubuh NU. Tanpa menanggalkan dan meninggalkan sarung, peci, tasbih, dan serban, pemikiran para ulama itu telah bergerak maju bersama-sama.

Seorang teman Nahdliyin berseloroh mungkin ini bagian dari ikhtiar memperjuangkan prinsip al-akhdu bil jadidil ashlah. Mengambil hal-hal baru yang lebih baik. Di NU, kata teman ini, sejauh ini masih dominan atau terlalu condong ke prinsip al-muhafadatu qadimis shalih. Mempertahankan hal-hal lama yang baik. Jadi, kurang berani mengambil hal-hal baru yang lebih baik kendati NU punya stok sumber daya manusia yang melimpah untuk menerapkan hal itu.

Masuknya sosok-sosok muda dan kaum progresif dalam kepengurusan kali ini juga boleh jadi mewarisi pemikiran Mbah Wahab (KH Wahab Hasbullah). Mbah Wahab memang ulama sepuh. Namun, di internal NU, ia dikenal gandrung dengan gagasan dan spirit kemudaan. Mbah Wahab selalu diidentikkan dengan kelompok muda. Itu makanya di kalangan anak-anak Ansor (sayap pemuda di NU) lebih banyak yang memasang foto Mbah Wahab ketimbang Mbah Hasyim dan Mbah Bisri Syansuri.

Saya mereka-reka ini semua sudah dipersiapkan secara matang untuk menyongsong abad ke-2 perjalanan NU. Kaum sarungan itu ingin memainkan peran yang lebih penting lagi dalam percaturan global. Terpilihnya Gus Yahya sebagai ketua umum kiranya pas untuk menggambarkan tekad itu. Mantan Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid itu selama ini aktif dalam aksi peran agama-agama untuk perdamaian dunia. Berkali-kali pula Gus Yahya mempromosikan rahmah (kasih sayang) sesama umat manusia dalam percaturan global.

Aksi seperti itu bukan berarti meninggalkan peran NU sebagai penjaga penting spirit kebangsaan kita. Kalau itu, sudah otomatis. NU dan Tanah Air sudah seperti dua sisi mata uang. Tidak bisa dipisahkan. Kini, peran itu ditingkatkan levelnya. Itulah keniscayaan. Itulah takdir sejarah kelahiran NU.



Berita Lainnya
  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.