Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Antisipasi Pemimpin Baru Amerika

07/11/2024 05:00

SEMUA negara di dunia, termasuk Indonesia, kini sedang menanti kabar resmi dari ‘Negeri Paman Sam’, siapa yang menang dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump atau Kamala Harris. Semua negara terus memantau perkembangan perolehan suara keduanya, karena siapa pun pemenangnya, dialah yang akan menentukan arah ekonomi dan politik global.

Ya, sebagai negara adidaya, AS harus diakui masih memegang peran penting dalam percaturan politik dan ekonomi global. Apalagi ekonomi banyak negara kini masih terseok-seok untuk kembali pulih setelah guncangan ekonomi akibat pandemi covid-19.

Indonesia, misalnya, terus mendapat kabar kurang sedap dari Badan Pusat Statistik (BPS) karena laju pertumbuhan ekonomi turun sejak awal tahun. Pada kuartal I 2024, ekonomi masih mampu tumbuh 5,11% secara tahunan, tapi terus turun di dua kuartal berikutnya, 5,05% pada kuartal II dan 4,95% pada kuartal III. Banyak ekonom menyebut lesunya ekonomi Indonesia akan terus berlanjut hingga awal tahun depan.

Kemenangan Trump atau Harris di Pilpres AS tentu saja juga akan ikut menentukan nasib ekonomi Indonesia ke depan. Apalagi, AS masih merupakan pasar utama ekspor Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, per April 2024 ekspor Indonesia ke AS mencapai sekitar US$19,62 miliar, dengan produk utama ialah minyak kelapa sawit, ban karet, dan alas kaki.

Rilis hitung cepat sejumlah lembaga survei dan media massa AS menempatkan Trump melesat jauh meninggalkan Harris, beberapa jam setelah pemungutan suara ditutup pada Selasa (5/11) waktu setempat. NBC News, misalnya, mencatat 270 electoral college yang diraih Trump, meninggalkan Harris yang terpaut jauh dalam electoral college. Angka 270 adalah syarat bagi capres Amerika untuk memenangi pilpres.

Perolehan suara tersebut menjadi dasar dari berbagai prediksi yang menempatkan kemenangan Trump sudah di depan mata. Prediksi itu kembali mengingatkan kita pada kebijakan-kebijakan garis keras Trump pada kurun 2017-2021 saat memimpin AS.

Trump dikenal dengan kebijakan proteksionismenya tanpa ampun terhadap negara mana pun. Kala itu, Tiongkok menjadi musuh besar dalam perang dagang yang dicanangkannya. Ia menetapkan tarif impor tinggi untuk produk-produk asing, sampai 10%-20%. Bahkan, ia menerapkan 60% tarif impor untuk produk tertentu dari Tiongkok.

Imbasnya, industri manufaktur Tiongkok mengalami kelebihan produksi lantaran barang-barangnya tak bisa masuk pasar AS. Alhasil, Tiongkok menjalankan strategi dumping dengan menyasar negara-negara yang yang belum efisien biaya produksinya, termasuk Indonesia.

Sejak 2017 hingga kini, produk-produk Tiongkok masih membanjiri pasar Indonesia karena harganya yang teramat murah. Satu per satu perusahaan manufaktur kolaps hingga akhirnya tutup. Dampaknya, tren PHK terus meningkat dari waktu ke waktu.

Itu hanyalah salah satu contoh dampak kebijakan Trump. Lainnya, masih banyak lagi. Cap sebagai raja tega hingga caci maki begitu santer mengarah ke dia. Namun, itu tak pernah dihiraukannya. Apalagi kemudian banyak kebijakan Trump kala itu didukung mayoritas masyarakat AS karena dianggap melindungi industri domestik dari persaingan luar negeri.

Kini, Indonesia harus kembali keluar dari zona nyaman untuk menghadapi kemungkinan bergolaknya kembali ekonomi global akibat kemenangan Trump.

Pemerintah tentunya perlu merumuskan kembali kebijakan untuk melindungi industri lokal dari dampak kebijakan proteksionisme yang sangat mungkin akan kembali diberlakukan Trump. Dalam jangka panjang, Indonesia juga mesti memperkuat daya saing ekonomi melalui diversifikasi ekspor dan mendorong peningkatan kualitas produk lokal. Langkah itu bisa mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap pasar AS.

Memang masih seumur jagung, tapi itu tentunya tak bisa jadi alasan pembenar bagi Kabinet Merah Putih untuk belum menyiapkan strategi menghadapi perubahan kebijakan AS. Presiden Prabowo Subianto mesti segera bergerak cepat agar tak terlambat mengantisipasi.

 



Berita Lainnya
  • Menekuk Dalang lewat Kawan Keadilan

    24/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto akhirnya menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2025 tentang Penanganan Secara Khusus dan Pemberian Penghargaan bagi Saksi Pelaku, akhir pekan lalu.

  • Bersiap untuk Dunia yang Menggila

    23/6/2025 05:00

    ADA-ADA saja dalih yang diciptakan oleh Amerika Serikat (AS) untuk menyerbu negara lain.

  • Cegah Janji Palsu UU Perlindungan PRT

    21/6/2025 05:00

    PENGESAHAN Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT) adalah sebuah keniscayaan.

  • Pisau Dapur Hakim Tipikor

    20/6/2025 05:00

    VONIS yang baru saja dijatuhkan kepada para pelaku mafia hukum dalam perkara Ronald Tannur kian menunjukkan dewi keadilan masih jauh dari negeri ini

  • Menghadang Efek Domino Perang

    19/6/2025 05:00

    ESKALASI konflik antara Iran dan Israel tidak menunjukkan tanda-tanda surut.

  • Jangan Memanipulasi Sejarah

    18/6/2025 05:00

    KITA sebenarnya sudah kenyang dengan beragam upaya manipulasi oleh negara. Namun, kali ini, rasanya lebih menyesakkan.

  • Jangan Gembos Hadapi Tannos

    17/6/2025 05:00

    GENAP lima bulan Paulus Tannos ditangkap lembaga antikorupsi Singapura, Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB).

  • Berebut Empat Pulau

    16/6/2025 05:00

    PEREBUTAN empat pulau antara Provinsi Aceh dan Sumatra Utara belakangan menyesaki ruang informasi publik.

  • Bertransaksi dengan Keadilan

    14/6/2025 05:00

    KEADILAN di negeri ini sudah menjadi komoditas yang kerap diperjualbelikan. Hukum dengan mudah dibengkokkan.

  • Tidak Usah Malu Miskin

    13/6/2025 05:00

    ADA petuah bijak bahwa angka tidak pernah berbohong. Dalam bahasa Inggris, petuah itu berbunyi numbers never lie.

  • Gaji Tinggi bukan Jaminan tidak Korupsi

    12/6/2025 05:00

    PERILAKU koruptif lebih didorong hasrat ketamakan dalam diri pelakunya (corruption by greed) ketimbang karena kebutuhan.

  • Upaya Kuat Jaga Raja Ampat

    11/6/2025 05:00

    SUDAH semestinya negara selalu tunduk dan taat kepada konstitusi, utamanya menjaga keselamatan rakyat dan wilayah, serta memastikan hak dasar masyarakat dipenuhi.

  • Vonis Ringan Koruptor Dana Pandemi

    10/6/2025 05:00

    UPAYA memberantas korupsi di negeri ini seperti tidak ada ujungnya. Tiap rezim pemerintahan mencetuskan tekad memberantas korupsi.

  • Membagi Uang Korupsi

    09/6/2025 05:00

    PERILAKU korupsi di negeri ini sudah seperti kanker ganas. Tidak mengherankan bila publik kerap dibuat geleng-geleng kepala oleh tindakan culas sejumlah pejabat.

  • Jangan Biarkan Kabinet Bersimpang Jalan

    07/6/2025 05:00

    DI tengah kondisi ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja, soliditas di antara para punggawa pemerintah sangat dibutuhkan.

  • Jangan Lengah Hadapi Covid-19

    05/6/2025 05:00

    DALAM semua kondisi ancaman bahaya, kepanikan dan kelengahan sama buruknya. Keduanya sama-sama membuahkan petaka karena membuat kita tak mampu mengambil langkah tepat.