Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Masyarakat harus Saling Hormati Perbedaan Awal Puasa Ramadan 1445 Hijriah

Despian Nurhidayat
09/3/2024 08:57
Masyarakat harus Saling Hormati Perbedaan Awal Puasa Ramadan 1445 Hijriah
Umat muslim salat tarawih di Masjid Istiqlal.(MI/Usman Iskandar)

Kementerian Agama (Kemenag) mengimbau masyarakat untuk mengedepankan sikap saling menghormati terhadap perbedaan awal puasa Ramadan 1445 H/2024 M. Selain itu, dialog para pihak juga patut dikedepankan untuk bisa saling memahami dan berbagi informasi terkait argumentasi masing-masing dalam mengawali ibadah puasa.

Pesan tersebut disampaikan Juru Bicara Kementerian Agama Anna Hasbie berkenaan dengan adanya perbedaan awal puasa Ramadan 1445 H/2024 M.

Ada kemungkinan puasa Ramadan 1445 H/2024 M di Indonesia tidak dimulai secara bersama-sama. Diperkirakan, ada kelompok yang bakal mengawali puasa pada 11 Maret dan ada juga yang memulai di 12 Maret.

Baca juga : Din Syamsuddin Ajak Umat Islam Wujudkan Ramadan yang Berkualitas

Majelis Tarjih Pengurus Pusat Muhammadiyah sudah mengumumkan awal puasa Ramadan pada 11 Maret 2024. Namun, pemerintah baru akan menggelar sidang isbat awal Ramadan 1445 H pada 10 Maret 2024. Sidang akan memutuskan apakah puasa Ramadan tahun ini akan dimulai pada 11 atau 12 Maret.

Namun demikian, ada juga kelompok yang sudah akan mulai puasa pada 10 Maret.

“Kita hormati pilihan dan keyakinan umat Islam dalam mengawali puasa Ramadan 1445 H/2024 M. Sikap saling menghormati perlu dikedepankan dalam menyikapi perbedaan,” ungkapnya dilansir dari keterangan resmi, Sabtu (9/3).

Baca juga : Ketum PP Muhammadiyah: Puasa Ramadhan Jangan Jadi Ibadah Rutinitas

Dalam semangat saling menghormati itu, kata Anna, ruang dialog tetap harus dibuka. Sebab, ilmu pengetahuan sudah semakin maju dan berkembang, termasuk terkait astronomi.

Penentuan awal bulan Hijriyah bisa didekati secara empiris melalui hisab dan atau rukyatul hilal, tidak semata berdasar keyakinan spiritual semata. Sehingga, argumentasinya juga ilmiah.

“Kemenag terus membuka ruang dialog dan diskusi terkait penentuan awal Ramadan. Dari situ diharapkan akan terjadi proses tukar informasi dan pemahaman terkait pilihan dalam mengawali puasa Ramadan,” sambungnya.

Muhammadiyah, misalnya, menetapkan Ramadan pada 11 Maret karena argumentasi hisab wujudul hilal. Sementara, pemerintah menggunakan pendekatan Hisab sebagai informasi awal dan Rukyatul Hilal sebagai konfirmasi.

“Bagaimana argumentasi awal Ramadan 1445 H pada 7 Maret atau 10 Maret? Kita bisa diskusikan agar bisa saling memberikan pemahaman,” sebut Anna.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya