Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Paling Terdampak Perubahan Iklim, Generasi Muda Perlu Ambil Tindakan

Ihfa Firdausya
20/8/2024 15:03
Paling Terdampak Perubahan Iklim, Generasi Muda Perlu Ambil Tindakan
Ilustrasi peningkatan suhu akibat perubahan iklim.(Dok. Freepik)

GENERASI muda terutama generasi Alfa dan setelahnya disebut paling merasakan dampak perubahan iklim. Karena itu, kesadaran dan aksi iklim perlu terus digalakkan di kalangan generasi muda.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan sejumlah skenario terburuk jika perubahan iklim dan kenaikan suhu bumi gagal dikendalikan.

Ia mencontohkan, pada pertengahan abad atau tahun 2050 saat Indonesia Emas, dunia bisa mengalami kelangkaan air secara global. Sementara pada 2100, kenaikan suhu udara di Indonesia akan mencapai 3,5 derajat celcius dibandingkan dengan pra-industri.

Baca juga : Suhu Rata-Rata RI Sudah Naik 1,1 Derajat Celsius

“Bisa dibayangkan (kenaikan) 1,2 derajat saja sudah sering terjadi bencana, apalagi kalau 3 kali lipatnya. Jadi yang paling rentan untuk mengalami itu ya Gen Alfa,” kata Dwikorita saat membuka acara Festival Aksi Iklim 2024 di Kantor BMKG Pusat, Jakarta, Selasa (20/8).

Hanya dengan aksi iklim yang masif, kenaikan suhu bumi bisa direm atau dikendalikan. Pasalnya sejauh ini, kata Dwikorita, suhu bumi yang meningkat tidak bisa diturunkan lagi.

“Mungkin dengan teknologi, kenaikan suhu sudah sampai 1,5 derajat celcius, eh ketemu teknologinya, bisa diturunkan. Tapi teori mengatakan (kenaikan suhu bumi) irreversible, tidak bisa balik. Kalau sudah naik bisa direm tapi kemungkinan tidak bisa dikembalikan,” jelasnya.

Baca juga : BMKG Sebut Cuaca Panas akan Menurun Secara Gradual pada Bulan Mei 2023

World Meteorological Organization (WMO) melaporkan peningkatan anomali suhu bumi tahun 2023 telah mencapai 1,45 derajat celcius yang menobatkan tahun 2023 sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah. Angka itu hampir mendekati nilai ambang batas 1,5 derajat yang telah disepakati dunia dalam Perjanjian Paris (2015).

Pada tahun 2022 ketika kenaikan suhu bumi mencapai 1,2 derajat celcius, kata Dwikorita, terjadi berbagai fenomena anomali iklim dan cuaca. Sebut saja badai tropis, cuaca ekstrem, el nino, la nina, hingga gelombang atmosfer yang mengakibatkan cuaca ekstrem.

“Bayangkan kalau sekarang 1,45 pasti akan semakin cepat siklus hidrologi semakin memacu kondisi ekstrem kering maupun basah,” ungkapya.

Baca juga : Sekjen PBB: Panas Ekstrem Bunuh Hampir 500 Ribu Orang Setiap Tahun

Karena itulah, kata Dwikorita, kontribusi kaum muda sangat dibutuhkan dalam aksi iklim. Apalagi saat ini jumlah penduduk Indonesia didominasi kaum muda seperti milenial, gen z, dan alfa.

Untuk itu juga Festival Aksi Iklim diselenggarakan sebagai rangkaian acara Peringatan Hari Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ke-77. Tema yang diangkat adalah Aksi Iklim Kaum Muda untuk Perubahan Iklim Indonesia.

“Bagaimana caranya agar kenaikan suhu bisa kendalikan, nanti didiskusikan, dibahas. Saya yakin generasi-generasi ini berjiwa merdeka, futurik, inovatif, cepat belajar, sehingga insya Allah dengan festival ini dapat ditemukan langkah-langkah terobosan dalam pengendalian laju kenaikan suhu,” pungkasnya.

Baca juga : Ketua PBB Desak Negara-negara Mengatasi Dampak Panas Ekstrem yang Meningkat

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Laksmi Dhewanthi dalam sambutan yang dibacakan Sesditjen PPI Noer Adi Wardojo menyampaikan, peran generasi muda sangat penting dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

“Sebagai generasi yang tumbuh di era teknologi dan informasi, generasi muda memiliki akses terhadap pengetahuan dan teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi tantangan ini,” katanya dalam kesempatan yang sama.

Peran kaum muda dalam aksi iklim dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, baik melalui inovasi teknologi, advokasi, maupun aksi nyata di komunitas. Misalnya berperan dalam mitigasi perubahan iklim melalui pengurangan emisi gas rumah kaca, pemanfaatan energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi.

“Pemuda memiliki potensi besar untuk menciptakan inovasi dalam bidang teknologi hijau yang mengurangi jejak karbon kita,” kata Laksmi.

(Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya