Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
INDONESIA kembali menunjukkan komitmen global dalam conference of the parties (COP-28) yang dilaksanakan di Dubai tahun ini. Dalam pertemuan itu, Indonesia menekankan untuk mencari berbagai solusi yang dapat mengakselerasi masalah perubahan iklim.
Menurut National Focal Point UNFCCC untuk Indonesia Laksmi Dhewanthi, beberapa hal yang akan menjadi fokus Indonesia dalam negosiasi di antaranya ialah mitigasi pendanaan iklim, ambisi, dan transisi energi.
“Selanjutnya akan ada long term climate finance yang belum dipenuhi di masa lalu. Ada tiga kelompok besar adaptasi, mitigasi dan implementasi. Suara negara berkembang menguat untuk negara maju guna menarik investasi di tingkat nasional,” kata Laksmi saat ditemui di Dubai Expo, Dubai, Rabu (29/11).
Baca juga : Menteri LHK: COP28 Jadi Titik Balik Akselerasi Penanganan Krisis Iklim
Menurut Laksmi, tahun ini Indonesia akan menjadikan COP-28 sebagai katalis, mobilisasi ekosistem pemerintah, korporasi, multilateral, akademisi, investor dan perusahaan rintisan utuk mendorong perubahan dalam pengemban,gan dan penerapan solusi iklim untuk membawa dunia kembali ke lintasan 1,5 derajat celcius dan mengurangi penderitaan bagi populsai dan ekosistem yang paling terkena dampak.
“Perlu ada transformasi lebih besar daripada revolusi industri. Tema teknologi dan inovasi akan menjadi inti dari segala hal yang dilakukan,” beber Laksmi.
Baca juga : Paus Fransiskus Batal Hadir di COP28 karena Flu
Selain itu, pembahasan mengenai keuangan juga sangat penting. Dari sisi pembiayaan akan dibahas lebih jauh mengenai ketahanan air dan pangan hingga pemberdayaan pemuda, kesetaraan gender, dinamika perdagangan, energi terbarukan dan sistem bantuan yang berketahanan.
“Pentingnya mobilisais sumber daya keuangan dan mekanisme pendanaan inovatif,” imbuhnya.
Selain itu, Indonesia juga akan mengajak pemuda, pengusaha, kelompok gender, dan masyarakat adat untuk ikut serta dalam proses yang lebih inklusif dibandingkan COP Sebelulmnya.
“Dalam COP kali ini diharapkan tackling gaps karena kurangnya inklusi sistematis, kurangnya peningkatan kapasitas organsiasi kecil emngenai cara melakukan dekarbonisasi, memberdayakan generasi berikutnya dan mereka yang paling terkena dampak transisi menuju ekonomi rendah karbon,” ucap Laksmi.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengungkapkan, dalam agenda World Climate Action Summit (WCAS) yang akan dihadiri oleh kepala negara para pihak konvensi kerangka kerja PBB untuk perubahan iklim, Indonesia akan menyampaikan sejumlah national statement.
Di antaranya posisi Indonesia terhadap Global Stocktake, lalu inklusivitas pencapaian target kolektif dan implementasi aksi mitigasi serta adaptasi perubahan iklim yang memerlukan keterlibatan seluruh pihak dari berbagai elemen masyarakat, serta pentingnya keseimbangan antara aksi dan pendanaan mitigasi dengan aksi dan pendanaan adaptasi.
“Selain itu, pentingnya keseimbangan peningkatan ambisi dengan pemenuhan janji dukungan pendanaan dan spirit leading by example dari Indonesia,” kata Siti, Rabu (29/11).
Menurut dia, Uni Emirat Arab (PEA) sebagai Presidensi COP 28 berkomitmen untuk memastikan agar penyelenggaraan COP 28 berjalan lancar dan dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang bermakna (meaningful). Hal itu sejalan dengan visi Presiden COP 28, yaitu Global Stocktake (GST) pertama atas implementasi Persetujuan Paris yang merupakan highlight dari COP28.
Di samping itu, COP28 juga menekankan panggilan aksi bagi semua pihak untuk memainkan peran dalam upaya global course-correcting dan meningkatkan solusi yang tercermin pada hasil perundingan serta pada COP28 Presidential Action Agenda dan memfokuskan tindakan melalui Four Paradigm Shifts.
Empat hal itu ialah mempercepat transisi energi dan menurunkan emisi sebelum 2030, transformasi pendananan iklim dengan menagih janji lama dan membuat framework baru soal perjanjian pendanaan.
Selain itu mengedepankan alam, manusia, dan keberlanjutan dalam aksi perubahan iklim serta mengedepankan COP yang paling inklusif sepanjang sejarah.
“Pesan yang ditegaskan oleh Presiden COP 28 UEA, menggarisbawahi tentang be positive and be prepared. Juga ditegaskan tentang semangat tersebut meliputi memulihkan trust terhadap multilateralisme, memungkinkan just and responsible energy transition, memperbaiki pendanaan iklim dan membuat lebih tersedia, terjangkau dan mudah diakses dan ,elindungi alam, kehidupan dan mata pencaharian serta memastikan pembangunan sosial ekonomi yang berkelanjutan, adil dan untuk semua,” pungkas Siti.
Terpisah, Pakar Iklim, kehutanna Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim dari IPB University Daniel Murdiyarso mengungkapkan, dirinya justru tidak berharap banyak dengan penyelenggaraan COP kali ini, khususnya dalam penurunan emisi. Menurut Daniel, hal itu disbabkan karena pelaksana COP memiliki kepentingannya sendiri.
“Presiden COP yang petinggi perusahaan minyak raksaa UAE ADNOC suadah bilang dia akan gunakan COP untuk membahas bisnis. JETP mungkin akan naik daun sementara NbS akan meredup,” kata Daniel. (Z-5)
COP merupakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim bagi pemimpin dunia yang mendiskusikan langkah-langkah dalam mengatasi perubahan iklim di masa depan.
Operasional Kantor Wali Kota Melbourne telah 100% menggunakan energi terbarukan, terkait hal ini Jakarta dapat belajar dari Melbourne.
Jakarta terus mengembangkan kerja sama dengan berbagai kota global dunia, salah satunya Tokyo.
PARA menteri lingkungan hidup dari negara-negara G20 gagal menyepakati target pemangkasan emisi. Kondisi serupa juga menerpa isu penting lainnya untuk mengatasi perubahan iklim
Uni Eropa bersedia untuk mengambil "langkah-langkah tambahan" untuk membantu negara-negara berkembang, terutama dalam hal kerusakan iklim.
Sejak menjadi Paus pada 2013, pastor berusia 86 tahun itu telah menjadikan masalah lingkungan hidup sebagai perhatian utamanya.
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa kondisi cuaca ekstrem berupa curah hujan sangat tinggi akan terus bertahan hingga Maret-April 2025.
Empat perempuan muda tersebut yakni Yola, asal Kota Kupang, Karmelita asal Kabupaten Nagekeo, Ina, asal Kabupaten Lembata dan Helda asal Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Di tengah krisis iklim dan krisis pangan, peran petani milenial dan pemanfaatan teknologi menjadi kunci penting bagi Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Workshop pemilahan sampah diharapkan dapat mengedukasi kalangan anak anak untuk peduli lingkungan sejak dini.
Mengawali rangkaian acara menyambut ulang tahun, Swiss-Belresort Dago Heritage dan Zest Sukajadi Bandung menggelar kegiatan penanaman 141 pohon di Taman Hutan Raya, Ir. H. Djuanda, Bandung.
Konsorsium SNAPFI, merupakan tim proyek penelitian kolaboratif antara Pusat Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung (PPI-ITB) dengan Deutsches Institut für Wirtschaftsforschun
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved