Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
JUDUL tulisan di atas ialah tesis Bung Karno mengenai perkembangan kapitalisme dalam garis hidupnya bila dalam situasi 'niedergang' (menurun). Sebaliknya dalam keadaan menaik atau 'aufstieg' maka politiknya ialah liberalisme, lebih tegasnya demokrasi liberal. Sehubungan dengan tesis tersebut di atas bagaimana kondisi di Indonesia pada saat ini?
Bukankah saat ini di Indonesia sudah bertumbuh kapitalis-kapitalis bahkan figur figur yang mempunyai dana (modal) hingga bermiliar-miliar rupiah; apakah tesis Bung Karno tersebut berlaku juga di Indonesia saat ini?
Kaum patriotik Sukarnois dengan tegas menyatakan bahwa tesis tersebut sepenuhnya berlaku, bahkan sedang berjalan di Indonesia!
Akan tetapi, dengan sedikit variasi dalam peristilahannya, yaitu dalam kondisi ekonomi Indonesia yang menurun, politik pemerintah akan bersifat tangan besi.
Sebaliknya bila kondisi perekonomian kita baik dalam pengertian surplus di bidang ekonomi, sepak terjang pemerintah akan liberal yang penuh dengan toleransi. Kondisi itu ternyata tecermin dalam rangka pameran Gelegar Foto Nusantara yang dilaksanakan pada 7 Juni sd 13 Juni 2025 di Galeri Nasional Indonesia beberapa waktu yang lalu.
Dari hasil evaluasi setelah penutupan ternyata jumlah pemirsa yang hadir bervariasi antara kurang lebih 1.000 orang pada acara pembukaan kemudian menurun rata-rata 700 pengunjung per hari dan naik lagi layaknya pembukaan pada acara penutupan 13 Juni 2025. Mayoritas pembeli foto-foto menyasar foto-foto yang berharga jual di bawah Rp30 juta.
Beberapa ada yang berminat untuk membeli foto-foto dengan harga jual di atas Rp50 juta, yang terdiri dari foto-foto proklamator Bung Karno juga Bung Hatta. Namun, apa mau dikata, foto-foto tersebut tidak akan dijual penulis sebagai fotografernya mengingat sulitnya saat pengambilan foto dan sangat tingginya nilai sejarah foto-foto proklamator tersebut.
Bayangkan saja ada sebuah foto yang penulis ambil pada saat Bung Karno masih berada dalam 'karantina', istilah Orde Baru untuk memperhalus kata-kata 'tahanan politik' yang berlaku untuk Bung Karno saat itu.
Foto yang amat diminati pengunjung ialah foto proklamator Bung Hatta sedang bekerja di meja kerjanya karena foto tersebut disertai tanda tangan asli dari Bung Hatta.
Foto tersebut merupakan foto yang ditawar dengan harga tertinggi dari seluruh foto tokoh-tokoh yang ada. Untuk foto art modeling photography (foto model) ada sebuah foto close up dari sang model dengan penulis harus bersabar selama hampir setahun untuk pelaksanaan pemotretannya. Sudah barang tentu foto tersebut tidak akan penulis jual berapa pun harga penawarannya.
KENDALA PEMILIHAN FOTO
Hal lain yang perlu dipahami pembaca ialah adanya foto-foto yang dengan berat hati tidak dapat penulis pamerkan karena tidak lolos dari pilihan tim seleksi panitia.
Penulis sepenuhnya dapat memahami sikap mereka mengingat selain sebagai seorang fotografer, penulis juga seorang pemerhati sosial yang aktif di berbagai organisasi politik walaupun bukan di sebuah partai politik yang ada. Tugas tim seleksi ternyata cukup berat karena selain harus memikirkan dan 'memeras' jumlah foto-foto yang akan dipamerkan, dari 751 foto-foto yang siap pamer, harus dipilih +550 foto sesuai dengan kapasitas Hall A dan Hall B dari Galeri Nasional Indonesia.
GENERASI MUDA
Apa pun yang terjadi satu hal yang amat membesarkan hati penulis sebagai seorang patriotik Sukarnois ialah karena hampir 80% dari ribuan pengunjung yang hadir di pameran selama sepekan ialah dari kalangan generasi muda. Terbukti juga di dalam workshop yang digelar panitia sebanyak empat sesi dengan pembicara-pembicara tokoh-tokoh andal di bidang fotografi seperti Arbain Rambey, Andi Kusnaedi, Didit Chris, Firman Ichsan, dan Darwis Triadi ternyata peserta dari generasi muda cukup membludak dengan pertanyaan-pertanyaan yang sangat mendalam dan tajam mengenai fotografi.
Sebagai penutup, salah satu tujuan diadakan pameran foto Gelegar Foto Nusantara, selain memperingati Juni sebagai bulan Bung Karno, mencari dana yang akan digunakan untuk membantu mereka yang membutuhkan tanpa prosedur yang berbelit-belit seperti kalangan seniman, musikus, dan politikus. Begitulah sekilas evaluasi kilat dari pameran Gelegar Foto Nusantara yang baru lalu. Sampai jumpa di acara yang akan datang!
GALERI Nasional Indonesia resmi membuka pameran bertajuk Jejak Perlawanan “Sang Presiden 2001”, sebuah tribut untuk seniman besar Indonesia, Hardi (1951-2023).
PAMERAN lukisan tunggal karya Yos Suprapto bertajuk “Kebangkitan: Tanah Untuk Kedaulatan Pangan” di Galeri Nasional, Jakarta (19/12), batal dibuka.
Galeri Nasional Indonesia meminta maaf terkait penundaan pameran tunggal Yos Suprapto yang ditunda. Pihaknya telah mempertimbangkan faktor teknis yakni mundurnya kurator pameran.
Galeri Nasional menanggapi penundaan pameran tunggal Yos Suprapto yang dijadwalkan untuk dibuka, Kamis (19/12) akibat mundurnya kurator pameran Suwarno Wisetrotomo.
GALERI Nasional Indonesia akan melaksanakan penyesuaian tarif pada beberapa unitnya mulai 1 September 2024.
Beragam lomba akan digelar Pemerintah Provinsi Bali selama bulan Juni untuk mengenang dan menularkan ajaran Bapak Proklamator yang juga Presiden Pertama RI Ir Soekarno (Bung Karno).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved