Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Israel, Apa Maumu?

Guntur Soekarno Ketua Dewan Ideologi DPP PA GMNI, pemerhati sosial
01/7/2025 05:05
Israel, Apa Maumu?
(MI/Seno)

BELAKANGAN ini berita di media massa dipenuhi oleh berita-berita, analisis-analisis dari pakar Timur Tengah, bahkan foto-foto mengenai perang Iran-Israel, di mana Israel telah bertindak secara brutal seenak udelnya tanpa mematuhi etika-etika dalam berperang, misalnya larangan untuk menghancurkan fasilitas sipil terutama rumah sakit dan sebagainya.

Dalam perang tersebut Israel telah membabi buta menghancurkan instalasi sipil, militer, bahkan kedutaan-kedutaan perwakilan negara-negara asing. Dalam hal etika tadi, benar-benar Israel telah bertindak kurang ajar!

Kondisi demikian membuat pemerintah Indonesia telah menginstruksikan agar WNI yang berada di daerah ibu kota, instalasi militer, agar siaga 1 dan sedapat mungkin menyingkir bahkan evakuasi ke daerah-daerah yang aman atau kembali ke Indonesia.

Kita-kita kaum patriotik Soekarnois terus terang bertanya-tanya mengapa Tel Aviv sudah sedemikian membabi butanya melakukan perang dengan gelap mata?

 

AMERIKA DI BELAKANG SEMUA INI

Secara analisis geostrategis, Israel tidak akan sedemikian brutalnya bila tidak didukung oleh negara adikuasa Amerika Serikat yang kapitalis-kapitalisnya adalah keturunan Yahudi dan berpegang teguh pada ideologi Zionisme (merupakan keyakinan orang-orang Yahudi bahwa mereka akan memiliki negara-bangsa sendiri secara independen, yang dengan negara itu gerakan Zionisme memberikan keleluasaan dalam menyusun strategi dan agenda-agenda menguasai dunia).

Belum lagi nyatanya tokoh-tokoh di dalam administrasi Donald Trump sebagian besar paling tidak secara mayoritas bersimpati kepada kalangan Yahudi. Orang-orang terkaya di dunia seperti Elon Musk, Bill Gates nyata-nyata bersimpati kepada pihak Israel.

Walaupun demikian, ternyata Iran bukanlah lawan yang enteng karena informasi yang diberikan oleh divisi Tzomet dari badan intelijen Israel Mossad ternyata banyak yang disinformatif. Sebaliknya Iran saat ini mempunyai badan intelijen yang canggih karena mengadopsi system intelijen Mochabarat-nya Muammar Khadafi di Tarabulus, Libia, tempo dahulu. Mereka tidak menyangka bahwasanya Iran di bawah Ayatollah Ali Khamenei sudah sejak lama mempersiapkan diri terutama dalam teknologi persenjataan. Seperti rudal, pesawat tempur, drone, serta radar yang supercanggih sudah dikembangkan di Iran sejak lama tanpa terdeteksi oleh Israel.

Itulah sebabnya mengapa Presiden Iran Hassan Rouhani berani secara terbuka menyatakan bahwa sistem demokrasi Barat (demokrasi liberal kapitalistik) sudah bangkrut sehingga negara-negara adikuasa Barat sudah tidak layak lagi memimpin negara-negara di dunia. Begitulah pernyataan Presiden Iran beberapa tahun yang lalu jauh sebelum Israel melakukan invasi ke Iran. Saat ini ternyata Iran sudah siap untuk melakukan tactical warfare jangka panjang!

Hal inilah yang membuat Amerika Serikat dibawah Donald Trump gelap mata dan melakukan invasi ke Iran dengan menghancurkan tiga instalasi nuklir Iran. Dalam pidato yang ditujukan ke seantero dunia dengan muka sangar, Trump dengan sombong menyatakan serangan ke Iran telah dilaksanakan atas komandonya dan berhasil dengan sukses! Pidato Trump tersebut dijawab kontan oleh Menlu Iran dengan menyatakan Iran lebih memilih jalan konfrontasi ketimbang diplomasi. Luar biasa!

 

DAMPAK GEOSTRATEGIS YANG BERUBAH DRASTIS

Dari uraian di atas ternyata Iran saat ini mempunyai senjata-senjata yang mutakhir yang dapat menembus bahkan membobol Iron Dome Tel Aviv yang digadang-gadang tak satu rudal pun dapat menembus kubah baja tersebut. Nyatanya kubah tersebut bobol dihantam rudal hipersonik Iran yang menurut perkiraan penulis hulu ledaknya secara metalurgi logam menggunakan bahan ticonal yakni campuran antara logam-logam titanium, kobalt, dan aluminium.

Kelebihan dari logam ini ialah sifatnya yang lebih keras daripada baja biasa, tetapi ringan. Dengan begitu, satu pesawat tempur atau drone

 dapat membawa 3 sampai 5 rudal untuk menghantam Iron Dome yang melindungi Tel Aviv. Kenyataan itu membuat beberapa negara Barat terutama Inggris Raya segera mengadakan pergantian Direksi MI-6 badan intelijen luar negerinya.

Istimewanya, kali ini pimpinan MI-6 dipercayakan kepada seorang perempuan bernama Blaise Metreweli. Yang bersangkutan terpilih karena sudah lama menjadi agen andalan dari badan intelijen kondang tersebut.

 

SIKAP INDONESIA SAAT INI

Menghadapi kenyataan adanya perang Iran-Israel saat ini, penulis sebagai eksponen Patriot Soekarnois belum melihat adanya sikap tegas dari pemerintah terhadap perang tersebut. Tentunya pemerintah Presiden Prabowo berusaha mengambil posisi jalan tengah untuk menyelamatkan WNI khususnya yang berada di pusat-pusat konflik.

Hal tersebut menurut hemat penulis adalah suatu sikap yang bijaksana dipandang dari kepentingan warga Indonesia yang berada di pusat-pusat konflik. Meski demikian, satu hal harus diingat yaitu menurut Bung Karno politik bebas aktif bukanlah suatu sikap politik netral yang tidak memihak, melainkan suatu sikap politik yang jelas-jelas harus memihak yaitu memihak kepada golongan yang anti terhadap kolonialisme dan neo kolonialisme.

Bila demikian maka jelaslah Indonesia harus berpihak kepada Iran yang anti terhadap demokrasi liberal Barat yang sejak dahulu sudah ditentang melalui pernyataan keras Presiden Iran Hassan Rouhani!

Solidaritas adalah penting, mahapenting!

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik