Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
TERJEBAK di dalam dan sekitar Rafah, lebih dari satu juta warga Palestina bersiap menghadapi Israel untuk menyelesaikan rencana evakuasi mereka dan melancarkan serangan darat terhadap pejuang Hamas di Kota Gaza Selatan tersebut. Badan-badan bantuan memperingatkan bahwa sejumlah besar warga sipil bisa tewas dalam serangan Israel.
Badan pengungsi Palestina PBB juga menyatakan tidak tahu lama mereka bisa bekerja dalam operasi berisiko tinggi seperti itu. "Ada rasa cemas dan panik yang semakin meningkat di Rafah," kata Philippe Lazzarini, kepala badan UNRWA. "Orang-orang tidak tahu ke mana harus pergi," sebutnya.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Jumat (9/2) mengumumkan bahwa militer diperintahkan untuk mengembangkan rencana untuk mengevakuasi penduduk dan menghancurkan empat batalion Hamas yang berada di Rafah. "Israel tidak dapat mencapai tujuannya untuk melenyapkan militan Islam yang menguasai Gaza selama unit-unit tersebut masih ada," katanya.
Baca juga : Temui Korban Gaza Palestina, Utusan PBB: Saya Hancur
Pernyataan tersebut, yang dikeluarkan dua hari setelah Netanyahu menolak proposal gencatan senjata Hamas yang mencakup pembebasan sandera yang ditahan oleh militan Palestina, tidak memberikan rincian lebih lanjut. Amerika Serikat, pendukung utama Israel, mengatakan pihaknya tidak akan mendukung serangan yang tidak melindungi warga sipil dan memberi pengarahan kepada Israel mengenai memorandum keamanan nasional baru AS yang mengingatkan negara-negara penerima senjata AS untuk mematuhi hukum internasional.
"Tidak ada standar baru dalam memo ini. Kami tidak menerapkan standar baru untuk bantuan militer," kata sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre kepada wartawan. "Mereka (Israel) menegaskan kembali kesediaan mereka untuk memberikan jaminan semacam ini," tuturnya.
Lebih dari satu juta orang yang mengungsi ke arah selatan akibat pengeboman Israel selama lebih dari empat bulan di Gaza berkumpul di Rafah dan daerah sekitarnya di perbatasan wilayah pesisir dengan Mesir, yang telah memperkuat perbatasan tersebut karena takut terjadi eksodus.
Baca juga : PBB Perkirakan 17.000 Anak Gaza Terpisah dari Orangtua
Para dokter dan pekerja bantuan berjuang untuk memberikan bantuan dasar kepada warga Palestina yang berlindung di sekitar Rafah. Banyak dari mereka yang terjebak di pagar perbatasan dengan Mesir dan tinggal di tenda-tenda darurat.
Pasukan Israel telah bergerak ke arah selatan menuju kota tersebut setelah pertama kali menyerbu bagian utara Gaza sebagai respons terhadap amukan orang-orang bersenjata Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober.
PBB mengatakan warga sipil Palestina di Rafah memerlukan perlindungan, tetapi tidak boleh ada pengungsian massal secara paksa, yang dilarang oleh hukum internasional.
"Perang tidak boleh dibiarkan di kamp pengungsi yang sangat besar," kata Jan Egeland, sekretaris jenderal Dewan Pengungsi Norwegia. Dia juga memperingatkan akan terjadi pertumpahan darah jika pasukan Israel pindah ke Rafah.
Baca juga : Apa itu Keputusan Sela Sidang Dugaan Genosida Gaza oleh Israel?
Kepresidenan Palestina mengatakan rencana Netanyahu bertujuan mengusir rakyat Palestina dari tanah mereka. "Mengambil langkah ini mengancam keamanan dan perdamaian di kawasan dan dunia. Tindakan ini melanggar semua garis merah," kata kantor Mahmoud Abbas, kepala Otoritas Palestina, yang menerapkan pemerintahan mandiri parsial di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Seorang pejabat Israel yang menolak disebutkan namanya mengatakan bahwa Israel akan mencoba mengorganisasi orang-orang di Rafah, yang sebagian besar melarikan diri dari utara, untuk dipindahkan kembali ke utara sebelum terjadi serangan apa pun.
Hampir satu dari 10 warga Gaza yang berusia di bawah lima tahun kini mengalami kekurangan gizi akut, menurut data awal PBB dari pengukuran lengan yang menunjukkan penurunan fisik. Badan amal ActionAid mengatakan beberapa warga Gaza makan rumput. "Setiap orang di Gaza kini kelaparan dan masyarakat hanya mendapat 1,5 hingga 2 liter air tidak aman per hari untuk memenuhi semua kebutuhan mereka," katanya.
Baca juga : Dua Ibu di Jalur Gaza Dibunuh Israel setiap Satu Jam
Beberapa jam setelah pernyataan Netanyahu, setidaknya 11 warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di Rafah, menurut media Hamas. Pejabat kesehatan Palestina melaporkan serangan udara Israel sebelumnya menewaskan sedikitnya 15 orang, delapan di antaranya di kawasan Rafah.
"Kami tidur di dalam dan, ketika serangan terjadi, kami terlempar ke luar," kata Mohammed al-Nahal, seorang lansia Palestina yang berdiri di samping reruntuhan bangunan tempat tinggalnya. "Ini menghancurkan seluruh rumah. Putri saya terbunuh. Putri saya, suaminya, putranya, semua menjadi martir," ujarnya.
Militer Israel mengatakan pasukannya telah beraksi di wilayah Khan Younis serta Gaza utara dan tengah untuk menghilangkan sel-sel militan dan menghancurkan infrastruktur militan. Pihaknya mengambil langkah-langkah untuk menghindari jatuhnya korban sipil dan menuduh militan Hamas bersembunyi di antara warga sipil, termasuk di sekolah, tempat penampungan dan rumah sakit.
Baca juga : PBB sangat Terusik Israel Ingin Usir Warga Gaza
Hamas membantah melakukan hal tersebut. Hamas pekan ini mengusulkan gencatan senjata selama empat setengah bulan. Selama itu para sandera yang tersisa akan dibebaskan, pasukan Israel akan mundur, dan kesepakatan akan dicapai untuk mengakhiri perang.
Netanyahu menolak persyaratan Hamas yang dianggap delusi. Itu respons terhadap rencana kesepakatan yang dikembangkan oleh kepala mata-mata AS dan Israel dengan Qatar dan Mesir. (AFP/Z-2)
Baca juga : Dewan Keamanan PBB Gelar Pembicaraan Darurat terkait Serangan Houthi
KEPALA Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Volker Turk mengecam keras tindakan militer Israel di Jalur Gaza yang terus dilanda kekerasan.
MESKIPUN menghadapi penangkapan, deportasi, dan konfrontasi dengan aparat keamanan Mesir, sejumlah peserta Global March to Gaza atau Konvoi Global ke Gaza tetap bersikeras bertahan di Kairo.
AKTIVIS pro-Palestina yang berkumpul dengan tujuan mematahkan blokade Israel terhadap Gaza mundur ke Misrata di Libia barat setelah diblokade oleh pihak berwenang di wilayah timur negara itu.
PULUHAN ribu orang berpakaian merah berbaris melalui jalan-jalan di Den Haag dan di Brussels untuk menuntut lebih banyak tindakan pemerintah mereka terhadap genosida di Gaza.
ENTITAS baru yang didukung Amerika Serikat dan Israel untuk memberi bantuan pangan di Jalur Gaza, Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), ternyata menimbulkan banyak masalah dan tanda tanya.
YAYASAN Kemanusiaan Gaza (GHF) yang mendapat dukungan dari Amerika Serikat mengumumkan bahwa mereka tidak akan menyalurkan bantuan pada Rabu (4/6).
KEPALA Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Volker Turk mengecam keras tindakan militer Israel di Jalur Gaza yang terus dilanda kekerasan.
MENTERI Pertahanan Israel, Israel Katz, pada Rabu (11/6) meminta Mesir untuk mencegah para aktivis mencapai perbatasan Mesir dengan Jalur Gaza dan memasuki wilayah Palestina.
SEBANYAK 12 aktivis di kapal Madleen gagal menembus blokade Israel. Namun gerakan itu membakar ribuan aktivis lain sedunia untuk meluncurkan Konvoi Global ke Gaza.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved