Headline

RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Atasi Kemacetan, Pemkot Bandung Siapkan Sejumlah Strategi Berbasis Teknologi

Naviandri
24/7/2025 12:20
Atasi Kemacetan, Pemkot Bandung Siapkan Sejumlah Strategi Berbasis Teknologi
Kemacetan di Kota Bandung.(Istimewa )

PEMERINTAH Kota (Pemkot) Bandung, Jawa Barat (Jabar), saat ini tengah menyiapkan sejumlah strategi berbasis teknologi dan tata kelola waktu untuk mengurai kemacetan. Terutama di beberapa titik persimpangan jalan dengan mengularnya kendaraan baik roda empat maupun roda dua.

Langkah ini dilakukan pemkot setelah TomTom Traffic Index 2024 melakukan survei yang menempatkan Kota Bandung sebagai salah satu kota dengan tingkat kemacetan tertinggi di Indonesia dan menduduki posisi atas dalam daftar kota dengan waktu tempuh harian terlama.

"Pemkot tengah menyiapkan sejumlah strategi berbasis teknologi dan tata kelola waktu untuk mengurai kemacetan. Saya perhatikan di beberapa titik yang padat, seperti di kawasan Jalan Riau yang banyak sekolah, sudah mulai ada penguraian. Itu karena kita coba mengatur ulang jam masuk sekolah agar tidak menumpuk di jam yang sama," papar Wali Kota Bandung Muhammad Farhan, Rabu (23/7).

Namun, ia menekankan bahwa efektivitas kebijakan tersebut masih harus dibuktikan lewat data. Saat ini Pemkot Bandung juga tengah menjajaki pemanfaatan teknologi Area Traffic Control System (ATCS), yang dapat menyesuaikan durasi lampu lalu lintas berdasarkan kepadatan kendaraan secara real-time.

"Saya sudah minta Dinas Perhubungan (Dishub) buat kajian dan lapor ke saya. Hari Kamis nanti mereka baru akan menyampaikan laporannya," jelasnya.

Farhan menyebut bahwa sistem ATCS sudah tersedia, namun belum sepenuhnya berfungsi secara otomatis karena keterbatasan data pendukung. Alatnya sudah siap untuk otomatis. Tapi data durasi lampu hijau dan merah yang disesuaikan dengan waktu dan hari itu belum kita punya. Kita perlu big data dari perusahaan.

"Saat ini kami sedang mencari skema kerja sama dengan pihak penyedia data untuk memanfaatkan data pergerakan GPS sebagai acuan pengaturan lalu lintas yang lebih presisi," ujarnya.

Farhan menegaskan bahwa solusi jangka panjang bagi kemacetan Kota Bandung adalah penerapan konsep smart city secara nyata. Saatnya Bandung jadi smart beneran. Alat-alat canggih sudah ada, tinggal dimanfaatkan dan didukung dengan data yang akurat.

Farhan juga menyinggung bahwa banyak infrastruktur teknologi yang sudah tersedia sejak lama, namun belum digunakan secara optimal karena keterbatasan integrasi data.

"Selama ini kan masih manual. Harusnya bisa otomatis, apalagi sekarang semua sudah serba digital," terangnya.

Sementara itu, praktisi lalu lintas Kombes Edwin Affandi menambahkan, Kota Bandung perlu revolusi sistem pengaturan lalu lintas melalui teknologi modern. Diakui Edwin, solusi inovatif berupa traffic light adaptif berbasis kecerdasan buatan (AI) bisa menjadi kunci untuk mengurai benang kusut kemacetan di simpang jalan.

“Sistem fixed time tidak lagi relevan untuk kondisi lalu lintas yang dinamis. Diperlukan sistem cerdas yang bisa menyesuaikan waktu hijau berdasarkan kondisi riil di lapangan," bebernya.

Edwin menuturkan, terdapat tiga penyebab yang menjadi masalah utama kemacetan di simpang jalan Kota Bandung. Pertama, waktu hijau tidak responsif artinya lampu lalu lintas dengan pengaturan waktu tetap tidak menyesuaikan dengan variasi volume kendaraan yang datang, sehingga waktu hijau bisa terbuang sia-sia. Kedua, adanya tumpang tindih arus saat lampu hijau menyala, arus dari satu arah seringkali tertahan karena kendaraan dari simpang lain sudah memenuhi area tengah persimpangan.

"Ketiga yaitu jarak dan kecepatan Kendaraan yang masih jauh saat lampu hijau menyala kerap gagal melintas. Hal itu berdampak menghambat efisiensi arus dan memperpanjang waktu tunggu berikutnya," tandasnya.

Selain itu, lanjut Edwin, kemacetan pun memiliki beberapa dampak yang sangat merugikan masyarakat, di antaranya dapat menghambat waktu selama 25–40% waktu perjalanan, peningkatan emisi dan polusi serta memicu stres, kecemasan, serta gangguan pernapasan akibat paparan polusi.

"Di sisi lain juga kemacetan berdampak pada kerugian ekonomi, karena kendaraan yang terjebak macet mengonsumsi lebih banyak bahan bakar hingga 30% dibanding kondisi normal," imbuhnya. (AN/E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya

Bisnis

Wisata
Kuliner