Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

698 WNI Jadi Korban TPPO sepanjang 2024, Edukasi Calon Pekerja Migran Harus Ditingkatkan

Devi Harahap
14/9/2024 15:55
698 WNI Jadi Korban TPPO sepanjang 2024, Edukasi Calon Pekerja Migran Harus Ditingkatkan
Aksi menuntut pengentasan kasus TPPO.(Dok. Antara)

ANGGOTA Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo menyoroti kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) terhadap para WNI yang sudah kerap terjadi. Namun, antisipasi masih kurang maksimal, terutama kasus TPPO pada kejahatan online scams.

Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), sebanyak 698 WNI menjadi korban TPPO sepanjang tahun 2024. Sedangkan Kemenlu menerima 107 laporan korban TPPO, di mana sebanyak 44 orang sudah berhasil dipulangkan namun sisanya masih berada di Myawaddi, Myanmar.

Hal ini dikatakan Rahmad, menindaklanjuti kasus terhadap belasan warga Sukabumi yang menjadi korban TPPO di wilayah konflik Myawaddy, Myanmar.

Baca juga : Diduga Jadi Korban TPPO, Warga Cianjur Meninggal Dunia di Kamboja

“Dalam hal ini, BP2MI harus melakukan tindakan pencegahan bekerja sama dengan kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah agar sosialisasi dan edukasi sampai kepada seluruh lapisan masyarakat," jelas Rahmad dalam keterangannya yang diterima Parlementaria, di Jakarta, Sabtu (14/9).

Untuk WNI yang terlibat online scam, Kemenlu dan Perwakilan RI telah menangani 3.703 orang sejak tahun 2020 hingga Maret 2024. Melihat banyaknya WNI yang menjadi korban TPPO di luar negeri, Komisi IX DPR menekankan pentingnya langkah preventif untuk pencegahan terutama bagi masyarakat di daerah yang kerap menjadi korban online scam.

Rahmad menjelaskan penyebab tingginya korban TPPO adalah adanya keinginan masyarakat yang ingin bisa berangkat kerja ke luar negeri melalui jalur cepat hingga nekat berangkat karena mendapat iming-iming gaji besar sementara perusahaan yang menawarkan pekerjaan tidak jelas. Oleh karenanya, Rahmad mengingatkan agar edukasi terkait hal ini harus semakin masif sehingga masyarakat lebih hati-hati.

Baca juga : Ada WNI Pekerja Online Scams Pura-pura Jadi Korban TPPO demi Pulang Gratis

“Masyarakat harus betul-betul mendapat literasi agar saat ingin bekerja ke luar negeri, harus melalui jalur resmi. Sehingga calon PMI dapat dipastikan bekerja dengan perusahaan apa, siapa yang bertanggung jawab serta jelas hak dan kewajibannya,” papar Legislator dari Dapil Jawa Tengah itu.

Lebih lanjut, Rahmad mengatakan sosialisasi berisi informasi ke masyarakat terkait banyaknya kasus TPPO juga harus semakin ditingkatkan. Informasi edukatif sangat penting agar masyarakat tidak tergiur berangkat ke luar negeri lewat jalur mandiri yang tidak resmi.

”Edukasi tentang cara-cara aman mencari pekerjaan di luar negeri sangat penting. Ini yang saya kira masih kurang, terbukti masih banyak warga yang menjadi korban penipuan dan kejahatan TPPO,” katanya.

Baca juga : Empat Perempuan Asal Cianjur jadi Korban Dugaan Perdagangan Manusia

Jangan Mudah Tergiur

Rahmad juga menghimbau kepada masyarakat agar hati-hati saat mendapat iming-iming gaji besar bekerja di luar negeri. Jangan sampai tergiur dengan janji palsu tersebut, harus pastikan dulu legitimasi dan keamanan perusahaan serta perjanjian kerjanya seperti apa.

Di sisi lain, Rahmad mengingatkan pentingnya peningkatan pengawasan dan penegakan hukum terhadap agen-agen tenaga kerja yang tidak resmi dan terlibat dalam perdagangan manusia.

Baca juga : Ini Daerah yang Sering jadi Target Perdagangan Manusia Menurut KemenPPPA

“Indonesia perlu memperkuat kerja sama internasional untuk memerangi perdagangan manusia, termasuk dengan negara-negara tetangga dan organisasi internasional. Pengawasan terhadap agen tenaga kerja dan penegakan hukum terhadap pelaku TPPO masih lemah. Ini membuat para pelaku merasa aman untuk terus melakukan praktik ilegal mereka," imbuhnya.

Lebih lanjut, Rahmad mendorong Pemerintah untuk meningkatkan diplomasi dengan negara-negara yang banyak menjadi lokasi kejahatan TPPO. DPR sendiri melalui diplomasi parlemen juga senantiasa mengangkat isu perlindungan PMI.

“Jalur diplomasi punya peranan yang sangat besar, termasuk bagaimana ketegasan Indonesia terhadap tindakan-tindakan TPPO karena sudah banyak sekali warga kita yang menjadi korban. Indonesia harus menunjukkan taringnya terhadap kejahatan perdagangan orang ini,” pungkasnya. (Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya