Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Pembunuhan Dua Warga Israel Satukan Keluarga Yahudi dan Arab

Mediaindonesia.com
06/9/2021 14:54
Pembunuhan Dua Warga Israel Satukan Keluarga Yahudi dan Arab
Malek Hassuna (kiri), membawa foto putranya Mussa yang ditembak mati warga Yahudi pada 10 Mei, duduk dengan Effi Yehoshua.(AFP/Ahmad Gharabli.)

DUA pria Israel yang kehilangan kerabat dekat dalam kekerasan massa sektarian, satu orang Yahudi dan satu orang Arab, telah terikat dalam kesedihan. Akan tetapi pencarian keadilan mereka yang kontras menyoroti perbedaan yang dalam.

Keduanya berduka atas orang-orang terkasih yang tewas di kota Lod, Israel, selama kerusuhan antarkelompok yang merobek negeri itu selama perang Gaza, Palestina, lalu. Malek Hassuna, seorang Arab, mengatakan putranya yang berusia 31 tahun, Mussa, seorang pedagang besi tua, ditembak mati oleh warga Yahudi pada 10 Mei, meninggalkan seorang istri dan tiga anak.

Effi Yehoshua, seorang Yahudi, mengatakan saudara laki-lakinya yang berusia 56 tahun, Yigal, seorang tukang listrik, tewas sehari kemudian ketika hujan batu menghantam mobilnya. Ia meninggalkan seorang istri dan dua anaknya.

Tujuh tersangka Arab telah didakwa dalam pembunuhan Yigal. Empat tersangka Yahudi ditangkap dalam kematian Mussa, tetapi kemudian dibebaskan, tanpa dakwaan yang diajukan.

"Ini bukan keadilan," kata Hassuna, 62, yang menceritakan duka mendalam atas putranya ketika dia mendengar bahwa Yigal, rekan kerjanya, telah meninggal. "Yigal ialah temanku," kata Hassuna kepada AFP.

Dia mengatakan dia mengunjungi keluarga Yigal yang berduka dan mengatakan kepada mereka, "Rasa sakitmu merupakan rasa sakitku." Kedua pria yang berduka itu mulai bertukar pesan dan catatan suara.

Baca juga: Enam Warga Palestina Kabur dari Penjara Israel

Beberapa bulan kemudian, duduk di sofa Hassuna, Yehoshua, 58, mengatakan kepada AFP, "Setiap kali luka terbuka, itu menyakitkan. Itu mencoba untuk sembuh dan terbuka lagi, dan untuk Malek, lukanya juga tidak sembuh."

Perlakuan tidak setara 

Kedua pria itu mengatakan bahwa orang yang mereka cintai berpindah dengan mudah antara komunitas Yahudi dan Arab di Lod, kota kelas pekerja yang berpenduduk sekitar 80.000 orang. Sekitar sepertiga penduduknya ialah warga Arab Israel, keturunan Palestina yang tetap tinggal setelah Israel berdiri pada 1948.

Selama bertahun-tahun, orang Yahudi dan Arab berbagi di Lod, meskipun penduduk Arab mengeluhkan perlakuan yang tidak setara dalam perumahan dan tanah. Ketenangan itu hancur pada Mei ketika kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh perusuh Arab dan warga Yahudi meninggalkan sinagoga-sinagoga membara, batu nisan Muslim dihancurkan, dan mobil hangus di sepanjang jalan kota.

Ketegangan berkobar di seluruh negeri setelah polisi Israel menyerbu Masjid Al-Aqsa Yerusalem sebagai tanggapan atas pelemparan batu dan bahan peledak kepada para jemaah. Pertempuran meledak ketika penguasa Islamis Gaza, Hamas, menembakkan roket dan Israel menggempur daerah kantong yang diblokade dengan serangan udara yang intens.

"Lod tidak pernah mengalami hal seperti ini dalam 70 tahun," kata Yehoshua. Para tersangka Arab yang didakwa atas kematian Yigal, termasuk dua warga Tepi Barat dan lima warga Israel, kata polisi. Menurut dakwaan, para terdakwa melemparkan batu melalui jendela mobil Yigal, memecahkan tengkoraknya, dan menyebabkan kerusakan otak yang fatal. 

Effi Yehoshua mengatakan dia menghadiri setiap sidang pengadilan untuk tersangka pembunuh saudaranya.
"Saya percaya pada sistem hukum, percaya pada pasukan keamanan, bahwa mereka akan menangkap orang-orang ini dan memberi mereka yang pantas mereka dapatkan," katanya.

Baca juga: Israel Minta Mesir Tekan Hamas untuk Akhiri Kekerasan di Perbatasan

Dalam kasus penembakan Mussa, polisi menanyai empat tersangka Yahudi tetapi kemudian membebaskan mereka.
"Israel membuat perbedaan bahwa sangat normal bagi orang Arab untuk mati dengan darah dingin," kata Hassuna.

Gelombang kekerasan 

Polisi Israel mengatakan kepada AFP bahwa mereka menangkap 154 ​​orang, termasuk 120 orang Arab, terkait dengan gangguan di Lod. Polisi mengatakan petugas menyelidiki setiap kasus kekerasan dan pembunuhan tanpa ikatan dengan latar belakang tersangka atau korban dalam kejahatan.

Namun, Jafar Farah, direktur kelompok hak asasi Mossawa Center untuk warga Palestina Israel, mengatakan kepada AFP bahwa ada penerapan penegakan hukum yang selektif ketika menyangkut warga negara Arab. Organisasinya mengatakan polisi telah menangkap lebih dari 2.300 warga Arab sejak Mei, dibandingkan dengan 180 warga Yahudi.

Kementerian kehakiman tidak mengonfirmasi angka penangkapan, tetapi mengatakan pihaknya mengeluarkan 515 dakwaan untuk berbagai pelanggaran, dengan terdakwa Yahudi terdiri dari sekitar 13%. Di antara mereka yang ditangkap, pada Juni, ialah saudara laki-laki Mussa, Ayoub, 29, yang tetap di penjara atas sesuatu yang menurut ayahnya merupakan tuduhan palsu.

Pada Juli, Hassuna berbicara di parlemen Israel dan memohon keadilan bagi Mussa. Dia menyalahkan kerusuhan Lod kepada wali kotanya, Yair Revivo, yang telah meminta orang-orang Yahudi Israel untuk datang dengan senjata untuk, "Membela kami. Jika tidak ada Yair Revivo, semua akan tenang," kata Hassuna kepada anggota parlemen.

Baca juga: Israel Minta Pengadilan Tunda Pembongkaran Desa Badui di Tepi Barat

Dalam perjalanan pulang, Hassuna menerima telepon dari Revivo yang mengancam akan menuntutnya dan menyita propertinya. "Hati-hati dengan saya," Revivo memperingatkan, dalam rekaman panggilan yang diperoleh AFP.

Hati tenang

Effi Yehoshua mengatakan dia menghabiskan enam hari di samping tempat tidur Yigal di rumah sakit. Keluarganya menyumbangkan organ Yigal; seorang wanita Palestina dari Jerusalem timur menerima ginjal.

Sejak itu, Yehoshua telah kembali ke pekerjaan kantornya di suatu perusahaan air. Dia mengatakan satu saluran TV komersial sedang membuat film dokumenter tentang saudaranya.

Malek Hassuna mengatakan dia membesarkan anak-anak Mussa, bersama enam lainnya dari dua putra di penjara. Pekerjaannya sebagai operator traktor tidak menutupi pengeluarannya.

"Tidak ada yang membantu saya," katanya. "Saya berumur 62. Saya memiliki penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi. Saya khawatir saya akan pingsan dan keluarga saya akan mendapat masalah."

Di tengah krisis, Hassuna mengatakan dia menemukan penghiburan kepada teman barunya. "Ketika saya melihat Effi, saya ingat Yigal dan saya merasa aman. Hati saya tenang," kata Hassuna.

Baca juga: Hamas: Runtuhnya Terowongan Gaza-Mesir Tewaskan Tiga Warga

Effi Yehoshua mengatakan dia juga diperkaya oleh hubungan itu. "Aku menjadi pria yang lebih baik sejak kita bertemu," kata Yehoshua tentang Hassuna. "Jika saya bisa bersamanya serta semua rasa sakitnya dan saya tidak pergi, itu menjadi pesan yang baik untuk semua agar tidak saling membenci." (AFP/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya