Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PENINGKATAN suhu dan cuaca ekstrem yang belakangan ini terjadi hampir di seluruh belahan dunia dan disebabkan perubahan iklim.
Jika dibiarkan, hal ini menimbulkan dampak yang sangat fatal bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi, seperti menurunnya kualitas air bersih, berkurangnya oksigen, meningkatnya potensi penyebaran penyakit akibat virus dan bakteri hingga memicu terjadinya bencana alam.
Untuk itu diperlukan kerja sama semua pihak guna mengatasi masalah lingkungan, tidak hanya Perguruan Tinggi, Organisasi Masyarakat dan Pelaku Usaha, tetapi juga masyarakat, khususnya generasi muda.
Hal ini mengemuka dalam Diskusi bertema "Lingkungan Hidup; Kolaborasi Swasta, Perguruan Tinggi, Organisasi Masyarakat dalam Menghadapi Perubahan Iklim" yang diselenggarakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) DIY di Yogyakarta, baru-baru ini,
Baca juga: COP-28 Jadi Katalis untuk Dorong Keterlibatan Berbagai Pihak Tanggulangi Perubahan Iklim
Hadir dalam diskusi ini Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Ir. Muhammad Nurcholis, M.Agr , Head of Climate and Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni,, dan Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Dra Mutia Hariati Hussin, M.Si.
Nurcholis menegaskan, Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan dan organisasi memiliki perhatian penuh terhadap perubahan iklim.
“Bagaimana iklim kita saat ini tidak hanya mempengaruhi flora dan fauna, tapi juga menentukan kesehatan manusia. Karena itu diperlukan aksi nyata untuk menjaga iklim dengan menekan emisi karbon,: kata Ny=urcholis.
"Kita harus bersama-sama melakukan kolaborasi tersebut dan lantas kebijakan pemerintah, yaitu bagaimana untuk meningkatkan ketahanan iklim ini,” tegas Guru Besar Ilmu Tanah UPN ‘Veteran’ Yogyakarta dan juga dosen Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Baca juga: 5 Poin Penting yang Harus Diperhatikan pada KTT Iklim di Dubai
Lebih lanjut Nurcholis menjelaskan Muhammadiyah memiliki komitmen kuat dalam merespons dan mengkaji masalah lingkungan, termasuk yang saat ini sedang ramai seperti perubahan iklim.
"Muhammadiyah telah membuat konsep dasar untuk memitigasi laju perubahan iklim agar bisa dikendalikan," ucapnya.
Nurcholis juga mengajak generasi muda berperan aktif dalam mengatasi perubahan iklim ini. Generasi muda harus memahami secara praktis penyebab dari perubahan iklim.
Pembicara lain, Ratih Anggraeni, Head of Climate and Water Stewardship Danone Indonesia mengatakan, perubahan iklim adalah isu yang harus disadari oleh generasi saat ini, karena menyangkut keberlangsungan bumi.
“Edukasi tentang lingkungan harus dilakukan seawal mungkin sehingga mampu mendorong generasi muda untuk berinovasi memitigasi perubahan iklim. Dengan demikian kita kita bisa mitigasi perubahan iklim ini secara lebih masif,” jelas ratih.
Baca juga: Rahasia Pengelolaan Sumber Daya Air Danone-Aqua
Berbagai upaya dilakukan Danone Indonesia dalam menjaga keberlangsungan lingkungan hidup sebagai bagian dari visi perusahaan, tidak saja disekitar pabrik tetapi juga di tempat lain.
“Kami mendukung net zero emission pada 2050 namun di antaranya 2030 mencapai target pemenuhan jejak karbon dari operasional secara signifikan," jelasnya.
"Mulai dari penggunaan energi terbarukan, pengurangan energi fosil dan memastikan produk dihasilkan melalui sistem pertanian regeneratif. Komoditas yang dipakai tidak berasal dari lahan yang mengalami deforestasi,” kata Ratih.
Baca juga: UMY tidak Mensyaratkan Skripsi untuk Kelulusan sejak 2017
Danone Indonesia sejak tahun 2017 telah mengembangkan inovasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTSA) di beberapa pabrik dan memiliki komitmen untuk menerapkannya di semua pabriknya di Indonesia pada tahun 2025
Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Dra Mutia Hariati Hussin, M.Si, mengemukakan gap antara porsi kebijakan dengan penerapan di lapangan yang memicu persoalan-persoalan dalam mitigasi perubahan iklim di Indonesia.
“Kalau dari segi kebijakannya sudah banyak yang dihasilkan dan kelihatannya hanya untuk memenuhi kewajiban kita sebagai negara yang menandatangani berbagai perjanjian lingkungan banyak kita punya macam-macam, ada SDG’s, MDG’s,” kata Mutia. (RO/S-4)
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa kondisi cuaca ekstrem berupa curah hujan sangat tinggi akan terus bertahan hingga Maret-April 2025.
Empat perempuan muda tersebut yakni Yola, asal Kota Kupang, Karmelita asal Kabupaten Nagekeo, Ina, asal Kabupaten Lembata dan Helda asal Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Di tengah krisis iklim dan krisis pangan, peran petani milenial dan pemanfaatan teknologi menjadi kunci penting bagi Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Workshop pemilahan sampah diharapkan dapat mengedukasi kalangan anak anak untuk peduli lingkungan sejak dini.
Mengawali rangkaian acara menyambut ulang tahun, Swiss-Belresort Dago Heritage dan Zest Sukajadi Bandung menggelar kegiatan penanaman 141 pohon di Taman Hutan Raya, Ir. H. Djuanda, Bandung.
Konsorsium SNAPFI, merupakan tim proyek penelitian kolaboratif antara Pusat Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung (PPI-ITB) dengan Deutsches Institut für Wirtschaftsforschun
Potensi kejadian bencana di Jawa Barat mulai dari banjir, tanah longsor hingga angin kencang
Mitigasi bisa menjadi upaya pencegahan sebelum terjadinya bencana.
BADAN Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) akhirnya bisa memetakan sesar aktif yang menjadi pemicu gempa bumi di Kabupaten Sumedang Jawa Barat (Jabar) pada pergantian Tahun 2024.
Gempa di Sumedang terjadi pada 31 Desember 2023 hingga Januari 2024.
Program yang dilakukan oleh Kementerian Sosial sangat tepat mengingat wilayah Garut yang rawan bencana memerlukan upaya mitigasi dari pemerintah dan masyarakat.
Hal ini dilakukan sebagai langkah kesiapsiagaan dini dan kewaspadaan jika terjadi bencana di sekitar lingkungannya
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved