Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
BANTUAN sosial atau bansos ibarat roller coaster, penuh aksi akrobatik. Anggaran yang dialokasikan negara untuk membantu rakyat miskin itu kerap naik menjelang pemilu, kendati angka kemiskinan menurut data statistik turun. Lalu, gelontoran bansos akan turun setelah pemilu usai.
Seperti pada Pemilu 2009, belanja bansos melesat 27,83% menjelang pesta demokrasi. Kala itu, calon petahana, Susilo Bambang Yudhoyono, sukses memenangi pemilihan presiden (pilpres) dalam satu putaran. Setahun setelahnya, realisasi belanja bantuan sosial langsung turun menjadi hanya 6,77%.
Kemudian, pada 2013, belanja bansos naik 21,85%. Pada 2014, belanja bantuan sosial juga masih naik 6,27%. Setelah pemilu berlalu, pada 2015, belanja bansos turun 0,79%.
Lalu, pada 2018, belanja bantuan sosial melesat 52,5%. Pada 2019, pos masih naik 33,29%. Calon petahana Joko Widodo lalu memenangi Pilpres 2019.
Setelah itu, belanja bansos masih meningkat lantaran pandemi covid-19 pada 2020. Saat itu, anggaran perlindungan sosial atau perlinsos mencapai Rp498 triliun.
Menjelang Pemilu 2024, kendati pandemi sudah berakhir, perlinsos direncanakan sebesar Rp493,5 triliun. Besaran itu memang lebih rendah jika dibandingkan dengan anggaran pada 2020. Akan tetapi, lebih besar ketimbang anggaran pada 2021 yang mencapai Rp468,2 triliun, di 2022 sebesar Rp460,6 triliun, dan mengacu pada outlook 2023 sebesar Rp439,1 triliun.
Kalangan ekonom menggambarkan fenomena roller coaster anggaran perlindungan bagi rakyat miskin itu sebagai electoral budget cycles alias biaya pendongkrak elektoral.
Rakyat tentu berharap naik turunnya anggaran bukan gambaran sikap penguasa yang melihat rakyat sebagai objek, apalagi sebagai mainan yang hanya demi mencapai kepentingan elektoral. Penguasa akan berpihak kepada rakyat miskin karena hakikat dari bansos bukanlah pemberian cuma-cuma dari rezim yang memiliki batas waktu. Bansos adalah bantuan yang diberikan oleh negara, bukan oleh orang yang berkuasa.
Karena itu, amat menyedihkan melihat perilaku elite rezim berkuasa saat ini yang memelintir dan mengerdilkan makna bansos. Mereka berupaya memaknai pemberian bansos sebagai wujud kebaikhatian rezim Jokowi yang akan dilanjutkan oleh pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Publik pun ketakutan serta merasa diteror. Sebagian dari masyarakat memilih menjadi undecided voters alias menyembunyikan pilihan. Itulah yang terjadi saat lembaga survei dan konsultan Indopol merilis temuannya di lapangan.
Dalam survei tersebut, 85% responden di Blitar, Jawa Timur, masuk jajaran pemilih yang belum menentukan pilihan. Lalu, warga yang termasuk undecided voters di Bondowoso mencapai 70%. Anomali juga terjadi di kota lain dengan tingkat yang hampir separuh dari responden.
Berdasarkan penelusuran Direktur Eksekutif Indopol Survey Ratno Sulistiyanto, sejumlah kelurahan meminta agar wilayah mereka tidak terpetakan karena sudah menjelang pemungutan suara 14 Februari. Ada juga yang menolak disurvei dengan alasan keamanan. Selain itu, ada yang khawatir mereka tidak akan mendapatkan bansos dan Program Keluarga Harapan (PKH) lagi.
Khawatir tidak mendapatkan hak mereka, masyarakat memilih untuk diam ketimbang berpendapat secara terbuka. Menjadi sunyi di tengah kebisingan kandidat yang membelokkan dan menakut-takuti bansos akan dihentikan bila tidak memilih calon yang dekat dengan penguasa.
Mereka sadar, pilihan di dalam benak dan hati mereka bukanlah yang dominan. Mereka khawatir diisolasi dan tidak mendapatkan pemberian negara karena dianggap melenceng dari pandangan yang berkuasa.
Dengan begitu, mereka, rakyat yang berdaulat, hanya akan menyatakan suara secara rahasia dan sunyi. Cukup melalui surat suara di dalam bilik suara. Karena itu, wahai yang berkuasa dan mengemban amanat rakyat, hentikan cara-cara kotor menunggangi bansos dan rupa-rupa bantuan demi kepentingan elektoral.
Ingat, bansos sejatinya uang rakyat yang dipungut dari pajak. Setop menggunakan bansos untuk mengintimidasi rakyat dalam menggunakan hal pilih mereka sesuai nurani masing-masing. Itulah penghormatan sejati terhadap pemilih.
Berbagai unsur pemerintah pun sontak berusaha mengklarifikasi keterangan dari AS soal data itu.
EKS marinir TNI-AL yang kini jadi tentara bayaran Rusia, Satria Arta Kumbara, kembali membuat sensasi.
SEJAK dahulu, koperasi oleh Mohammad Hatta dicita-citakan menjadi soko guru perekonomian Indonesia.
MUSIBAH bisa datang kapan pun, menimpa siapa saja, tanpa pernah diduga.
MEGAPROYEK pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) pada awalnya adalah sebuah mimpi indah.
PROSES legislasi Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Hukum Acara Pidana menunjukkan lagi-lagi DPR dan pemerintah mengabaikan partisipasi publik.
DIBUKANYA keran bagi rumah sakit asing beroperasi di Indonesia laksana pedang bermata dua.
AKHIRNYA Indonesia berhasil menata kembali satu per satu tatanan perdagangan luar negerinya di tengah ketidakpastian global yang masih terjadi.
BARANG oplosan bukanlah fenomena baru di negeri ini. Beragam komoditas di pasaran sudah akrab dengan aksi culas itu.
DPR dan pemerintah bertekad untuk segera menuntaskan revisi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Semangat yang baik, sebenarnya.
PERSAINGAN di antara para kepala daerah sebenarnya positif bagi Indonesia. Asal, persaingan itu berupa perlombaan menjadi yang terbaik bagi rakyat di daerah masing-masing.
DALAM dunia pendidikan di negeri ini, ada ungkapan yang telah tertanam berpuluh-puluh tahun dan tidak berubah hingga kini, yakni ganti menteri, ganti kebijakan, ganti kurikulum, ganti buku.
JULUKAN ‘permata dari timur Indonesia’ layak disematkan untuk Pulau Papua.
Indonesia perlu bersikap tegas, tapi bijaksana dalam merespons dengan tetap menjaga hubungan baik sambil memperkuat fondasi industri dan diversifikasi pasar.
IDAK ada kata lain selain miris setelah mendengar paparan PPATK terkait dengan temuan penyimpangan penyaluran bantuan sosial (bansos).
KEJAKSAAN Agung (Kejagung) bukan lembaga yang menakutkan. Terkhusus bagi rakyat, terkecuali bagi penjahat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved