Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak-anak Ditemukan juga di Jawa Barat

Naviandri
18/10/2022 14:15
Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak-anak Ditemukan juga di Jawa Barat
Ilustrasi: ginjal(dok.ist)

KASUS gagal ginjal akut misterius yang menjangkit ratusan anak sejak Januari 2022 di Jabodetabek, kini terkonfirmasi pula di 10 kabupaten/kota di Jawa Barat (Jabar). Temuan ini disampaikan langsung oleh Dinas Kesehatan Jawa Barat (Dinkes Jabar).

"Di Jabar sebetulnya ada 10 daerah (kasus gagal ginjal akut misterius), itu semuanya sudah terlaporkan ke Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Namun, Jabar sendiri belum mempunyai data," kata Kepala Dinkes Jabar, Nina Susana Dewi di Bandung, Selasa (18/10/2022)
.
Meski belum memiliki data pasti, Nina memastikan penanganan kasus gagal ginjal akut misterius akan dikoordinasikan dengan IDAI. Sehingga, Dinkes Jabar untuk sementara ini masih melakukan pemantauan terhadap temuan kasus-kasus itu.

"Kami kerjasama dengan IDAI, dan selama ini IDAI akan terus berusaha agar semua itu tertanggulangi. Ada di 10 kabupaten dan kota di Jabar, cuma saya belum bisa mendahului. Dan semuanya sudah berkoordinasi tiap kabupaten dan kota dengan IDAI," jelasnya.

Sementara Plt Dinkes Kota Bandung, Anhar Hadian mengungkapkan saat ini ada tiga warga kota Bandung yang diduga terpapar gagal ginjal akut misterius. Ketiganya, kata dia, saat ini sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Hasan Sadikin.

"Kota Bandung termasuk salah satu yang diduga ada tiga orang terpapar gagal ginjal misterius. Kami baru dapat datanya dari RSHS, tapi kami harus melacak dulu untuk memastikan istilahnya penyelidikan epidemiologi (PE). nanti akan kami datangi orang tuanya untuk kami cek kronologis dan lain sebagainya," ungkapnya.

Anhar menambahkan, pihaknya belum dapat memastikan penyakit yang diderita tiga orang anak tersebut. Namun mereka diduga mengalami gagal ginjal akut misterius karena menunjukkan gejala yang mirip.

"Sama seperti yang disampaikan dokter Nina, berdasarkan data dari pihak RSHS gejala yang dialami oleh anak-anak itu dari demam, bengkak kaki, penurunan kesadaran, hingga pengurangan frekuensi buang air kecil," terangnya.

Untuk penyebab, kata Anhar, pihaknya belum bisa memastikan secara pasti. Terlebih, saat ini sedang dilakukan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui secara pasti penyebab penyakit gagal ginjal akut misterius yang rata-rata menjangkit anak. "Kami belum memastikan penyebabnya, harus ahli yang menyatakan. Sementara ini berdasarkan data dari RSHS di Kota Bandung ada 3 yang masih diduga terpapar gagal ginjal akut misterius," bebernya.

KPAI Buka Layanan Pengaduan

Sementara itu Komisis Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) membuka pusat pengaduan kasus gagal ginjal akut misterius. Selain itu, KPAI pun segera membentuk kelompok kerja (pokja) pengawasan terhadap kasus yang sudah menjangkiti lebih dari 100 anak di Indonesia.

Kepala Divisi Pengawasan Monitoring dan Evaluasi (Kadivwasmonev) KPAI, Jasra Putra mengatakan, pembukaan pusat pengaduan dan pembentukan pokja ini di antaranya untuk memastikan anak yang mengalami penyakit ini mendapat perhatian serius. Sehingga ada kepastian bagi anak untuk
mendapatkan derajat maksimal, sebagaimana yang dimanahkan dalam undang-undang perlindungan anak.

"Kami telah mendapatkan update dari IDAI, bahwa kini ada 152 anak yang mengalami gangguan ginjal akut misterius di 16 provinsi, dari sebelumnya 131 kasus di 14 provinsi. Namun penyebab pastinya, KPAI sedang menunggu hasil investigasi Kemenkes dan IDAI," ujarnya.

Sebelumnya dilaporkan bahwa pasien yang mengalami gagal ginjal akut yang penyebabnya masih misterius ini adalah anak dan balita, sampai harus menjalani cuci darah, ini menjadi warning untuk semua orang tua.

:Undang Undang Perlindungan Anak kita memandatkan kewajiban penyelenggaraan kesehatan sampai derajat yang optimal untuk anak. Jangan hanya dilihat dari sisi bisa menyembuhkan tapi derajat optimal dalam menghindari efek samping mengonsumsinya tidak diperhatikan," jelasnya.

KPAI pun, kata Jasra, membuka layanan pengaduan baik melalui telepon, ataupun datang langsung ke kantor. Untuk para orang tua yang anaknya mengalami ini setelah minum obat yang disinyalir merupakan obat batuk dari India, di nomor telepon 021 31901446, layanan pengaduan 021
31901556, dan bila orang tua atau masyarakat ingin mengirimkan foto, dokumen, rekaman video atau suara untuk memperkuat, bisa melalui nomor WhatsApp pengaduan di 08111772273. Ada juga email di [email protected]," katanya.

Namun bila mau langsung mengadukan dengan mengisi secara online juga bisa di link https://www.kpai.go.id/formulir-pengaduan. Kasus yang dilaporkan ada dari Jakarta, Jabar, Jateng, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Kepri, Papua Barat dan NTT. (OL-13)

Baca Juga: WHO Rilis Outbreak Toolkit untuk Penyelidikan Gangguan Ginjal ...



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya