Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Tepuk Tangan di Mata Pak Gubernur

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
11/1/2022 05:00
Tepuk Tangan di Mata Pak Gubernur
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KEPADA Sky News, seorang eks tentara Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan menceritakan pengalamannya hidup di bawah rezim Kim Jong-un. Salah satunya, dia dan seluruh rakyat Korea Utara, diwajibkan bertepuk tangan tiap kali menyambut sang pemimpin.

Tepuk tangan, kata pembelot yang meminta nama dan wajahnya tidak dipublikasikan itu, bisa menjadi biang petaka di Korea Utara. Jika seseorang tidak tepuk tangan ketika yang lain bertepuk tangan, ia dilabeli sebagai pembangkang. "Anda harus menyanyikan lagu Long Live dan bertepuk tangan karena Anda tidak ingin mati," ujarnya.

Wawancara dengan sang pembelot memang sudah terbilang lama, yakni Oktober 2015. Namun, situasi di Korea Utara kiranya belum berbeda. Masih seperti yang dia deskripsikan. Pada Juni silam, misalnya, beredar luas rekaman video para anggota kabinet yang amat bersemangat bertepuk tangan menyambut Kim Jong-un di sebuah ruangan.

Sebulan kemudian, dunia ramai membicarakan nasib Ri Yong-gil. Bak tebak-tebak buah manggis, keberadaan Menteri Pertahanan Korea Utara itu menjadi perdebatan. Penyebabnya, ia kedapatan tidak bertepuk tangan ketika yang lain memberikan standing ovation kepada Kim Jong-un dalam sebuah acara militer. Ri Yong-gil terpotret masih duduk.

Tepuk tangan juga identik dengan mendiang Jenderal (Purn) Wismoyo Arismunandar. Ketika menjadi Ketua Umum KONI Pusat dari 1995 hingga 2003, tepuk tangan menjadi menu wajib di setiap acara yang dia gelar. Ia membawa tradisi itu dari lingkungan tentara. Pak Wis pernah menjadi Panglima Kostrad (1990-1993) dan KSAD (1993-1995).

Saat bertemu pelatih atau pemain, Pak Wis selalu meminta semua bertepuk tangan. Saban melepas kontingen 'Merah Putih' untuk suatu kejuaraan, Pak Wis melakukan hal demikian. Dia pun ikut bertepuk tangan. Wartawan juga.

Jika ada yang tidak bertepuk tangan, Pak Wis menyebutnya tidak bersahabat. Itu saja. Baginya, tepuk tangan ialah pembangkit semangat, juga tanda persahabatan. Bukan berarti dia gila hormat.

Tepuk tangan belakangan kembali menarik perhatian. Ia bahkan menjadi penyebab perseteruan antara Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi dan pelatih Kontingen Sumut di PON Papua, Khoirudin Aritonang atau Choki.

Persoalan bermula pada Senin, 27 Desember 2021. Ketika itu, di acara pemberian tali asih bagi tim PON Sumut, Pak Gubernur menjewer Choki di depan umum karena tidak bertepuk tangan. Videonya viral.

Edy, purnawirawan jenderal bintang tiga mantan Pangkostrad, awalnya memberikan motivasi agar para atlet membawa kejayaan untuk Sumut. Jika sudah berjaya, kata dia, atlet bisa mengambil apa pun yang dia mau. Pernyataan itu kemudian disambut tepuk tangan yang hadir. Namun, Pak Gubernur melihat ada satu yang tidak tepuk tangan, lalu memanggilnya ke podium, dan menanyakan posisinya.

Pria berkupluk itu ialah Choki. Dia pelatih cabang biliar. "Pelatih tak tepuk tangan. Tak cocok menjadi pelatih ini," kata Pak Gubernur sambil menjewer Choki. Kiranya, di mata Gubernur Edy, semua harus bertepuk tangan ketika dia memberikan wejangan.

Choki tak terima. Dia kesal bukan kepalang. Dia merasa dipermalukan di depan umum cuma lantaran tak bertepuk tangan. Karena Pak Gubernur enggan meminta maaf, dia membawa perkara itu ke kepolisian.

Gila hormatkah Gubernur Edy? Mentang-mentang karena sedang berkuasakah dia? Atau memang yang dilakukan ialah bentuk kasih sayang orangtua? Hanya Tuhan dan dia yang tahu. Karena masalah ini sudah dibawa ke ranah hukum, biarlah hukum yang menjawabnya nanti. Sekalipun lebih baik kedua pihak baikan, tak perlu memperpanjang perseteruan.

Apa pun ceritanya, kita, siapa pun dia, tidak punya hak memaksakan kehendak. Apa pun kehendak itu meski cuma tepuk tangan. Janganlah kita bersosial, berbangsa, dan bernegara dalam pepatah ukur baju di badan sendiri, menganggap atau menilai orang lain sama dengan anggapan atau penilaian terhadap diri sendiri tidaklah patut apalagi jika sedang punya kuasa.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memperhatikan kemauan rakyat, bukan yang surplus hasrat agar rakyat mengikuti kemauannya. Pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang selalu menghormati rakyat, bukan yang gila penghormatan dari rakyat.

Kita hidup dalam tatanan demokrasi, bukan otokrasi. Tidak ada sepetak pun tempat untuk menaruh ranjang Procrustes. Ranjang dalam mitologi Yunani itu digunakan oleh sang tokoh jahat untuk membuat semua orang proper, pas dengan dirinya. Jika lebih pendek, kaki tamu yang tidur di atasnya ditarik, jika lebih panjang dipotong.

Itulah metafora standar kesewenang-wenangan, kementang-mentangan. Standar itu sudah kuno, ketinggalan zaman. Ia tidak layak dipedomani oleh siapa pun, di mana pun, demi apa pun.



Berita Lainnya
  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.