Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

OTT lagi, lagi, dan Lagi

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
08/1/2022 05:00
OTT lagi, lagi, dan Lagi
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SAYA tidak mampu memberikan jawaban memuaskan saat seorang rekan bertanya kapan operasi tangkap tangan (OTT) KPK terhadap kepala daerah berakhir. Saya hanya bisa mengatakan ada yang salah dengan cara pandang sebagian pejabat di negeri ini tentang kekuasaan. Selama sesat pikir tentang kekuasaan itu dibiarkan, selama itu pula bakal ada OTT.

Kebanyakan pejabat masih menganggap menjadi pemimpin itu anak tangga penting menuju sukses. Celakanya, indikator utama sukses yang dimaksud didominasi sukses mengumpulkan pundi-pundi. Apalagi, saat bertarung memenangi kontestasi, mereka harus menguras uang sebagai modal memberi mahar, membeli 'perahu', juga 'merebut' suara.

Maka itu, begitu menjadi pemimpin, praktis waktu kerja banyak tersita mencari cara mengumpulkan bekal untuk balik modal. Tidak cukup balik modal, kalau bisa, ya, harus mendapatkan keuntungan. Alhasil, menjadi pemimpin akhirnya tak ubahnya sebagai pemburu rente. Dari urusan proyek hingga lelang jabatan, semua bisa diuangkan.

Dua item itu pula yang membuat Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi terjaring OTT KPK. Saat ditangkap, ia baru saja menerima uang suap miliaran rupiah. Uang itu baru diterima dari Sekretaris Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Bekasi, M Bunyamin. Seluruh bukti uang yang disita dalam kegiatan tangkap itu sekitar Rp3 miliar rupiah dan buku rekening bank dengan jumlah uang sekitar Rp2 miliar.

Suap yang diterima Rahmat diduga terkait proyek pengadaan barang dan jasa serta lelang jabatan di lingkungan Pemkot Bekasi. Pria yang akrab disapa Pepen itu disebut meminta suap dengan dalih 'sumbangan masjid'. Tentu saja itu hanya 'nyanyian kode'. Sejatinya, uang itu diduga sebagai bentuk komitmen uang penyuksesan pembebasan lahan. Bukan lahan untuk masjid, melainkan lahan proyek lainnya.

Pepen, sang wali kota, diduga campur tangan dan memilih langsung para pihak swasta yang lahannya akan digusur dan digunakan untuk proyek pengadaan. Lokasi-lokasi itu berupa pembebasan lahan sekolah di wilayah Rawalumbu senilai Rp21,8 miliar, pembebasan lahan Polder 202 senilai Rp25,8 miliar, pembebasan lahan Polder Air Kranji Rp21,8 miliar, dan melanjutkan proyek pembangunan gedung teknis bersama senilai Rp15 miliar.

Kasus serupa juga pernah menimpa dua Bupati Nganjuk, yakni petahana dan penerusnya. Bupati Nganjuk dua periode (2008-2013 dan 2013-2018) Taufiqurrahman terkena OTT KPK dalam kasus jual-beli jabatan pada 2017. Penerusnya, Bupati Nganjuk periode 2018-2023 Novi Rahman Hidayat, terkena tangkap tangan KPK untuk kasus serupa pada Mei 2021 lalu. Dua bupati, dalam rentang pendek, dua-duanya terkena OTT KPK, dua-duanya melakukan jenis korupsi yang sama.

Benar apa kata Robert Klitgaard tentang rumus korupsi CDMA (C=D+M-A). Menurut Klitgaard, tingkat korupsi (C) sama dengan banyaknya diskresi atau luasnya kewenangan (D), ditambah tingkat monopoli (M), tapi minus akuntabilitas (A). Sejak otonomi daerah dan meluasnya desentralisasi, para kepala daerah ini memiliki kewenangan bertambah dan memonopoli keputusan penting. Celakanya, akuntabilitasnya minim. Ditambah lagi, mental pemburu rente melebihi dosis.

Saya jadi ingat pepatah kuno Belanda tentang hakikat menjadi pemimpin. Pepatah yang kerap disebut KH Agus Salim itu ialah leiden is lijden. Memimpin itu menderita. Menjadi pemimpin itu tidak nyaman. Ia bukan saja butuh langkah konkret dan kerja nyata, melainkan juga yang terpenting ialah pengorbanan.

Tidak ada pemimpin hebat yang lahir di zona nyaman. Tidak ada pencapaian hebat yang tumbuh dari zona nyaman. Pepatah kuno Belanda itu mula-mula dikutip Mohammad Roem dalam karangannya berjudul Haji Agus Salim, Memimpin adalah Menderita (Prisma No 8, Agustus 1977).

Karangan itu mengisahkan keteladanan Agus Salim. Agus Salim dikenal sebagai salah satu tokoh perjuangan nasional. Ia diplomat ulung dan disegani, tetapi sangat sederhana dan sangat terbatas dari sisi materi. Jika dicermati, ungkapan tersebut sangat sarat makna. Memimpin itu, pada level mana pun, ialah amanah, bukan hadiah. Memimpin itu sacrificing, bukan demanding. Memimpin itu berkorban, bukan menuntut.

Para pemimpin tidak boleh lupa, tak ada kemajuan bangsa tanpa pengorbanan kepemimpinan. Tak ada kemajuan tanpa jangkar moral yang andal. Pada prinsip-prinsip itulah mestinya para pemimpin, termasuk para pemimpin di tingkat daerah, bersandar.

Sayangnya, sandaran itu kini rapuh. Memimpin bukan lagi bagian dari pengorbanan, melainkan pesta pora mengeruk keuntungan. Rakyatlah yang harus berkorban. Rakyat pula yang harus punya jangkar moral. Kalau seperti itu logikanya, ya, tidak usah heran, era boleh berganti, tapi OTT akan selalu datang lagi dan lagi.



Berita Lainnya
  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.