Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Harga Minyak ke Puncak dalam Lima Bulan, Emas Cetak Rekor Lagi

Wisnu Arto Subari
04/4/2024 12:28
Harga Minyak ke Puncak dalam Lima Bulan, Emas Cetak Rekor Lagi
Kilang minyak di Feyzin, Prancis.(AFP/OLIVIER CHASSIGNOLE)

HARGA minyak mencapai level tertinggi baru dalam lima bulan pada Rabu (3/4). Ini terjadi di tengah kerusuhan di Timur Tengah yang kaya minyak mentah dan seruan OPEC+ kepada anggotanya untuk mempertahankan strateginya dalam mengurangi produksi.

Saham-saham zona Euro menguat karena penurunan inflasi meningkatkan harapan penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa. Saham-saham Wall Street berakhir sedikit berubah menyusul data Amerika Serikat (AS) yang beragam. Sebagian besar saham Asia merosot dengan gempa besar di Taiwan yang mengguncang sentimen. 

Emas meluncur ke puncak sepanjang masa di US$2,230.15 per ons sebelum turun sedikit. Logam kuning telah didorong oleh permintaan aset safe haven di tengah ketegangan geopolitik dan prospek penurunan suku bunga.

Baca juga : Harga Emas Diprediksi Melemah Menjelang Pidato The Fed

Harga minyak terus naik dengan minyak mentah Brent mendekati US$90 per barel, ketika para ahli OPEC bertemu untuk membahas perpanjangan pengurangan pasokan. "Meningkatnya risiko geopolitik terkait dengan meningkatnya konflik di Timur Tengah, pengurangan pasokan OPEC, dan data yang lebih baik dari Tiongkok membantu mendorong sentimen bullish saat ini," kata James Harte dari TickMill Group.

Inflasi euro melambat 

Bursa saham Paris naik 0,3% dan Frankfurt naik 0,3% setelah investor memanfaatkan data yang menunjukkan tingkat inflasi tahunan zona euro melambat menjadi 2,4% pada bulan lalu dari 2,6% di Februari berkat berlanjutnya perlambatan kenaikan harga makanan dan minuman.

Mendinginnya inflasi dan penurunan yang semakin dalam di sektor manufaktur, "Meneguhkan ekspektasi bahwa ECB akan mulai memotong suku bunga pada bulan Juni, sehingga mengangkat saham," kata analis City Index, Fiona Cincotta, kepada AFP.

Baca juga : Laut Merah Buat Pasar Saham Dunia Memerah

Para trader telah mendorong ekuitas global lebih tinggi selama berbulan-bulan. Ini diangkat oleh optimisme bahwa The Fed akan mulai melonggarkan kebijakan moneternya segera setelah Juni ketika inflasi AS kembali ke target pemerintah sebesar dua persen.

Namun data AS yang melampaui perkiraan mengenai berbagai indikator, termasuk inflasi, aktivitas pabrik, dan lapangan kerja telah meredupkan harapan tersebut. Namun Tom Cahill dari Ventura Wealth Management mengatakan dia terdorong oleh laporan jasa AS pada Rabu yang menunjukkan penurunan harga pada Maret sebagai gambaran inflasi yang lebih baik dibandingkan beberapa data terbaru.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell memperingatkan bahwa menurunkan suku bunga terlalu cepat dapat mengganggu ekonomi, bahkan ketika ia tetap membuka pintu untuk penurunan suku bunga di akhir tahun ini.
"Namun, risiko dari tindakan yang terlalu cepat ialah inflasi akan meningkat," katanya. "Akan sangat mengganggu jika kita harus kembali melakukan hal tersebut."

Baca juga : Harga Emas Meningkat di Tengah Penantian Pasar Menunggu Data Penting AS

Namun jika perekonomian AS terus berkembang seperti yang diharapkan, sebagian besar peserta The Fed masih memperkirakan tentang, "Saat yang tepat untuk mulai menurunkan suku bunga kebijakan pada tahun ini," katanya.

Permasalahan di Asia 

Pasar saham di seluruh Asia mengalami kesulitan. Tokyo merosot sekitar satu persen, sementara Hong Kong, Sydney, Seoul, dan Manila turun lebih jauh.

Shanghai, Singapura, Wellington, dan Jakarta juga berada di zona merah, tetapi Bangkok dan Mumbai naik. Saham Taipei turun setelah gempa mematikan berkekuatan 7,4 SR di lepas pantai timurnya, menambah ketidakpastian regional, meskipun ada sedikit kelegaan karena ancaman tsunami telah hilang.

"Taiwan diguncang gempa terburuk dalam 25 tahun hari ini mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh pasar ketika investor berupaya mengukur dampak potensial terhadap perekonomian dan rantai pasokan," kata analis Scope Markets, Joshua Mahony. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya