Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Yang Tersembunyi di Balik Cadar

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
06/11/2019 05:10
Yang Tersembunyi di Balik Cadar
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PAKAIAN itu tidak bebas nilai. Kita tidak berpakaian atau bertelanjang atas nama hak asasi manusia dalam arti suka-suka kita. Dalam berpakaian beroperasi beraneka kuasa. Ada kuasa kultur, politik, ekonomi, ideologi, atau agama, yang mengatur tubuh kita berpakaian.

Bahkan, terjadi pertarungan di antara kuasa-kuasa itu. Gerakan memakai kebaya sebagai budaya Indonesia sesungguhnya tengah melawan maraknya pemakaian cadar yang katanya bukan ajaran Islam, melainkan budaya Arab. Terjadi pertarungan antara kuasa budaya dan kuasa agama dalam tata cara berpakaian.

Ada perempuan berjilbab karena dia jualan jilbab. Ini namanya kuasa ekonomi menggerakkan orang berpakaian. Yang merepotkan barangkali kalau lelaki berjualan jilbab lalu memakai jilbab. Sebetulnya atas nama hak asasi manusia suka-suka lelaki itu memakai jilbab.

Akan tetapi, dalam diri lelaki penjual jilbab itu, sekalipun tidak mengenakan jilbab, ada kuasa yang beroperasi, bisa kuasa budaya atau kuasa agama. Budaya patriarki maupun agama mengatur perempuan harus menutupi serapat mungkin auratnya. Agama memang cenderung patriarkis.

Mungkin saja ada perempuan berjilbab ketika dia menjadi calon anggota legislatif. Dia berpikiran, di tengah meningkatnya religiositas masyarakat, orang cenderung mencoblos foto caleg di surat suara yang kelihatan religius, dan jilbab dianggap sebagai ukuran religiositas seseorang. Padahal yang menggerakannya berjilbab ialah kuasa politik. Ketika tidak terpilih, bukan tidak mungkin dia melepas jilbabnya.

Tak sedikit perempuan berjilbab karena mode, karena jilbab sedang tren. Ini namanya kuasa budaya menggerakkan orang berjilbab. Mereka biasanya menganggap jilbab atau pakaian bukan ukuran kesalehan.

Pun, ada perempuan berjilbab karena pernikahan, mungkin karena mertuanya pemuka atau tokoh agama. Bila bercerai, perempuan itu mencopot jilbabnya. Ini namanya kekuasaan sosiokultural mengatur tubuh berpakaian.

Pada awalnya kekuasaan yang beroperasi dalam cara kita berpakaian ialah kultur, budaya. Akan tetapi, budaya dipengaruhi klimat, iklim. Itulah sebabnya pakaian paus, rabi, dan pak haji serupa karena ketiga agama turun di Timur Tengah yang berklimat padang pasir. Rabi pun berjanggut serupa habib.

Begitu pula Cleopatra, suster Katolik, dan perempuan muslim sama-sama berjilbab. Bahkan, Cleopatra dan perempuan Yahudi dahulu kala juga bercadar serupa perempuan muslim bercadar. Cadar sesungguhnya budaya Timur Tengah.

Namun, agama kemudian mengodifikasi kultur menjadi ajaran agama dalam tingkat berbeda-beda. Kristianitas dan Yahudi hanya mewajibkan pemuka agama mereka mengenakan pakaian seperti yang mereka kenakan sekarang.

Akan tetapi, Islam, menurut tafsir tertentu, mewajibkan semua pemeluknya berpakaian serupa yang dicontohkan Nabi dan diajarkan Kitab Suci. Lelaki yang berjanggut dan bercelana cingkrang serta perempuan bercadar karena merasa itu kewajiban agama sesungguhnya tengah berada dalam kuasa agama.

Bisa saja, tidak selalu, ada kuasa ideologi tersembunyi dalam diri laki-laki yang bercelana cingkrang dan berjanggut atau perempuan bercadar. Kuasa ideologi itu, misalnya, tersembunyi dalam diri lelaki bercelana cingkrang dan berjanggut penikam Wiranto. Pun dalam diri istrinya yang bercadar.

Mereka yang bercadar atau bercelana cingkrang karena kuasa ideologi berpotensi hendak mengganti ideologi Pancasila. Kita harus mewaspadai mereka. Meski demikian, kita tak boleh menggeneralisasi bahwa semua yang bercadar atau bercelana cingkrang berada di bawah pengaruh kuasa ideologi dan hendak mengganti Pancasila. Generalisasi hanya memproduksi stigmatisasi.

Bila ingin mewaspadai aparat sipil negara yang bercadar atau bercelana cingkrang, identifikasi kuasa apakah yang tersembunyi dalam pikiran dan tubuh mereka. Negara mesti melakukan deradikalisasi kepada mereka yang bercadar atau bercelana cingkrang karena kuasa ideologi.

Bila deradikalisasi tidak mempan, lalu mereka melakukan perbuatan radikal, misalnya ujaran kebencian atas nama agama apalagi teror, tangkap saja mereka. Gitu aja kok repot.



Berita Lainnya
  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.