Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
PERHIMPUNAN Filantropi Indonesia (PFI) meminta semua pihak dan mitranya mendukung upaya pemerintah untuk mencapai emisi nol bersih (net zero). Dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca, beradaptasi perubahan iklim, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Bersama Association of Carbon Emission Experts Indonesia (ACEXI), PFI menggelar diskusi bertema “Memimpin Filantropi Menuju Net Zero: Dari Kesadaran ke Aksi Kolektif” di Hotel Borobudur, Jakarta.
Acara ini menjadi bagian dari rangkaian Festival Filantropi Indonesia 2025 (FIFest 2025), yang fokus membahas nature-based solutions, penghitungan emisi karbon, dan peluang kemitraan lintas sektor untuk mendukung transisi hijau
Diskusi ini menyoroti tantangan besar sektor filantropi dalam mendukung agenda iklim nasional, mulai dari minimnya panduan strategis hingga keterbatasan kesadaran teknis. Namun, juga dibahas berbagai peluang seperti semakin tingginya kesadaran publik, kekuatan jaringan PFI, serta dukungan teknis dari para mitra.
Tahun ini, FIFest mengangkat isu krisis iklim sejalan dengan target Indonesia mencapai Net Zero Emissions pada 2060 atau lebih cepat. Dalam kesempatan ini, PFI dan ACEXI menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk membangun kapasitas dan komitmen anggota PFI maupun pihak swasta dalam pengurangan emisi karbon.
PFI juga meluncurkan PFI Net Zero Commitment Charter, inisiatif strategis yang mengajak anggota dan mitra untuk mendukung pengendalian perubahan iklim secara inklusif dan berbasis komunitas. ACEXI akan menyediakan pendampingan, tenaga ahli, dan program yang membantu komunitas filantropi mencapai target net zero.
Langkah awalnya adalah membentuk kelompok kerja pengurangan emisi karbon yang terdiri dari perwakilan anggota PFI dan pakar ACEXI.
Ketua Badan Pengurus PFI, Rizal Algamar, menegaskan bahwa 240 anggota PFI bersama 280 mitra dan lebih dari 8.000 partisipan rutin memiliki peran penting dalam menjembatani kesenjangan pembiayaan, memperkuat kapasitas lokal, dan mendorong inovasi demi keadilan iklim.
"Pendekatan berbasis alam dan perhitungan emisi karbon bukan hanya mengurangi risiko iklim, tapi juga menciptakan manfaat ekonomi, ketahanan sosial, dan keberlanjutan lingkungan,” kata Rizal dalam keterangan yang diterima, Sabru (9/8).
Ketua Umum ACEXI, Lastyo Kuntoaji Lukito, menambahkan bahwa transisi menuju net zero adalah keharusan strategis sekaligus etis. “Dengan kapasitas yang dimiliki, kami siap bersinergi dengan PFI sebagai katalis perubahan, menggerakkan sektor swasta dan komunitas untuk mendukung target iklim nasional,” katanya.
Perwakilan KLH/BPLH, Wahyu Marjaka, menilai peran PFI penting untuk mengurangi ketergantungan pada bantuan luar negeri. Menurutnya, penguatan filantropi di seluruh wilayah Indonesia bisa mendorong perekonomian dengan potensi nilai mencapai US$15–17 miliar.
Dalam FIFest 2025, ACEXI juga membuka booth di Backyard Area Exhibition untuk mengajak yayasan anggota PFI dan korporasi memulai aksi nyata mengurangi emisi karbon.
Kerja sama PFI dan ACEXI menjadi langkah awal membangun ekosistem Philanthropy Net Zero di Indonesia menggabungkan kepedulian sosial dengan kesadaran lingkungan demi tercapainya Indonesia yang tangguh iklim, adil, dan berkelanjutan. (P-4)
Perubahan iklim ditandai dengan naiknya suhu rata-rata, pola hujan tidak menentu, serta kelembaban tinggi memicu ledakan populasi hama seperti Helopeltis spp (serangga penghisap/kepik)
PEMERINTAH Indonesia menegaskan komitmennya dalam mempercepat mitigasi perubahan iklim melalui dukungan pendanaan dari Green Climate Fund (GCF).
Indonesia, dengan proposal bertajuk REDD+ Results-Based Payment (RBP) untuk Periode 2014-2016 telah menerima dana dari Green Climate Fund (GCF) sebesar US$103,8 juta.
Periset Pusat Riset Hortikultura BRIN Fahminuddin Agus menyatakan lahan gambut merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar, terutama jika tidak dikelola dengan baik.
Studi Nature ungkap pemanasan global tingkatkan fotosintesis darat, tapi lemahkan produktivitas laut. Hal itu berdampak pada iklim dan rantai makanan global.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved