Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Tepuk Tangan di Mata Pak Gubernur

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
11/1/2022 05:00
Tepuk Tangan di Mata Pak Gubernur
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KEPADA Sky News, seorang eks tentara Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan menceritakan pengalamannya hidup di bawah rezim Kim Jong-un. Salah satunya, dia dan seluruh rakyat Korea Utara, diwajibkan bertepuk tangan tiap kali menyambut sang pemimpin.

Tepuk tangan, kata pembelot yang meminta nama dan wajahnya tidak dipublikasikan itu, bisa menjadi biang petaka di Korea Utara. Jika seseorang tidak tepuk tangan ketika yang lain bertepuk tangan, ia dilabeli sebagai pembangkang. "Anda harus menyanyikan lagu Long Live dan bertepuk tangan karena Anda tidak ingin mati," ujarnya.

Wawancara dengan sang pembelot memang sudah terbilang lama, yakni Oktober 2015. Namun, situasi di Korea Utara kiranya belum berbeda. Masih seperti yang dia deskripsikan. Pada Juni silam, misalnya, beredar luas rekaman video para anggota kabinet yang amat bersemangat bertepuk tangan menyambut Kim Jong-un di sebuah ruangan.

Sebulan kemudian, dunia ramai membicarakan nasib Ri Yong-gil. Bak tebak-tebak buah manggis, keberadaan Menteri Pertahanan Korea Utara itu menjadi perdebatan. Penyebabnya, ia kedapatan tidak bertepuk tangan ketika yang lain memberikan standing ovation kepada Kim Jong-un dalam sebuah acara militer. Ri Yong-gil terpotret masih duduk.

Tepuk tangan juga identik dengan mendiang Jenderal (Purn) Wismoyo Arismunandar. Ketika menjadi Ketua Umum KONI Pusat dari 1995 hingga 2003, tepuk tangan menjadi menu wajib di setiap acara yang dia gelar. Ia membawa tradisi itu dari lingkungan tentara. Pak Wis pernah menjadi Panglima Kostrad (1990-1993) dan KSAD (1993-1995).

Saat bertemu pelatih atau pemain, Pak Wis selalu meminta semua bertepuk tangan. Saban melepas kontingen 'Merah Putih' untuk suatu kejuaraan, Pak Wis melakukan hal demikian. Dia pun ikut bertepuk tangan. Wartawan juga.

Jika ada yang tidak bertepuk tangan, Pak Wis menyebutnya tidak bersahabat. Itu saja. Baginya, tepuk tangan ialah pembangkit semangat, juga tanda persahabatan. Bukan berarti dia gila hormat.

Tepuk tangan belakangan kembali menarik perhatian. Ia bahkan menjadi penyebab perseteruan antara Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi dan pelatih Kontingen Sumut di PON Papua, Khoirudin Aritonang atau Choki.

Persoalan bermula pada Senin, 27 Desember 2021. Ketika itu, di acara pemberian tali asih bagi tim PON Sumut, Pak Gubernur menjewer Choki di depan umum karena tidak bertepuk tangan. Videonya viral.

Edy, purnawirawan jenderal bintang tiga mantan Pangkostrad, awalnya memberikan motivasi agar para atlet membawa kejayaan untuk Sumut. Jika sudah berjaya, kata dia, atlet bisa mengambil apa pun yang dia mau. Pernyataan itu kemudian disambut tepuk tangan yang hadir. Namun, Pak Gubernur melihat ada satu yang tidak tepuk tangan, lalu memanggilnya ke podium, dan menanyakan posisinya.

Pria berkupluk itu ialah Choki. Dia pelatih cabang biliar. "Pelatih tak tepuk tangan. Tak cocok menjadi pelatih ini," kata Pak Gubernur sambil menjewer Choki. Kiranya, di mata Gubernur Edy, semua harus bertepuk tangan ketika dia memberikan wejangan.

Choki tak terima. Dia kesal bukan kepalang. Dia merasa dipermalukan di depan umum cuma lantaran tak bertepuk tangan. Karena Pak Gubernur enggan meminta maaf, dia membawa perkara itu ke kepolisian.

Gila hormatkah Gubernur Edy? Mentang-mentang karena sedang berkuasakah dia? Atau memang yang dilakukan ialah bentuk kasih sayang orangtua? Hanya Tuhan dan dia yang tahu. Karena masalah ini sudah dibawa ke ranah hukum, biarlah hukum yang menjawabnya nanti. Sekalipun lebih baik kedua pihak baikan, tak perlu memperpanjang perseteruan.

Apa pun ceritanya, kita, siapa pun dia, tidak punya hak memaksakan kehendak. Apa pun kehendak itu meski cuma tepuk tangan. Janganlah kita bersosial, berbangsa, dan bernegara dalam pepatah ukur baju di badan sendiri, menganggap atau menilai orang lain sama dengan anggapan atau penilaian terhadap diri sendiri tidaklah patut apalagi jika sedang punya kuasa.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memperhatikan kemauan rakyat, bukan yang surplus hasrat agar rakyat mengikuti kemauannya. Pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang selalu menghormati rakyat, bukan yang gila penghormatan dari rakyat.

Kita hidup dalam tatanan demokrasi, bukan otokrasi. Tidak ada sepetak pun tempat untuk menaruh ranjang Procrustes. Ranjang dalam mitologi Yunani itu digunakan oleh sang tokoh jahat untuk membuat semua orang proper, pas dengan dirinya. Jika lebih pendek, kaki tamu yang tidur di atasnya ditarik, jika lebih panjang dipotong.

Itulah metafora standar kesewenang-wenangan, kementang-mentangan. Standar itu sudah kuno, ketinggalan zaman. Ia tidak layak dipedomani oleh siapa pun, di mana pun, demi apa pun.



Berita Lainnya
  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.

  • Apa Kabar Masyarakat Madani?

    28/5/2025 05:00

    SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.

  • Basa-basi Meritokrasi

    27/5/2025 05:00

    HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.

  • Perseteruan Profesor-Menkes

    26/5/2025 05:00

    ADA benarnya pernyataan Sukarno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Namun, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”

  • Koperasi dan Barca

    24/5/2025 05:00

    KOPERASI itu gerakan. Ibarat klub sepak bola, gerakan koperasi itu mirip klub Barcelona. Klub dari Catalan, Spanyol, itu dari rakyat dan milik rakyat.