Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Trump Klaim Cegah Pembunuhan Khamenei selama Perang Iran-Israel

Ferdian Ananda Majni
29/6/2025 09:45
Trump Klaim Cegah Pembunuhan Khamenei selama Perang Iran-Israel
Donald Trump dan Ali Khamenei.(Dok Al-Jazeera)

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa dirinya mengetahui lokasi persembunyian Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, selama konflik 12 hari dengan Israel. Ia juga mengeklaim telah mencegah pembunuhan Khamenei oleh pasukan Israel dan AS.

"Saya menyelamatkannya dari kematian yang sangat buruk dan memalukan," kata Trump menanggapi pernyataan dari Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, yang menyebut bahwa negaranya tidak bisa menargetkan Khamenei karena tidak mengetahui lokasi persembunyiannya.

Trump juga mengancam akan benar-benar mempertimbangkan serangan militer ke fasilitas nuklir Iran jika negara tersebut terus memperkaya uranium hingga tingkat yang mengkhawatirkan bagi Washington.

Dia mengungkapkan bahwa dirinya memerintahkan Israel untuk menghentikan serangan besar ke Iran setelah Teheran menembakkan rudal meskipun gencatan senjata telah diberlakukan. "Itu akan menjadi serangan terbesar dalam perang sejauh ini," tegas Trump dilansir Times of Israel, Minggu (29/6).

Trump menegaskan bahwa Iran perlu kembali pada arus tatanan dunia dan memperingatkan bahwa kondisi negara itu bisa semakin memburuk.

Tidak punya harapan

"Mereka tidak punya harapan dan keadaan akan semakin buruk! Saya berharap para pemimpin Iran menyadari bahwa kita sering kali mendapatkan lebih banyak dengan madu daripada dengan cuka," tambahnya.

Trump juga mengaku sempat mempertimbangkan pencabutan sanksi terhadap Iran, tetapi membatalkannya setelah Khamenei menyampaikan pidato yang meremehkan dampak serangan ke fasilitas nuklir Iran dan mengancam akan mengulangi tamparan terhadap pasukan AS.

"Selama beberapa hari terakhir, saya berupaya untuk mencabut sanksi. Namun, saya malah dihujani pernyataan kemarahan, kebencian, dan rasa jijik," tulis Trump di Truth Social. 

Dia mengecam Khamenei atas pernyataan yang menurutnya mencolok dan bodoh.

"Sebagai orang yang beriman besar, dia tidak seharusnya berbohong," tambahnya. 

"Anda harus mengatakan yang sebenarnya. Anda telah dipukuli habis-habisan," ucapnya.

Tidak sopan

"Jika Presiden Trump benar-benar menginginkan kesepakatan, ia harus mengesampingkan nada tidak sopan dan tidak dapat diterima terhadap Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei," kata Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi Menanggapi pernyataan tersebut di X.

Khamenei sendiri dalam pernyataan video menyebut bahwa serangan militer AS tidak mencapai sesuatu yang signifikan dan mengancam akan kembali menampar AS. Serangan rudal ke pangkalan militer al-Udeid di Qatar sebagian besar berhasil dicegat, tanpa menimbulkan korban jiwa.

Pejabat militer Israel menyatakan bahwa serangan mereka telah menetralkan kemampuan Iran untuk memperkaya uranium hingga 90% untuk periode yang lama. Namun, laporan awal AS menyebut efeknya hanya bersifat sementara.

IAEA menyatakan bahwa kerusakan di situs Fordow yang berada di dalam gunung sangat besar.

Direktur Jenderal Rafael Grossi mengatakan bahwa sentrifus telah rusak parah dan tidak lagi beroperasi. Araghchi mengakui ada kerusakan serius dan menyebut inspektur IAEA tidak akan diizinkan masuk untuk sementara waktu.

Pertemuan minggu depan

Ketika ditanya dalam konferensi pers, Trump menyebut bahwa Iran harus bekerja sama dengan IAEA atau lembaga lain yang dipercaya jika ingin melanjutkan pembicaraan. Dia mengisyaratkan pertemuan dapat terjadi minggu depan.

Namun, Araghchi menyatakan bahwa serangan AS terhadap tiga lokasi penting telah memperumit kemungkinan negosiasi baru. 

"Belum ada kesepakatan, belum ada waktu, belum ada janji, bahkan belum ada pembicaraan," ujarnya.

Dia menekankan bahwa intervensi militer AS telah membuat segalanya semakin sulit dan rumit untuk kelanjutan perundingan nuklir dengan Iran. (I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya