Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Pembebasan Predator Anak di Korsel Didemo Warga

Atikah Ishmah Winahyu
12/12/2020 15:05
Pembebasan Predator Anak di Korsel Didemo Warga
Ilustrasi(dok:medcom)

PARA pengunjuk rasa yang marah melempar telur dan meneriakkan umpatan saat seorang predator anak paling kejam di Korea Selatan, Cho Doo-soon, dibebaskan dari penjara di Seoul selatan pada Sabtu (12/12), usai menjalani hukuman selama 12 tahun.

Para pengunjuk rasa melemparkan telur dan benda-benda lainnya seperti kipas. Cho dibawa dan diapit oleh petugas keluar dari gerbang penjara sekitar pukul 6.45 pagi waktu setempat.

Otoritas penegak hukum mengikat pria berusia 69 tahun itu dengan gelang kaki elektronik dan mengantarnya ke kediamannya di dekat Ansan. Pihak berwenang telah menambahkan dan meningkatkan kamera keamanan di daerah tersebut serta berjanji akan terus memantau Cho karena masih dianggap sebagai risiko bagi warga sekitar.

Cho dihukum karena menculik dan memperkosa seorang gadis berusia delapan tahun di kamar mandi gereja di Ansan pada 2008 hingga membuat gadis tersebut menderita luka parah berkepanjangan. Kasus ini mengejutkan dan memicu simpati publik hingga menginspirasi film berjudul Hope yang tayang pada 2018 lalu.

Sejak 2017 lalu, sekitar 1 juta orang telah menandatangani beberapa petisi online kepada presiden untuk menentang pembebasan Cho, yang ditakuti oleh penduduk di Ansan selama bertahun-tahun.

Lusinan pengunjuk rasa memegang tanda bertuliskan "Cho Doo-soon ke neraka" dan meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan pengebirian atau eksekusi. Mereka berunjuk rasa selama berjam-jam di depan penjara pada Sabtu pagi di tengah banyaknya kehadiran polisi.

Petugas membubarkan beberapa pengunjuk rasa yang memblokir jalur ke penjara dengan berbaring dan mengunci senjata, yang menunda pembebasan Cho sekitar setengah jam.

Cho keluar dari penjara dengan mengenakan topi dan masker wajah putih. Dia kemudian tiba di kantor percobaan di Ansan di tengah rentetan lampu kilat kamera tempat petugas mendaftarkan alat pelacaknya. Dia tidak menjawab pertanyaan dari wartawan, tetapi hanya membungkuk dua kali sebelum diantar pulang.

Kementerian Kehakiman sebelumnya menolak permohonan dari walikota Ansan agar Cho diisolasi di fasilitas perlindungan setelah masa hukumannya berakhir. Kementerian tersebut mengatakan memutuskan untuk mengangkut Cho dengan kendaraan pemerintah, karena jika dia menggunakan mobilnya sendiri atau transportasi umum dapat berisiko bentrokan fisik dengan warga lain.

Papan pesan online dan media sosial telah dipenuhi dengan komentar yang mengancamnya dengan hukuman.

“Hampir semua orang yang saya kenal sibuk berselancar di Internet untuk mencari tahu lokasi rumahnya dan saya juga melakukannya,” kata Lee Do-hyung, seorang karyawan kedai kopi.

“Ada isu yang beredar bahwa hukuman penjara tidak mengubahnya, dan bahwa dia masih pria yang kejam. Anda tidak ingin pria itu berkeliaraan di jalanan. Para pasangan dan orang tua sangat khawatir," lanjutnya.

Seorang pekerja kantoran di Ansan, J A Nah mengaku takut jika bertemu dengan Cho di mana saja dan kapan saja. "Saya berharap dia sekarang akan hidup sebagai warga negara normal yang tidak merugikan orang lain, tapi saya masih takut dengannya," katanya.

Untuk meredakan kecemasan publik, pihak berwenang baru-baru ini meningkatkan patroli dan keamanan di sekitar lingkungan Cho.

Pemerintah kota Ansan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tim yang terdiri dari 12 penjaga keamanan yang sebelumnya merupakan tentara pasukan khusus atau spesialis seni bela diri, telah ditempatkan secara bergiliran untuk berpatroli di daerah sekitar rumah Cho 24 jam sehari. Pejabat juga menambahkan 20 kamera keamanan serta lampu jalan baru.

Mo Youngshin, seorang petugas polisi di Ansan, mengatakan 30 petugas lainnya telah dimobilisasi secara terpisah untuk berpatroli di lingkungan itu. Dia mengatakan polisi dan Kementerian Kehakiman baru-baru ini mengadakan pelatihan bersama untuk segera memobilisasi staf mereka untuk menanggapi jika Cho melakukan kejahatan.

Keluarga korban mengatakan kepada media lokal bulan lalu bahwa mereka akan pindah dari Ansan karena kepulangan Cho. Sang ayah mengungkapkan bahwa putrinya menangis karena kabar Cho akan kembali ke Ansan. “Ini pertama kalinya terjadi sejak dia diserang 12 tahun lalu. Kami semua menangis bersamanya,” kata pria itu. (CNA/OL-13)

Baca Juga: Darurat Pedofilia?



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik