Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
RISIKO alergi pada anak-anak di Indonesia masih menjadi tantangan permasalahan kesehatan yang harus menjadi perhatian serius bagi orang tua.
Di negara berkembang, angka kejadian alergi makanan yang disebabkan tidak cocok susu sapi masih menjadi alergen makanan yang sering dialami anak-anak di usia dini.
Tiga dari 10 anak Indonesia tidak cocok susu sapi dan 2 dari 3 anak yang tidak cocok susu sapi disebabkan karena alergi. Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi alergi dapat berpotensi mengancam tumbuh kembang optimal anak.
Baca juga: Awas Alergi Susu Sapi Bisa Berkaitan Dengan Stunting
Sebab, anak tidak mendapatkan nutrisi penting dari pembatasan konsumsi susu sapi, sehingga berisiko mengalami kekurangan asupan nutrisi yang bisa memengaruhi tumbuh kembangnya.
Selain itu, dalam aspek perkembangan anak, gangguan alergi juga bisa berdampak pada fisik, sosial, dan kognitifnya, seperti gangguan daya ingat, kesulitan bicara, konsentrasi berkurang, hiperaktif dan lemas, yang bisa menyebabkan anak menjadi cenderung kurang percaya diri saat bersosialisasi.
Maka dari itu, kondisi alergi pada anak harus menjadi perhatian serius, karena dalam jangka panjang bisa menghambat terwujudnya Generasi Emas Indonesia 2045.
Pada edukasi ‘Bicara Gizi’ secara daring, baru-baru ini. Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K), M. Kes, Dokter Anak Konsultan Alergi Imunologi mengatakan,“Protein susu sapi merupakan makanan penyebab alergi yang terbesar kedua setelah telur pada anak-anak di Asia."
Baca juga: 7 Manfaat Susu Soya yang Wajib DIketahui
"Kasein dan whey adalah protein dalam susu sapi yang menyebabkan reaksi alergi. Reaksi-reaksi ini dapat diperantarai Imunoglobulin E (IgE) atau non-IgE," katanya.
"Reaksi alergi yang diperantarai IgE cenderung memiliki manifestasi klinis yang lebih berat, memakan waktu lebih lama untuk sembuh tetapi lebih mudah untuk mendiagnosisnya,” jelas Prof.Budi.
Orangtua Tak Khawatir Beri Formula Soya
Lebih lanjut Prof. Budi mengatakan, "Orangtua tidak perlu kuatir dalam memberikan formula soya kepada anaknya yang tidak cocok susu sapi. Kualitas protein pada formula soya setara dengan protein pada formula berbahan dasar susu sapi."
Dokter Spesialis Gizi Klini dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK., mengatakan, “Selain menimbulkan gejala, kondisi si Kecil yang tidak cocok susu sapi juga membuatnya rentan mengalami kekurangan mikronutrien penting, salah satunya adalah defisiensi zat besi."
"Padahal, zat besi merupakan salah satu nutrisi esensial yang dapat mendukung si kecil yang tidak cocok susu sapi dapat tetap tumbuh maksimal, terutama untuk mendukung perkembangan kognitif anak," jelasnya.
Baca juga: Susu Soya Baik untuk Anak dengan Riwayat Alergi Susu Sapi
Risiko kekurangan zat besi yang lebih tinggi pada si kecil yang tidak cocok susu sapi dapat disebabkan karena si kecil mengalami pembatasan jenis asupan makanan yang tidak sesuai, sehingga dapat menyebabkan asupan nutrisi zat besi tidak adekuat.
"Namun tidak hanya zat besi, kombinasi zat besi dan vitamin C dengan rasio yang sesuai dapat membantu meningkatkan penyerapan Zat Besi hingga dua kali lipat di dalam tubuh si kecil," jelasnya.
Selain harus memperhatikan kecukupan mikronutrien, asupan makanan berserat juga tidak bisa diremehkan pada anak yang tidak cocok susu sapi. Sebab, serat dapat membantu optimalisasi kesehatan saluran cerna yang krusial bagi tumbuh kembang dan kesehatannya. Sehingga, jika asupan serat harian tidak tercukupi dengan baik dapat memengaruhi terjadinya gangguan kesehatan, salah satunya kejadian alergi pada anak.
“Penelitian menyatakan bahwa pola makan rendah asupan serat merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya alergi," kata dr.Juwalita
"Oleh karena itu, untuk melindungi Si Kecil dari alergi, orangtua juga dianjurkan untuk menjaga keseimbangan mikrobiota ususnya, salah satunya melalui asupan makanan yang tinggi serat,” ungkap dr. Juwalita.
Baca juga: Orangtua Diingatkan Perhatikan Gejala Alergi Susu pada Anak
Isolat protein soya yang telah terfortifikasi dengan nutrisi tepat yang tinggi serat maupun dengan kombinasi zat besi dan vitamin C untuk membantu meningkatkan penyerapan zat besi hingga dua kali lipat, bisa menjadi alternatif nutrisi yang aman dan efektif bagi anak yang tidak dapat mengkonsumsi susu sapi serta makanan yang mengandung produk turunannya.
“Sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa tumbuh kembang anak-anak yang mengkonsumsi susu pertumbuhan untuk anak di atas 1 tahun dengan Isolat protein zoya sama baiknya dengan anak-anak yang mengkonsumsi susu sapi,” tambah dr. Juwalita.
Melihat pentingnya dukungan asupan nutrisi yang aman dan tepat bagi anak yang tidak cocok susu sapi, terutama kecukupan serat dan juga mikronutrien seperti kombinasi zat besi dan vitamin C, Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia mengadakan kegiatan edukasi ‘Bicara Gizi’ dengan topik ‘Peran Protein Soya untuk si Kecil yang tidak Cocok Susu Sapi’.
Baca juga: Orangtua Diingatkan Perhatikan Gejala Alergi Susu pada Anak
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian inisiatif edukasi “Soya Awareness Month” yang bertujuan agar masyarakat, khususnya orang tua menjadi lebih memahami tentang pentingnya peran Isolat protein soya sebagai alternatif nutrisi untuk dukung tumbuh kembang optimal si kecil yang tidak cocok susu sapi.
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK., Medical & Scientific Affairs Director Danone Specialized Nutrition Indonesia menyatakan,“Danone Indonesia tidak hanya menyediakan produk bergizi yang dibuat khusus untuk membantu menjawab tantangan kebutuhan gizi pada anak, termasuk rangkaian produk dengan nutrisi tepat kombinasi unik zat besi & vitamin C maupun tinggi serat."
"Namun, kami juga secara berkesinambungan memberikan edukasi mengenai gizi dan kondisi kesehatan anak, salah satunya terkait kondisi alergi pada anak yang disebabkan tidak cocok susu sapi,” jelas dr,Ray. (Nik/S-4)
Waktu berkualitas, atau bonding time, antara orang tua dan anak adalah fondasi utama dalam menciptakan keluarga harmonis dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
Sejumlah riset tentang otak menunjukkan bahwa fondasi penting dalam kehidupan manusia bukan lagi berada di usia sekolah dasar.
Mayoritas orang tua hanya fokus pada kandungan protein atau karbohidrat saat membuat MPASI, padahal lemak juga memiliki peran krusial dalam mendukung perkembangan buah hati.
Tidak hanya menyenangkan, bermain juga diakui sebagai sarana penting untuk menumbuhkan berbagai keterampilan hidup yang esensial.
Selain berdampak pada asupan nutrisi, bibir sumbing yang disertai kelainan langit-langit mulut juga dapat menghambat kemampuan bicara anak.
2 dari 3 anak di Indonesia mengalami kekurangan zat besi sehingga dapat menghambat tumbuh kembang dan kecerdasan kognitifnya.
Musik bisa merangsang area otak seperti lobus temporal untuk pendengaran, lobus frontal untuk emosi, cerebellum untuk koneksi motorik.
Menurut sejumlah penelitian, musik bisa dikenalkan kepada anak dari usia di bawah enam tahun.
Kriteria informasi yang layak bagi anak adalah informasi yang bersifat positif, mendukung tumbuh kembang anak, serta sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
Menurut Director Learning Development JMAkademi, Coach A Ricky Suroso, orangtua perlu membekali anak-anaknya di usia golden untuk tangguh dalam karakter dan punya daya juang tinggi.
Konsumsi makanan dan minuman dengan kadar gula tinggi dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas serta memicu diabetes dan gangguan kesehatan jantung.
Jika anak dalam kondisi yang prima tanpa adanya masalah pada saluran pencernaan dan dapat tumbuh serta berkembang dengan baik, pemberian probiotik tidak perlu harus rutin.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved