Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
LEBARAN sebentar lagi. Sudah menjadi tradisi khas di Indonesia, Hari Raya Idul Fitri selalu dimeriahkan dengan arus mudik yang meninggalkan kota besar untuk kembali ke kampung halaman asal masing-masing.
Jumlahnya pun tidak main-main. Diperkirakan lebih dari 193 juta warga negara yang bakal menjalani ritual mudik pada tahun ini.
Jumlah pemudik pada tahun ini ternyata masih jauh lebih banyak ketimbang suara sah dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024 yang mencapai 163 juta suara.
Suasana batin arus mudik tentu tidak sama dengan proses pemilu. Dari tahun ke tahun, arus mudik dan arus balik telah berjalan nyaris secara autopilot. Tanpa perlu kehadiran komisi negara ataupun badan pengawas khusus, mobilitas ratusan juta warga bisa berlangsung dengan damai.
Arus mudik juga berlangsung dengan penuh nuansa silaturahim. Kemacetan di jalur mudik terkadang dianggap sebagai bagian perjalanan hidup sehingga mesti diterima secara pasrah meskipun ada saja kejadian tragis yang dialami pemudik. Sementara itu, agenda pemilu sarat dengan nuansa konflik dan drama politik.
Akan tetapi, seyogianya negara juga hadir secara nyata di agenda mudik yang amat dinanti-nantikan masyarakat luas. Jangan hanya gemar cawe-cawe mengurus agenda politik. Pemerintah harus memastikan Lebaran kali ini berlangsung aman dan nyaman.
Di samping itu, pemerintah seharusnya memberikan kemudahan dan kemurahan bagi masyarakat. Terkhusus, bagi masyarakat kelas menengah dan bawah yang selama ini kondisi perekonomian mereka sudah terimpit. Sebagian bahkan mudik menggunakan sepeda motor mereka karena ketiadaan pilihan lain.
Selain irit, penggunaan sepeda motor dianggap lebih lincah dalam mengatasi kemacetan lalu lintas. Meskipun bila menilik ke arus mudik tahun lalu, jumlah kecelakaan tertinggi di saat Lebaran melibatkan sepeda motor.
Berdasarkan survei Kementerian Perhubungan, sebanyak 22,07% (27,32 juta orang) memilih mudik menggunakan mobil pribadi, sepeda motor 20,3% (25,13 juta orang), bus 18,39% (22,77 juta orang), kereta api antarkota 11,69% (14,47 juta orang), dan mobil sewa 7,7% (9,53 juta orang). Kondisi kantong menjadi salah satu penyebab warga kelas bawah dan menengah untuk menempuh perjalanan jauh menggunakan sepeda motor.
Tidak jarang, pemudik bersama istri dan anak mereka menempuh perjalanan ke kampung halaman menggunakan satu sepeda motor. Ditambah lagi, mereka membawa sejumlah barang dan tas. Mereka jelas harus mudik dengan risiko dan tanpa rasa aman, apalagi nyaman.
Mereka jelas menyalahi peraturan terkait dengan penggunaan sepeda motor yang semestinya hanya untuk pengemudi dan satu penumpang. Akan tetapi, mereka merupakan warga negara yang sudah kehabisan pilihan.
Mudik gratis, baik bagi manusia maupun kendaraan yang ditawarkan berbagai instansi, memang menjadi pilihan paling logis. Akan tetapi, tawaran itu belum mampu mencukupi seluruh pemudik.
Sementara itu, moda transportasi seperti bus dan pesawat justru berperilaku bak lintah darat alias mengeruk keuntungan terlampau besar dengan menaikkan tarif tinggi. Kalangan pelaku usaha transportasi seakan kompak untuk menaikkan tarif mereka, bahkan ada yang hingga dua kali lipat.
Memanfaatkan tingginya permintaan di satu sisi dan minimnya ketersediaan armada di sisi lain, mereka berniat meraup laba semata. Aji mumpung suasana mudik. Dengan tarif mahal pun, toh tiket akan tetap ludes terjual.
Kondisi itu juga bukanlah barang baru. Hampir setiap Lebaran selalu terjadi.
Seakan seperti sebuah lingkaran setan yang tidak ada putusnya. Pemerintah pasti mampu untuk memutus lingkaran tersebut. Yang jadi soal, tinggal kemauan dan kesungguhan untuk hadir melindungi rakyatnya yang sedang mudik.
ADA petuah bijak bahwa angka tidak pernah berbohong. Dalam bahasa Inggris, petuah itu berbunyi numbers never lie.
PERILAKU koruptif lebih didorong hasrat ketamakan dalam diri pelakunya (corruption by greed) ketimbang karena kebutuhan.
SUDAH semestinya negara selalu tunduk dan taat kepada konstitusi, utamanya menjaga keselamatan rakyat dan wilayah, serta memastikan hak dasar masyarakat dipenuhi.
UPAYA memberantas korupsi di negeri ini seperti tidak ada ujungnya. Tiap rezim pemerintahan mencetuskan tekad memberantas korupsi.
PERILAKU korupsi di negeri ini sudah seperti kanker ganas. Tidak mengherankan bila publik kerap dibuat geleng-geleng kepala oleh tindakan culas sejumlah pejabat.
DI tengah kondisi ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja, soliditas di antara para punggawa pemerintah sangat dibutuhkan.
DALAM semua kondisi ancaman bahaya, kepanikan dan kelengahan sama buruknya. Keduanya sama-sama membuahkan petaka karena membuat kita tak mampu mengambil langkah tepat.
PANCASILA telah menjadi titik temu semua kekuatan politik di negeri ini.
JATUHNYA korban jiwa akibat longsor tambang galian C Gunung Kuda di Cirebon, Jawa Barat, menjadi bukti nyata masih amburadulnya tata kelola tambang di negeri ini.
PANCASILA lahir mendahului proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Tujuannya untuk memberi landasan langkah bangsa dari mulai hari pertama merdeka.
CITRA lembaga penegak hukum dan pemberantasan korupsi di negeri ini masih belum beranjak dari kategori biasa-biasa saja.
PERNYATAAN Presiden Prabowo Subianto soal kemungkinan membuka hubungan diplomatik dengan Israel jika negara itu mengakui negara Palestina merdeka sangat menarik.
SEMBILAN hakim di Mahkamah Konstitusi (MK) lagi-lagi membuat geger. Kali ini, mereka menyasar sistem pendidikan yang berlangsung selama ini di Tanah Air.
Para guru besar fakultas kedokteran juga menganggap PPDS university-based tidak diperlukan mengingat saat ini pendidikan spesialis telah berbasis rumah sakit.
BAHASAN tentang perlunya Indonesia punya aturan untuk mendapatkan kembali kekayaan negara yang diambil para koruptor kembali mengemuka.
Sesungguhnya, problem di sektor pajak masih berkutat pada persoalan-persoalan lama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved