Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Harta, Takhta, Pilkada

24/7/2024 05:00

SEMAKIN dekat pada pemilihan umum, rakyat negeri ini sudah biasa melihat manuver politik yang makin menjadi. Lawan menjadi kawan, begitu pula sebaliknya. Koalisi lama pecah, koalisi baru terbentuk, atau bahkan kian banyak yang bersatu membentuk koalisi super.

Politik memang begitu ‘cair’ jikalau tidak mau disebut absurd. Semuanya dianggap sah selama tidak melanggar hukum. Bahkan, jika perlu, hukum yang ‘disesuaikan’ demi kepentingan yang ada.

Manuver politik yang makin menggila inilah yang pantas membuat kita risau akan kualitas Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Padahal, pilkada yang akan berlangsung serentak 27 November nanti sangatlah penting bagi nasib bangsa ini ke depan.

Dari kerja pemimpin daerahlah segala ukuran keberhasilan maupun kemunduran kualitas hidup rakyat dihasilkan, baik berupa angka kemiskinan, angka pengangguran, angka kesejahteraan per kelompok profesi, maupun angka stunting.

Sebab itu pula, imbauan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir di Yogyakarta, Senin (22/7) kemarin, amat relevan dan urgen untuk menjadi pengingat. Haedar menekankan agar para calon kontestan pilkada serius mengabdi kepada rakyat dan mengurus daerah dengan sebaik-baiknya, bukan semata mencari kekuasaan atau jabatan. Tanpa niat yang lurus, kontestan pilkada berpeluang menyalahgunakan wewenang saat kelak menjabat.

Perkataan Haedar sama sekali bukan mengawang-awang ataupun klise. Perkataan itu malah sebenarnya memiliki dua peringatan penting. Pertama, soal kontestan yang hanya haus jabatan dan materi. Kedua, soal dampaknya jika rakyat ‘terjebak’ memilih kontestan oportunis dan pemburu rente seperti itu.

Manuver politik yang begitu ‘cair’ sekarang inilah yang juga berimbas pada kualitas calon yang disodorkan kepada rakyat. Masalah lama perihal kaderisasi di parpol bukan saja membuat saban pilkada sosok pesohor menjadi laris. Rumus mendongkrak popularitas paslon dengan menggandeng artis memang sudah ada sejak dulu.

Namun, kini, artis yang masuk kontestasi bahkan dengan kualitas yang dicibir oleh rekan-rekan seprofesi mereka sendiri. Ini sebenarnya bukan sepele dan bukan pula kecemburuan personal. Kondisi itu sesungguhnya menunjukkan betapa kian banyak yang mengingatkan kita tentang ketiadaan rekam prestasi orang yang bersangkutan, bahkan di bidangnya sendiri.

Maka, adalah pemikiran logis soal adanya niat ‘bercabang’ yang dicari para paslon tersebut lewat pilkada ini. Pendeknya, tiga hasrat bagi mereka hendak digenggam sekaligus, yakni harta, takhta, pilkada. Sebab itu, rakyat harus makin jeli menelaah calon pemimpin mana yang memiliki kehendak lurus demi mereka. Salah satu caranya dengan melihat rekam jejak di bidang masing-masing.

Terhadap para paslon petahana, janji di awal pilkada yang lalu haruslah terwujud dalam lima tahun ketika ia menjabat saat ini. Rakyat tidak boleh tergiur janji baru, apalagi menutup mata akan indikasi skandal atau kasus yang sudah ada. Angka kemiskinan dan angka pengangguran haruslah menjadi ukuran mutlak. Sebab, apa pun klaim keberhasilan, semestinya tecermin pada penurunan kedua angka itu.

Sebaliknya, klaim keberhasilan tanpa jejak di angka kemiskinan dan angka pengangguran justru menjadi pertanda kue kemajuan yang hanya dinikmati segelintir kelompok terus dilanggengkan. Bukan jarang terjadi, kue itu nyatanya hanya manis bagi kroni para pemimpin daerah itu.

Bagi paslon yang bukan petahana ataupun pejabat karier di pemerintahan daerah, rekam jejak memang harus ditelaah lebih jeli. Meski begitu, sesungguhnya juga bukan perkara sulit membedakan janji manis dan niat mengabdi.

Apa pun bidangnya, bekerja membangun daerah ataupun membantu rakyat semestinya bisa dilakukan dengan berbagai cara. Maka, sebenarnya sangat aneh jika sosok paslon di kontestasi pilkada berjanji untuk membantu rakyat tetapi selama ini nihil kegiatan dengan masyarakat.

Paslon dengan janji manis seperti itu, jangankan menjadi pemimpin dan membuat kemajuan, malah sangat mungkin justru rakyat yang mengajarinya nilai-nilai kehidupan.

Oleh karena itu, kita pun mengimbau parpol untuk memilih paslon yang benar-benar berkualitas di sebulan ini menuju tenggat pendaftaran. Jangan salahkan rakyat jika berpaling bahkan mungkin urung memilih kalau paslon yang ditawarkan sekadar sosok-sosok pemburu harta dan takhta.



Berita Lainnya
  • Mendesain Ulang Pemilu

    30/6/2025 05:00

    MAHKAMAH Konstitusi kembali menghasilkan putusan progresif terkait dengan penyelenggaraan pemilu di Indonesia

  • Jangan lagi Ditelikung Koruptor

    28/6/2025 05:00

    PEMERINTAH kembali terancam ditelikung koruptor.

  • Berhenti Membebani Presiden

    27/6/2025 05:00

    MENTERI sejatinya dan semestinya adalah pembantu presiden. Kerja mereka sepenuhnya didedikasikan untuk membantu kepala negara mengatasi berbagai persoalan bangsa.

  • Mitigasi setelah Gencatan Senjata

    26/6/2025 05:00

    GENCATAN senjata antara Iran dan Israel yang tercapai pada Senin (23/6) malam memang kabar baik.

  • Nyalakan Suar Penegakan Hukum

    25/6/2025 05:00

    KITAB Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang bermartabat haruslah mengutamakan perlindungan menyeluruh atas hak-hak warga.

  • Menekuk Dalang lewat Kawan Keadilan

    24/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto akhirnya menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2025 tentang Penanganan Secara Khusus dan Pemberian Penghargaan bagi Saksi Pelaku, akhir pekan lalu.

  • Bersiap untuk Dunia yang Menggila

    23/6/2025 05:00

    ADA-ADA saja dalih yang diciptakan oleh Amerika Serikat (AS) untuk menyerbu negara lain.

  • Cegah Janji Palsu UU Perlindungan PRT

    21/6/2025 05:00

    PENGESAHAN Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT) adalah sebuah keniscayaan.

  • Pisau Dapur Hakim Tipikor

    20/6/2025 05:00

    VONIS yang baru saja dijatuhkan kepada para pelaku mafia hukum dalam perkara Ronald Tannur kian menunjukkan dewi keadilan masih jauh dari negeri ini

  • Menghadang Efek Domino Perang

    19/6/2025 05:00

    ESKALASI konflik antara Iran dan Israel tidak menunjukkan tanda-tanda surut.

  • Jangan Memanipulasi Sejarah

    18/6/2025 05:00

    KITA sebenarnya sudah kenyang dengan beragam upaya manipulasi oleh negara. Namun, kali ini, rasanya lebih menyesakkan.

  • Jangan Gembos Hadapi Tannos

    17/6/2025 05:00

    GENAP lima bulan Paulus Tannos ditangkap lembaga antikorupsi Singapura, Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB).

  • Berebut Empat Pulau

    16/6/2025 05:00

    PEREBUTAN empat pulau antara Provinsi Aceh dan Sumatra Utara belakangan menyesaki ruang informasi publik.

  • Bertransaksi dengan Keadilan

    14/6/2025 05:00

    KEADILAN di negeri ini sudah menjadi komoditas yang kerap diperjualbelikan. Hukum dengan mudah dibengkokkan.

  • Tidak Usah Malu Miskin

    13/6/2025 05:00

    ADA petuah bijak bahwa angka tidak pernah berbohong. Dalam bahasa Inggris, petuah itu berbunyi numbers never lie.

  • Gaji Tinggi bukan Jaminan tidak Korupsi

    12/6/2025 05:00

    PERILAKU koruptif lebih didorong hasrat ketamakan dalam diri pelakunya (corruption by greed) ketimbang karena kebutuhan.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik