Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
PAKAIAN itu tidak bebas nilai. Kita tidak berpakaian atau bertelanjang atas nama hak asasi manusia dalam arti suka-suka kita. Dalam berpakaian beroperasi beraneka kuasa. Ada kuasa kultur, politik, ekonomi, ideologi, atau agama, yang mengatur tubuh kita berpakaian.
Bahkan, terjadi pertarungan di antara kuasa-kuasa itu. Gerakan memakai kebaya sebagai budaya Indonesia sesungguhnya tengah melawan maraknya pemakaian cadar yang katanya bukan ajaran Islam, melainkan budaya Arab. Terjadi pertarungan antara kuasa budaya dan kuasa agama dalam tata cara berpakaian.
Ada perempuan berjilbab karena dia jualan jilbab. Ini namanya kuasa ekonomi menggerakkan orang berpakaian. Yang merepotkan barangkali kalau lelaki berjualan jilbab lalu memakai jilbab. Sebetulnya atas nama hak asasi manusia suka-suka lelaki itu memakai jilbab.
Akan tetapi, dalam diri lelaki penjual jilbab itu, sekalipun tidak mengenakan jilbab, ada kuasa yang beroperasi, bisa kuasa budaya atau kuasa agama. Budaya patriarki maupun agama mengatur perempuan harus menutupi serapat mungkin auratnya. Agama memang cenderung patriarkis.
Mungkin saja ada perempuan berjilbab ketika dia menjadi calon anggota legislatif. Dia berpikiran, di tengah meningkatnya religiositas masyarakat, orang cenderung mencoblos foto caleg di surat suara yang kelihatan religius, dan jilbab dianggap sebagai ukuran religiositas seseorang. Padahal yang menggerakannya berjilbab ialah kuasa politik. Ketika tidak terpilih, bukan tidak mungkin dia melepas jilbabnya.
Tak sedikit perempuan berjilbab karena mode, karena jilbab sedang tren. Ini namanya kuasa budaya menggerakkan orang berjilbab. Mereka biasanya menganggap jilbab atau pakaian bukan ukuran kesalehan.
Pun, ada perempuan berjilbab karena pernikahan, mungkin karena mertuanya pemuka atau tokoh agama. Bila bercerai, perempuan itu mencopot jilbabnya. Ini namanya kekuasaan sosiokultural mengatur tubuh berpakaian.
Pada awalnya kekuasaan yang beroperasi dalam cara kita berpakaian ialah kultur, budaya. Akan tetapi, budaya dipengaruhi klimat, iklim. Itulah sebabnya pakaian paus, rabi, dan pak haji serupa karena ketiga agama turun di Timur Tengah yang berklimat padang pasir. Rabi pun berjanggut serupa habib.
Begitu pula Cleopatra, suster Katolik, dan perempuan muslim sama-sama berjilbab. Bahkan, Cleopatra dan perempuan Yahudi dahulu kala juga bercadar serupa perempuan muslim bercadar. Cadar sesungguhnya budaya Timur Tengah.
Namun, agama kemudian mengodifikasi kultur menjadi ajaran agama dalam tingkat berbeda-beda. Kristianitas dan Yahudi hanya mewajibkan pemuka agama mereka mengenakan pakaian seperti yang mereka kenakan sekarang.
Akan tetapi, Islam, menurut tafsir tertentu, mewajibkan semua pemeluknya berpakaian serupa yang dicontohkan Nabi dan diajarkan Kitab Suci. Lelaki yang berjanggut dan bercelana cingkrang serta perempuan bercadar karena merasa itu kewajiban agama sesungguhnya tengah berada dalam kuasa agama.
Bisa saja, tidak selalu, ada kuasa ideologi tersembunyi dalam diri laki-laki yang bercelana cingkrang dan berjanggut atau perempuan bercadar. Kuasa ideologi itu, misalnya, tersembunyi dalam diri lelaki bercelana cingkrang dan berjanggut penikam Wiranto. Pun dalam diri istrinya yang bercadar.
Mereka yang bercadar atau bercelana cingkrang karena kuasa ideologi berpotensi hendak mengganti ideologi Pancasila. Kita harus mewaspadai mereka. Meski demikian, kita tak boleh menggeneralisasi bahwa semua yang bercadar atau bercelana cingkrang berada di bawah pengaruh kuasa ideologi dan hendak mengganti Pancasila. Generalisasi hanya memproduksi stigmatisasi.
Bila ingin mewaspadai aparat sipil negara yang bercadar atau bercelana cingkrang, identifikasi kuasa apakah yang tersembunyi dalam pikiran dan tubuh mereka. Negara mesti melakukan deradikalisasi kepada mereka yang bercadar atau bercelana cingkrang karena kuasa ideologi.
Bila deradikalisasi tidak mempan, lalu mereka melakukan perbuatan radikal, misalnya ujaran kebencian atas nama agama apalagi teror, tangkap saja mereka. Gitu aja kok repot.
Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.
WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.
VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.
SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.
ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.
HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.
PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.
PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.
Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.
SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved