Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Desa Mekarwangi Lembang Budi Daya Pisang Ambon untuk Ketahanan Pangan

Depi Gunawan
13/2/2025 20:40
Desa Mekarwangi Lembang Budi Daya Pisang Ambon untuk Ketahanan Pangan
Warga mengangkut pisang hasil panen di Desa Mekarwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.(MI/DEPI GUNAWAN)

WARGA Desa Mekarwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, kini tengah fokus membudidayakan tanaman pisang ambon lumut hijau yang menjadi program ketahanan pangan di desa ini.

Pohon pisang ditanam memanfaatkan lahan yang tak terpakai dan disulap menjadi lahan produktif. Penanaman pohon pisang ini tak lain sebagai upaya warga dalam mengembalikan desa tersebut yang dululnya terkenal sebagai sentra penghasil pisang.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Mekarsari, Desa Mekarwangi, Karya mengatakan, gerakan menanam pohon pisang berasal dari dana desa sebesar Rp90 juta dari anggaran tahun 2023. Dana tersebut digunakan untuk menanam sebanyak 1.200 pohon pisang di lahan seluas 9.000 meter persegi.

"Dari mulai penanaman, sekitar setahun kemudian atau tepatnya sejak Desember 2024, pohon-pohon pisang yang kami tanam sudah dipanen hingga sekarang," kata Karya, Kamis (13/2).

Dalam dua bulan terakhir, dia mengaku, pihaknya telah memanen sekitar 1,4 ton pisang dan diperkirakan total produksi akan mencapai 20 ton. Pisang yang sudah dipanen dikirim ke pelanggan perorangan yang sudah menjadi langganan tetap.

"Permintaan sudah banyak tapi kami belum berani mengejar pesanan dalam jumlah besar dari pabrikan. Kami masih mengevaluasi hasil panen tahun pertama sebelum mempertimbangkan kerja sama dengan pasar industri," ujarnya.

Menurut dia, dari satu pohon bisa menghasilkan 35-40 kilogram pisang selama satu tahun. Pisang dengan kualitas terbaik dihargai Rp12.000 per kilogram saat matang, sedangkan pisang yang masih mentah dijual seharga Rp5.000 per kilogram.

"Untuk menjaga kualitas, buah pisang dibungkus plastik agar kulitnya tetap mulus," ucapnya.


Kualitas


Gapoktan mulai mengembangkan produk turunan dari pisang yang kurang memenuhi standar pasar karena tidak semua hasil panen bisa dijual dalam bentuk buah segar karena perbedaan kualitas.

Agar bisa dimanfaatkan, pihaknya menggandeng UMKM yang dikelola kelompok wanita tani untuk mengolah pisang menjadi keripik. Selain buahnya, batang pisang (gebog) juga bisa dimanfaatkan menjadi camilan ringan.

"Kami juga ingin memanfaatkan daun pisang untuk menambah nilai ekonomis. Saat ini, gebog sudah memiliki pasar, tetapi untuk daun masih dalam tahap perencanaan," kata salah seorang anggota Gapoktan, Undang.

Dalam setahun ke depan, Gapoktan Mekarsari akan mengevaluasi perkembangan produksi dan pasar. Dengan investasi awal sebesar Rp90 juta, diharapkan modal dapat kembali dalam tempo satu tahun.

"Jika evaluasi menunjukkan hasil memuaskan, kita akan mulai membuka peluang kerja sama dengan pabrikan agar produksi bisa ditingkatkan dalam skala lebih besar," tuturnya.

Undang menjelaskan, program ketahanan pangan di Desa Mekarwangi tidak hanya menghidupkan peluang ekonomi baru bagi masyarakat setempat, tapi juga mengembalikan kejayaan desa ini sebagai penghasil pisang terbaik di wilayah Bandung.

Sejak dahulu, ia menambahkan, buah pisang dari Desa Mekarwangi dikenal luas di Kota Bandung. Warga biasanya menjualnya dengan cara dipikul dan berkeliling ke wilayah kampus UPI, Jalan Cipaganti, hingga Dago. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, produksi pisang berkurang drastis. Warga hanya menanam pisang di pekarangan rumahnya saja.

"Karena itu, kami berinisiatif untuk menghidupkannya kembali desa ini sebagai penghasil pisang berkualitas di Bandung," jelasnya.

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng
Berita Lainnya

Bisnis

Wisata
Kuliner